3. Aku memang bodoh

1148 Words
Sebelum membaca cerita ini. Harap di simak baik - baik. Bahwa cerita ini hanyalah cerita fiksi, jika dunia nyata tidak ada maka anggap saja di dunia khayalan itu ada. selamat membaca. ****** Mansion Hartawan... Saat ini kakak beradik tengah menikmati makan malam mereka sambil berbincang bersama. "Kak. Apa kakak sudah berhasil bertemu dengan gadis 12 tahun yang lalu?" Tanya Melodi dengan nada penuh harap. "Mel. Mencari gadis yang pernah kau celakakan tidak semudah itu sayang, karna bisa saja mereka mengaku - ngaku jika mereka ada korban 12 tahun yang lalu," Ujar Daniel dirinya sangat berharap jika adiknya mau mengerti. "Lalu aku harus bagaimana kak? Jika sampai saat ini kakak belum bisa bertemu dengannya, mungkin saja dia sudah pindah ke kota lain," Lirih Melodi dengan tetesan air mata. "Dengarkan kakak sayang. Jika kita tidak bisa bertemu lagi dengan gadis itu, maka kau harus bisa mencoba untuk melupakan kejadian 12 tahun yang lalu. Mungkin itu adalah takdir untuk gadis itu sendiri," Kata Daniel dengan lembut berharap jika adik perempuannya mau mengerti akan ucapannya. Melodi menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih, jujur ia tidak bisa melupakan kejadian itu. Meski ia mencoba untuk melupakannya tetap saja Melodi belum mampu untuk melupakan kejadian 12 tahun yang lalu. Karna Melodi selalu menyalahkan dirinya dengan apa yang sudah ia lakukan dulu. Selesai makan malam, Daniel dan Melodi melangkah menuju kamar mereka, mereka berniat mengistirahatkan tubuh mereka yang sudah nampak lelah. **** Pagi yang cerah Alina telah bersiap - siap untuk berangkat ke perusahaan Hartawan yang direkomendasikan oleh seorang gadis Cantik yang mungkin sudah menjadi sahabatnya saat ini. Alina mengendarai tranportasi umum menuju perusahaan Hartawan. Dirinya berdoa agar ia bisa di terima di sana. Sesampai Alina di perusahaan terbesar di kota swiss. Alina menuruni transportasi umum. Kedua kakinya melangkah mendekati perusahaan Hartawan. Alina memasuki perusahaan Hartawan dengan beraninya. Alina menatap seisi perusahaan Hartawan. Alina tahu banyak mata yang tengah menatap dirinya begitu sinis, tapi Alina tidak mau ambil pusing karna ia sudah tahu akan seperti ini pada akhirnya membuat Alina tetap berusaha untuk kuat dan tampil biasa di depan semua orang. "Siapa wanita itu? Lihat salah satu matanya itu?" Tunjuk seorang Staf wanita dengan tatap sinis. "Iya. Aneh sekali matanya. Kenapa bisa begitu ya?" Tanya Staf lain entah pada siapa. "Ehm. Apa dia ingin melamar pekerjaan di sini? Memangnya pak Daniel mau menerima gadis seperti dirinya?" Tanya Staf seakan sangat merendahkan sosok Alina. "Apa dirinya tidak sadar. Dengan kekurangan yang ia miliki," Kata Staf lainnya dengan nada sinis. Begitulah yang Alina dengar dari ucapan yang terlontar dari mulut para Staf di perusahaan ini. Alina memberanikan diri untuk mendekati seorang resepsionis. "Permisi. Apa di sini ada lowongan pekerjaan? Sebagai seorang sekertaris?" Tanya Alina dengan hati - hati. "Iya nona? Di sini memang ada. Tapi apa nona ingin melamar pekerjaan di sini?" Tanya sang resepsionis dengan tatapan merendahkan. "Iya. Saya memang berniat untuk melamar di sini. Apa boleh?" Tanya Alina dengan perasaan malu. Para Staf dan sang resepsionis menatap sosok Alina dengan tatapan yang cukup sangat merendahkan sosok Alina. Alina yang merasa di tatap begitu sinis membuat ia merasa sangat gugup dan takut secara bersamaan. "Alina?" Panggil seorang gadis yang tidak lain adalah Pinky. Gadis bertumbuh semok itu melangkah mendekati sosok Alina bahkan juga memeluk Alina dengan perasaan bahagia," Ternyata kau datang juga Alina. Aku kira kau tidak akan datang. Kau tahu aku sangat senang akan kedatanganmu," Ujar Pinky antusias." Oh iya. Aku ingin mengatakan pada kalian? Bahwa Alina ini adalah sahabatku. Tolong terima dia di sini," Kata Pincky kembali." Oh ya. Ngomong - ngomong di mana pak Adi?" Tanya Pinky pada dirinya sendiri. "Pak Adi. Pak Adi?" Teriak Pinky dengan wajah berbinar. "Hey Pinky. Apa kau sadar dengan apa yang kau perbuat? Kau mencarikan seorang sekertaris seperti ini untuk pak Daniel. Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu," Sinis seorang gadis dengan tatapan meremehkan sosok Alina. "Hei. Kau tidak perlu sampai menghina kekurangan Alina, apa kau sadar? Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna di dunia ini. Termaksud kau sekali pun," Ujar Pinky sambil menatap seorang gadis yang bernama Sasa. Seorang pria yang sering kali di panggil dengan nama Adi tengah melangkah mendekati ketiga gadis itu. "Ada apa ini?" Tanya Adi dengan senyuman tipisnya. "Begini pak Adi. Perkenalkan ini Alina, Sahabatku. Kebetulan sahabatku ini berniat melamar pekerjaan di perusahan ini. Tapi sih tikus got ini melarangnya," Tunjuk Pinky ke arah Sasa yang tengah Menatap dirinya tajam. "Enak saja kau bilang aku tikus got. Ingatlah ini Picky. Aku lebih senior darimu," Balas Sasa sombong. "Sudah - sudah. Sebaiknya kalian diam saja. Kau ingin bekerja disini nona? Tapi maaf sebelumya semuanya harus pak Daniel yang memberi wewenang apa lagi?" Adi menghentikan ucapannya. Takut jika Alina tersinggung akan ucapannya. "Aku sangat mengerti akan keadaaanku ini. Maka dari itu aku merasa tidak pantas berada di tempat ini," Ujar Alina dengan perasaan sedih. "Akhirnya kau sadar juga. Baguslah," Sinis Sasa. "Bu... bukan itu maksudku. Tolong jangan tersinggung. Sebentar aku akan menghubungi pak Daniel terlebih dahulu." Ujar Adi sambil menelpon Daniel sang pemilik perusahaan Hartawan. **** "Hallo. Adi. Ada apa?" Tanya Daniel di sembarang sana saat panggilan teleponnya di angkat sang pemilik nomor. "Maaf mengganggu waktu bapak. Begini pak. Ada seorang gadis yang ingin melamar menjadi sekertaris bapak," Ujar Adi. "Lalu. Kenapa kau harus memberitahuku? Kau pasti sudah tahu jika aku memang sangat membutuhkan seorang sekertaris," Balas Daniel dengan nada khawatir di sembarang sana. Disisi lain Adi tengah fokus membaca formulir milik Alina. "Ta... Tapi pak. Masalahnya yang melamar itu tidak tamat sekolah," Ujar Adi takut - takut. "Apa? Lalu?" Tanya Daniel. "Dia sedikit memiliki kekurangan fi...," Ujar Adi. "Adi. Sudah kau terima saja. Sudah dulu ya. Aku sibuk, kau tahu adikku kembali sakit lagi," Kata Daniel. "Ta... tapi masalah wanita ini ke...!!! Ucapan Adi harus terhenti. Saat dirinya mendengar jika panggilan teleponnya sudah terlebih dahulu di matikan oleh Atasannya sendiri. Adi menghela nafas beratnya. Ia terpaksa menerima Alina walau atasannya tidak tahu apa saja yang tidak di miliki oleh Alina. Sesuai permintaan Atasannya sendiri. Adi mematuhi apa yang dikatakan oleh Daniel. Pada akhirnya ia harus menerima Alina untuk bergabung di perusahaan Hartawan. "Alina. Kau di terima untuk bergabung di perusahaan ini sebagai sekertaris pak Daniel. Tapi maaf, pak Daniel tidak bisa hadir disini. Sebab adik beliau tengah sakit," Ujar Adi dengan nada ramah." Pinky kau bisa mengantar Alina ke ruangan pak Daniel kan. Meja sekertaris bersebelahan dengan meja pak Daniel," Ujar Adi. "Ayo Alina ikut aku. Oh ya, selamat ya akhirnya kau di terima juga di perusahaan ini," Ujar Pinky dengan wajah bahagia sambil menarik Alina untuk ikut bersamanya. Pinky sengaja mendorong tubuh Sasa menjauh membuat gadis itu menahan kekesalannya. "Kurang ajar kau Pinky. Awas saja dan juga wanita tidak tahu diri itu, sudah jelek kumuh lagi. Aku yakin, pak Daniel tidak mungkin menerima gadis jelek itu. Apalagi tidak tamat sekolah malah lebih pantas menjadi seorang pembantu. Lihat saja," Ujar Sasa menahan kekesalannya pada Alina gadis kumuh yang membuat ia kesal bukan main. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD