Bab 1
Kinara Aurellia, gadis itu melangkah dengan pasti menelusuri koridor menuju lapangan basket sekolahnya.
Tidak ada senyum manis yang biasanya menghiasi bibir pink gadis itu. Dari tatapannya saja semua orang tau bahwa gadis itu sedang dalam keadaan marah ditambah dengan wajahnya yang merah, bukan karena blushing sehabis mendapat perlakukan romantic tapi karena sesuatu hal yang membuatnya marah atau mungkin sangat marah.
Langkah gadis itu berhenti tepat di tengah lapangan, namun, tatapannya masih mencari seseorang yang menjadi alasan amarahnya.
Anggota tim basket yang sedang bermain basket menghentikan permainannya saat melihat Kinar berdiri di antara mereka. Tentu saja mereka mengenal Kinar, Kinara Aurellia si ketua ekskul teater.
"Mal," seru seorang cowok sambil menatap seorang cowok lainnya yang masih asik mendribble bola basketnya.
Cowok itu tampak tak menyadari atau mungkin memang tak peduli dengan kehadiran Kinar.
Bruk
Bola yang di dribble cowok itu kini menggelinding dengan mulus ke sisi lapangan setelah sesaat sebelumnya memasuki ring basket.
Wajah datar dan tatapan tajamnya menatap Kinar, namun, ia juga sempat melirik sesuatu yang ada di tangan gadis itu. Ada beberapa lembar kertas yang acak-acakan.
"Maksud lo apa sih?" tanya Kinar geram.
Kerutan tipis tercetak di dahi cowok itu, seakan menyatakan kalau ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
Kinar berdecih. "Maksud lo dengan ini semua apa?" ulang Kinar sambil melempar kertas yang ada di tangannya ke arah cowok berwajah datar itu, namun, ketampanannya sudah diakui seantero sekolah.
Kertas-kertas itu berhamburan di sekitarnya, namun, cowok itu sama sekali tak memerdulikan kertas-kertas itu. Tatapannya masih tertuju pada gadis yang dengan lancangnya melakukan hal itu padanya.
Teman-teman cowok itu pun memandang ngeri pada Kinar. Cewek itu sama saja seperti memasukan dirinya sendiri ke kandang singa lalu mengumpankan dirinya untuk dimangsa oleh si singa.
"Semua anggota teater keluar dan itu semua karena lo!" jerit Kinar membuat sebelah alis cowok itu terangkat seakan bertanya 'Terus hubungannya sama gue apa?'
"Jelas ada hubungannya sama lo! Yang buat selebaran itu lo kan?!"
Malven. Cowok itu berjalan mendekat ke arah Kinar dengan coolnya.
"Lo nuduh gue?" tanya Malven dingin.
Kinar mengangkat dagunya angkuh. "Bukan nuduh tapi emang lo!" sinisnya.
Senyum miring tercetak di bibir Malven membuat teman-temannya tercengang. Meskipun itu sebuah senyuman miring, namun, tetap saja itu jarang terjadi karena selama ini yang mereka tau Malven adalah orang yang miskin ekspresi dan pelit senyum.
Kadang mereka berpikir, bagaimana bisa Malven yang notabenenya adalah seorang yang dingin bisa menjadi cassanova. Bukan hanya di sekolahnya, namun, julukan Malven sebagai The king of cassanova juga dikenal di beberapa sekolah.
"Kinar!" panggil tiga orang cewek bersamaan sambil berlari ke arah Kinar.
Kinar menoleh menatap ketiga temannya itu.
"Bukan Malven! Kak Devi yang buat selebaran itu," bisik Chaca membuat mata Kinar melotot seketika.
"Makanya kan udah gue bilang jangan asal nuduh," timpal Mira dengan berbisik juga.
Kinar meneguk salivanya gugup. Ia pikir yang melakukan hal itu adalah Malven.
"Gu---"
"Mine!"
Mata Kinar melotot seketika, jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Mine, setahu Kinar arti dari kata itu adalah milikku. Lalu apa maksud Malven mengatakan hal itu. Siapa yang milik siapa (?)
"Mulai hari ini lo jadi milik gue. Gue nggak nerima penolakan!" tegas Malven sebelum akhirnya pergi meninggalkan lapangan.
Dan sedetik kemudian terdengar jeritan dari teman-teman Kinar.
"Astaga demi apa?! Lo ditembak sama Malven!"
"Ya Allah, tau gitu gue aja tadi yang ngamuk sama Malven."
"Sumpah! Gue baper!"
Sedangkan Kinar tediam membisu. Apa-apaan ini? Semua orang tau saat ini Malven masih memiliki pacar tapi kenapa cowok itu malah menembak Kinar.
Apa itu terdengar seperti menembak? Kinar rasa tidak. Cowok itu pasti hanya main-main seperti yang biasa ia lakukan.
Dan tanpa mereka semua sadari seseorang merekam kejadian itu. "Hot news."
♡︶♡︶♡
"Sumpah demi apapun gue nggak nyangka Malven bakalan bilang MINE. Gue pikir dia mau marah-marah karena lo udah nuduh dia," ucap Mira tak percaya bahwa sekarang Kinar yang notabenenya adalah sahabatnya kini menjadi kekasih Most wanted boy di sekolahnya.
Kinar hanya diam karena dia pun juga kaget dengan hal ini. Kenapa semua ini bisa terjadi (?)
"Pokoknya lo harus neraktir kita-kita, Nar." seru Chaca antusias.
"Lo kenapa sih, Nar? Harusnya lo seneng, lo sekarang jadi pacaranya Malven. Cucu pemilik sekolah." Ghea yang sedang menyetir ikut menimpali.
"Gue pikir Malven yang nyebarin selebaran itu," ucap Kinar. Chaca, Ghea, dan Mira menatap Kinar yang terlihat tak terima akan apa yang sudah terjadi.
Mira yang duduk di samping Kinar langsung merangkul cewek itu. "Kenapa lo berpikiran itu Malven?"
Kinar mendesah pelan. "Gue inget, Malven ngancem mau bubarin eskul teater gara-gara kejadian minggu lalu jadi pas liat selebaran itu gue yakin Malven yang nyebarinnya."
"Tapi ternyata Kak Devi," sambung Kinar.
"Tapi gue bingung, kenapa Kak Devi ngelakuin hal itu?" tanya Ghea sambil menoleh sesaat.
"Setahu gue sih, Kak Devi itu kan suka sama Malven," ucap Chaca. Ghea menoleh menatap Chaca yang ada di sampingnya.
"Ya terus hubungannya apa sama eskul teater?" tanya Ghea tak mengerti.
"Maybe, dia juga marah sama Kinar tentang masalah bola basket waktu itu," ucap Chaca sambil mengangkat bahunya.
"Susah ya jadi orang ganteng. Biarpun nakal kek Malven tetap aja banyak yang suka," ucap Mira.
Tak dapat dipungkiri, Malven adalah salah satu murid yang pembangkang dan suka bolos namun anehnya otaknya tetap saja pintar.
Kinar mengambil handphonenya yang ada di dalam tasnya lalu seketika keningnya berkerut saat banyak notifikasi i********:.
Mata Kinar membulat seketika saat membuka aplikasi i********:.
"Kok bisa?" tanyanya pada dirinya sendiri membuat Chaca, Ghea, dan Mira yang sedang asik membicarakan cogan yang ada di sekolah langsung menoleh ke arah Kinar.
"Kenapa?" tanya Mira.
Mira merebut handphone Kinar karena cewek itu tak menjawab pertanyaannya dan seketika matanya melotot saat melihat sebuat video yang baru saja di upload.
Video itu menampilkan saat Malven mengatakan "Mine" pada Kinar.
Dan yang membuat Mira kaget adalah jumlah commentnya yang hampir mencapai 1000+ padahal baru di upload sekitar 10 menit yang lalu.
Dan semua isinya berisi hujatan untuk Kinar.
"Woy, kenapa?" tanya Chaca yang juga penasaran. Ia merebut handphone Kinar yang ada pada Mira.
Sama seperti Kinar dan Mira. Chaca juga kaget apalagi saat melihat isi commentnya.
"Apaan sih?" tanya Ghea yang juga penasaran. Ia merebut handphone yang ada di tangan Chaca dan melihatnya.
"Astaga, demi apa? Commentnya 1000+ cuman gini dong?" jerit Ghea sambil menggelengkan kepalanya takjub.
"Nyetir yang bener ogeb!" bentak Chaca sambil merebut handphone Kinar yang ada di tangan Ghea.
"Oh iya ya, gue lupa. Hehehe."
"Fix, isi komennya bullyan semua," ucap Chaca yang mulai membaca comment-comment yang ada.
"Demi apa? Kok bisa?"
"Gila! Fix, ini editan!"
"Njing, nggak cocok najis!"
"Mampus aja tuh cewek!"
"Eh inikan ketua eskul teater, iya nggak sih? Nggak cocok! Harusnya kan kapten basket sama ketua cheerleaders."
Chaca membaca beberapa comment yang mampu membuat mata yang membaca menjadi perih.
"Wait---"
"Malven ngomen!" jerit Chaca membuat bukan hanya Mira dan Ghea namun Kinar juga kepo.
"Bacot!"