24. Decision

2027 Words

Perawat cantik itu menutup pintu ruangan praktik setelah pasien terakhir mereka pergi. Ian menyusun kertas yang menumpuk di mejanya. Jari-jarinya bergerak malas di atas keyboard, mengisi data rekam medis pasien ke dalam komputer yang jaringannya terhubung satu sama lain di rumah sakit itu. Matanya sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Rosi mencuri-curi pandang ke arah Ian. Berkali-kali ia menarik napas dan mengembuskannya perlahan sambil mengumpulkan keberaniannya. Sudah lama ia hendak menyampaikan kata-kata yang tersusun rapi di benaknya. Namun, setiap kali berhadapan dengan Ian, nyalinya ciut. Malahan mereka berakhir di ranjang dan keesokan hari ia terbangun tanpa sempat menyampaikan niatnya. “Dok, bi–bisa kita bicara?” tanya Rosi gugup. “Ya? Ada apa? Do

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD