10. Aku bukan bonekamu

2395 Words
Daniel menatap gerak gerik Rey dan Alina yang nampak sangat mencurigakan bagi Daniel. Seakan Daniel tahu ada yang tengah mereka sembunyikan dari dirinya. "Ada yang tengah kalian rahasia kan dariku?" Tanya Daniel menatap semua gerak gerik keduanya. "Begini Dani. Aku hanya ingin memberitahumu jika Alina ingin me...!!! Ucapan Rey terhenti saat Alina membuka suara. "Tidak ada yang kami rahasia kan kok pak Daniel. Bukan begitu pak Rey?" Tanya Alina berusaha memohon dari kedua matanya. Berharap jika Rey dapat mengetahui keinginannya kali ini, walau hanya lewat tatapan memohon. Rey tersenyum miring saat melihat kegugupan Alina, Rey sangat puas melihat kegugupan yang dirasakan oleh Alina. Seakan itu adalah hal yang lucu bagi dirinya. "Itu benar Dani. Tidak ada yang kami rahasia kan," Ujar Rey menekan kata di akhir membuat Alina bernafas lega kali ini. Daniel mengangguk seakan percaya dengan perkataan Rey kali ini. "Oh baiklah. Mel kau baik - baik ya dengan Rey," Kata Daniel yang berniat memeluk Melodi tapi naas Melodi justru melangkah mundur dan berbalik membelakangi sosok Daniel. Daniel menatap gerakan Melodi yang seakan menolak untuk dirinya peluk kali ini. Melodi melangkah terlebih dahulu meninggalkan ruangan Daniel di ikuti Rey di belakangnya. Melihat kepergian Melodi membuat hati Daniel seakan tercubit kali ini, Melodi melangkah keluar dari ruangan Daniel membuat para staf kantor tersentak kaget melihat Melodi yang keluar tanpa mengunakan kursi roda. Bahkan gadis kecil itu terlihat sangat baik - baik saja bahkan sangat sehat itu penilaian mereka, setahu mereka Melodi tidak bisa berjalan tapi ini di luar dugaan mereka. Melodi dan Rey telah keluar dari perusahaan Hartawan, "Kau puas sekarang?" Tanya Melodi dengan kedua matanya yang sudah memerah, entah sejak kapan kedua mata gadis itu sudah memerah seakan tengah menahan butiran kristal yang mungkin hampir menetes kali ini. "Sangat puas," Balas Rey dengan senyuman setannya membuat Melodi berusaha untuk menahan nafasnya. Sebab hanya inilah yang bisa ia lakukan saat ini." Aku harap kau tahu cara masuk ke dalam mobil bukan?" Sinis Rey membuat Melodi melangkah mundur dengan perasaan takut saat tatapan Rey sudah berubah. "Aku tidak mau masuk Rey. Aku harap kau mau mengerti jika kau dan aku tidak akan pernah menjadi satu," Kata Melodi dengan kedua kaki kecilnya yang berusaha untuk melangkah menjauhi sosok Rey. "Jangan coba - coba bermain - main denganku Mel," Bentak Rey sambil menarik kasar pergelangan tangan Melodi membuat gadis kecil itu hampir saja berteriak. Tapi naas, mulut kecilnya sudah terlebih dahulu di bungkam oleh telapak tangan besar Rey membuat tubuh Melodi berusaha untuk tetap memberontak. Tapi sayangnya tenaga seorang gadis kecil kalah dengan kekuatan seorang pria bertubuh besar. Membuat tubuh kecil Melodi pada akhirnya tertarik ke dalam mobil mewah milik Rey. Meskipun gadis itu berusaha untuk memberontak bahkan berusaha untuk melepaskan diri, tetap saja Melodi tidak akan mampu untuk terlepas dari bungkaman telapak tangan besar Rey. Hingga tubuh kecilnya pada akhirnya terjatuh di atas kursi belakang kemudi di susul Rey yang masuk ke dalam mobil. "LEPASKAN AKU REY," Teriak Melodi dengan kedua mata yang sudah memerah. "Melepaskanmu? Kau kira aku akan melepaskanmu begitu saja?" Tanya Rey dengan senyuman miringnya membuat Melodi menggelengkan kepalanya, seakan menolak apa yang akan Rey lakukan pada dirinya. Tidak. Melodi tidak mau menikah dengan pria iblis ini, tidak. Melodi tidak mau, ia tidak mau menderita bersama pria terkutuk ini. "Sampai kapan kau akan menganggap aku sebagai bonekamu. Rey? Aku bukan bonekamu Rey," Teriak Melodi di depan wajah Rey. Aaaarrgghh Pekik Melodi saat rambut indah miliknya di tarik kasar oleh sosok Rey dari belakang. "Kau sudah berani berteriak di depanku ternyata? Wah. Aku sangat suka itu sayang," Sinis Rey sambil menarik kuat rambut panjang Melodi dari belakang membuat wajah Melodi mendongak ke atas. Melodi meringis menahan perih di bagian rambut belakang kepalanya membuat air mata Melodi pada akhirnya menetes juga. "Aku membencimu Rey. Aku sangat MEMBENCIMU," Teriak Melodi hingga isakan tangis gadis itu pada akhirnya terdengar juga membuat tubuh Melodi bergetar karna rasa takut yang hinggap di hati kecilnya saat ini. Di sisi lain supir pribadi Rey harus menahan geli saat ia melihat majikan mereka menyiksa seorang gadis. Hingga sampai seperti ini, ini bukan kali pertama baginya melihat hal ini. Hampir setiap hari ia harus melihatnya ketika gadis kecil itu berada di dekat majikan mereka. "Kau membenciku? Hahaha. Aku tidak peduli Mel. Mau kau membenciku tetap saja kau adalah bonekaku di sini. Dan mengenai kakak bodohmu itu, aku prihatin padanya, bisa - bisanya ia mempercayai adik kesayangan pada seorang Rey," Ucap Rey dengan tawa setannya membuat Melodi berusaha untuk tidak menangis di hadapan Rey. Karna ia tidak ingin terlihat takut di depan pria itu, pria yang hampir setiap hari menyiksanya. Ya, menyiksa fisik dan juga bathinnya. "Kak Daniel tidak bodoh. Dia hanya terlalu menghormati dirimu jika kau tahu itu," Balas Melodi karna ia benci bila kakak tetuanya dikatakan bodoh. Sungguh Melodi sangat membenci sosok Rey yang memiliki dua wajah. Melodi sungguh membenci pria laknat itu, demi apa pun Melodi lebih baik mati dari pada harus menikah dengan pria memiliki mental terganggu seperti Rey. "Kau bilang kakak mu tidak bodoh? Oh astaga, Mel seharusnya kau sadar jika kakak mu itu memang bodoh. Jika ia tidak bodoh ia pasti tahu dan mengerti akan permintaanmu itu," Ujar Rey dengan nada sinis sambil melepaskan rambut panjang Melodi dari tarikkan kasarnya." Tapi terserahlah. Aku tidak peduli dengan penilaianmu itu, yang terpenting kau sudah bersamaku sekarang dan sekarang aku bisa tertidur nyenyak tanpa memikirkanmu yang akan lari dariku," Kata Rey kembali sambil mengusap sayang puncak kepala Melodi dengan seulas senyuman tipisnya. Hingga pria itu pada akhirnya tertidur di samping Melodi, dengan pundak Melodi sebagai sandarannya. **** "Aku membencimu Rey. Aku sangat membencimu, tapi ucapanmu itu memang ada benar. Bahwa kakakku itu memang bodoh, Ya. Kak Daniel itu bodoh. Aku membenci kalian berdua tapi aku juga menyayangi kakakku sendiri. Oh tuhan, bolehkah aku meminta jika nyawa ku kau ambil saja bahkan aku rela bila nyawaku kau gantikan dengan nyawa orang yang masih ingin hidup. Tidak seperti aku yang memilih untuk mati dari pada melihat dunia," Batin Melodi dengan kedua mata meneteskan butiran kristal membuat gadis itu hanya mampu menangis dalam diam. Melodi menoleh ke arah Rey yang seakan begitu nyenyak dalam tidurnya, pria itu tidur di atas pundak mungilnya bahkan tubuh mungilnya seakan dipeluk begitu erat. Membuat Melodi harus menahan nafas, karna ia akan bebas bila pria itu sudah tertidur. Jika pria itu tidak tertidur maka ia yang akan menjadi santapannya saat pria itu tidak tertidur. ***** Perusahaan Hartawan Di kantor Alina menghela nafas leganya saat Rey sudah pergi dari ruangan ini. Ya. Setidaknya ia aman dari semua pertanyaan Daniel pada dirinya. "Syukurlah pak Rey sudah pergi. Jika pak Rey masih di sini entah apa yang akan terjadi padaku. Dan bagaimana reaksi pak Daniel nanti," Batin Alina lega. *** "Alina kau boleh bersiap - siap untuk pulang sekarang. Sebab jam pulang kantor hampir tiba," Kata Daniel sambil sibuk dengan laptop miliknya. "Baik pak," Jawab Alina sambil membereskan meja kerjanya. Pukul 17:00 sore Alina dan Daniel keluar bersama - sama. Di luar perusahaan Hartawan. Daniel menatap ke arah Alina, ia ingin tahu Alina akan pulang mengunakan apa. "Alina. Jika boleh tahu kau akan pulang mengunakan apa?" Tanya Daniel. "Saya akan naik tranportasi umum pak. Memang kenapa pak? Bapak butuh sesuatu?" Tanya Alina balik. "Tidak Alina aku hanya ingin tahu saja. Kalau begitu bagimana jika kau pulang bersamaku saja, kebetulan aku juga ingin pulang. Oh ya, ngomong - ngomong kau tinggal di mana?" Tanya Daniel penasaran. "Saya tinggal tidak jauh dari lokasi perusahaan ini pak. Tapi apa saya gak merepotkan bapak?" Tanya Alina dengan perasaan gugup. "Sama sekali tidak. Alina, justru aku seneng jika kau mau pulang bersamaku. Setidaknya aku memiliki teman ngobrol nanti, lagian kau pasti tahu jika Melodi tengah bersama Rey. Maka otomatis aku akan sendirian," Kata Daniel." Ayo masuk. Biar sekalian aku mengantar dirimu pulang," Kata Daniel sambil membuka pintu mobil untuk Alina. "Tapi pak. Apa bapak tidak malu mengantar seorang gadis yang memiliki cacat fisik seperti saya?" Tanya Alina dengan perasaan yang amat sangat malu. Seketika perasaan Daniel merasakan rasa hangat saat ucapan yang Alina lontarkan pada dirinya. Seakan gadis itu sangat menyadari posisinya, tapi jujur saja Daniel tidak pernah mempermasalahkan hal ini Sebelumnya. Justru Daniel merasa bangga pada Alina yang dengan kuat menerima cobaan yang ia rasakan bahkan Alina mampu melewati cobaan tersebut. Daniel tersadar saat ia menyadari jika ia mulai tertarik pada sosok Alina, tapi Daniel segera membuang jauh - jauh perasaaannya itu. **** "Tidak Daniel kau tidak boleh menyukai Alina. Kau harus mengingat janji yang telah kau buat sebelumnya, ingatlah janjimu itu Daniel," Batin Daniel berusaha membuang perasaan itu." Alina. Bagiku fisikmu bukanlah penghalang untuk dirimu memiliki seorang teman, lagian apa ada seorang sahabat menatap sahabat nya dari fisiknya? Itu tidak pernah ada Alina. Terkecuali orang itu adalah musuhmu sendiri. Ayo masuklah, Alina," Perintah Daniel membuat Alina pada akhirnya menuruti keinginan Daniel. Alina masuk dan duduk di samping kursi kemudi di mana Daniel berada, YA. Daniel menyentil mobilnya sendiri tanpa seorang supir karna ia lebih menyukai untuk menyentil mobilnya sendiri. Walau ia akan selalu di ikuti oleh para bodyguard yang sudah ia pekerja kan untuk mengawasi dirinya. **** Cukup lama Alina memilih diam hingga ia yang tidak tahan untuk terdiam pun mulai membuka suara. "Pak Daniel. Jika saya boleh tahu di mana kekasih bapak? Maksud saya. Saya tidak enak saja jika sampai kekasih bapak tahu, saya takut kekasih bapak berpikir tidak - tidak tentang saya," Kata Alina takut - takut. "Kau tidak perlu khawatir Alina. Kebetulan aku belum memiliki seorang kekasih jadi kau tidak perlu takut. Dan kau sendiri, di mana kekasihmu?" Tanya Daniel balik. "Saya belum memilikinya pak. Lagian siapa yang mau dengan gadis buruk rupa seperti saya," Kata Alina merendahkan dirinya sendiri membuat Daniel menatap ke arah Alina. "Jangan berbicara seperti itu Alina. Kau lupa dengan ucapan Rey, tidak semua orang menatap seseorang dari fisik. Dan kau harus belajar dari adik perempuanku itu," Ujar Daniel dengan tatapan lembutnya. Daniel menghentikan mobilnya di depan apartemen kecil milik Alina. Daniel menatap sekeliling apartemen Alina seakan tengah menelisik lingkungan di mana Alina tinggal. "Ini apartemenmu? Tidak buruk," Ucap Daniel. "Iya pak. Ini apartemen yang aku sewa untuk beberapa bulan ke depan. Bapak ingin masuk?" Tanya Alina. "Tidak perlu Alina. Mungkin lain kali aku baru akan mampir. Baiklah, aku permisi pulang dulu," Kata Daniel. "Baiklah pak, Pak Daniel. Terima kasih. Karna bapak mau mengantar saya," Ucap Alina dengan senyuman manisnya. Daniel memasuki mobil mewah miliknya sambil melambaikan tangan pada Alina hingga mobil miliknya berjalan meninggalkan Alina yang masih tersenyum - senyum saat ini. **** Villa Melodi dan Rey baru saja sampai di villa milik pria itu. Melodi menatap sekeliling Villa dengan tatapan takut dan cemasnya. "Rey? Kenapa kita ke sini?" Tanya Melodi dengan raut cemasnya. "Memang kenapa? Bukankah kita selalu datang kemari jadi wajar saja kita di sini. Lagian ini tempat tinggalku," Kata Rey dengan alis terangkat satu. "Tapi Rey aku ingin pulang. Bisakah kau mengantar aku pulang saja?" Tanya Melodi dengan wajah pucatnya. "Tidak," Jawab Rey dengan kedua mata menatap tajam sosok Melodi. Membuat nyali Melodi menciut seketika. "Tapi Rey a...!!! Ucapan Melodi harus terhenti. "Sekali aku bilang tidak. Ya. Tidak," Bentak Rey dengan nada marahnya membuat Melodi terdiam seketika. "Sekarang masuk. Masuk ke dalam aku bilang," Perintah Rey tegas membuat Melodi pada akhirnya menuruti keinginan pria itu. Melodi melangkah masuk ke dalam villa milik Rey dengan perasaan takut. "Jalannya cepat sedikit," Perintah Rey sambil mendorong - dorong tubuh mungil Melodi agar segera masuk ke dalam villanya. Membuat Melodi harus menahan nafas saat lagi - lagi ia harus kembali ke tempat terkutuk ini. **** "Tidak Mel. Kau harus lari Mel, jika tidak kau akan kembali mendapatkan siksaan darinya," Batin Melodi ingin sekali ia berlari tapi tubuhnya seakan tidak memiliki tenaga lagi. Diri nya sangat takut bahkan amat sangat takut. *** "Kau memikirkan apa sayang? Kau berpikir untuk kabur dari tempat ini?" Tanya Rey dengan tatapan setannya membuat Melodi segera menggelengkan kepalanya. "Ti.... dak Rey aku ti..... Aarrgghh. Sakit Rey," Pekik Melodi saat rambut belakangnya kembali di tarik kasar oleh Rey. "Aku peringatkan pada dirimu. Jangan berani - beraninya kabur dariku tanpa seizin dariku. Kau mengerti," Kata Rey membuat wajah Melodi mendongak ke arahnya dengan cara menarik sekuat yang ia bisa pada helaian rambut gadis itu. "A... ku mengerti," Jawab Melodi dengan bibir bergetar. "Bagus itu baru calon istriku yang penurut," Sinis Rey sambil mendorong tubuh Melodi agar segera menaiki anak tangga." Cepat naik," Perintah Rey membuat Melodi mengangguk dan kembali melangkah menaiki anak tangga. Melodi melangkah ke arah kamar di mana itu adalah kamar milik Rey. "Masuk," Perintah Rey. Membuat Melodi kembali menuruti perintah pria itu. Melodi masuk ke dalam kamar bernuansa maskulin milik Rey begitupun Rey. Pria itu juga ikut masuk bersama dengan Melodi, Rey mengunci kamarnya saat Melodi telah Masuk ke dalam kamarnya. Rey menatap Melodi dengan tatapan tajamnya, di usapnya wajah cantik Melodi membuat Melodi pada akhirnya menutup kedua matanya merasakan sentuhan lembut pria itu pada dirinya. Hingga tubuh mungil Melodi terjatuh ke atas ranjang besar milik Rey, saat pria itu mendorong tubuh kecilnya hingga terjatuh ke atas tempat tidur. Rey membuka beberapa kanci bajunya hingga menampilkan tubuh berotot milik pria itu. Melodi berbaring dengan wajah ketakutan saat dirinya menatap kedua mata Rey, yang terlihat sangat menakutkan bagi dirinya. "Kalau kau menuruti perkataanku kau tidak akan terluka. Sayang," Ujar Rey lalu naik ke atas ranjang. Rey saat ini tengah berada di atas tubuh Melodi, pria itu tengah membelai wajah ketakutan Melodi dengan seringai di wajah tampannya. Melodi menahan tubuh Rey agar tidak menimpa tubuh rapuhnya lagi. "Tolong jangan sakiti aku Rey," Mohon Melodi dengan wajah bergetar. **** Mansion Hartawan Daniel telah sampai di mansion miliknya. Pria itu melangkah masuk ke dalam mansionnya, jujur saja Daniel merasakan rasa sepi saat tidak ada Melodi di dekatnya. Biasanya adik perempuannya itu selalu duduk di sofa single tapi kali ini sofa itu seakan tidak ada penghuninya. "Aku merindukanmu Mel. Tapi, setidaknya kau akan bahagia jika ada Rey di sampingmu. Lagian jika kau menikah dengan Rey, aku yakin Rey pasti akan menjaga dirimu dengan baik. Bahkan akan membantumu untuk mencari korban yang pernah kau lukai," Kata Daniel sambil menghela nafas lelahnya. **** Apartemen Saat ini Alina tengah sibuk dengan semua pikirannya tentang Daniel. "Astaga. Alina sadarlah, seharusnya kau sadar siapa dirimu dan siapa pak Daniel. Lagian pak Daniel tidak mungkin menyukaimu, kau sungguh tidak tahu malu Alina," Ucap Alina merasa sangat memalukan kali ini bisa - bisanya ia menyukai seorang Daniel Andhika Hartawan yang sangat sempurna bagi semua orang. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD