bc

Seifuku-Sha

book_age0+
1.4K
FOLLOW
11.9K
READ
love after marriage
fated
arrogant
goodgirl
princess
king
drama
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Raja Anming, menjadi sosok yang tak di kenal oleh anggota istana setelah kematian permaisuri kesayangannya. Raja yang semula memiliki kelembutan dan kehangatan di balik sikap datar dan tegasnya, kini berubah menjadi sosok yang tak punya hati dan perasaan. Membuat semua yang ada di dekatnya menjadi ketakutan. Melakukan kesalahan sedikit saja, hukuman mati adalah jalan keluar. Membuatnya marah dan murka, kepala lah yang menjadi jaminan.

Kehidupan istana menjadi kaku. Tak sehangat dan sedamai dulu. Semua karena sang pemilik kehangatan telah tiada. Pergi jauh dan tak kembali. Membawa serta hati nurani sang penguasa. Meninggalkan jejak kesedihan dan penderitaan. Membawa pergi warna-warni yang menghiasi kehidupan. Dan hanya meninggalkan abu-abu yang kelam.

Namun, perlahan semua itu terkikis karena kehadiran orang lain. Seorang gadis yang cantik jelita dan tak pernah mempunyai rasa takut. Seorang gadis yang dengan lantangnya menantang sang penguasa. Menentang semua apa yang dilakukan sang penguasa yang menyulitkan para warga. Berani mempertaruhkan nyawa hanya demi menyelamatkan orang tersayangnya.

"Anda bisa memenggal kepalanya setelah bisa membuat saya takluk pada diri anda, Yang Mulia!" ucapnya keras dan tegas di halaman utama istana. Membuat semua orang terkesiap dengan keberaniannya. Dan juga membuat seseorang takut dengan tindakannya.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Penggal!! Penggal!! Penggal!!" "Penggal!! Penggal!! Penggal!!" Sorakan semua orang yang tengah menyaksikan sebuah hukuman penggal yang di adakan dimuka umum itu menggelegar. Semua warga yang melihat dengan semangat menyerukan agar seseorang yang kini tengah terikat di masing-masing tiang yang berada di tengah-tengah lapangan luas itu segera menerima hukumannya. Mereka berteriak, mengumpati orang tersebut. Memandang penuh benci seseorang yang berlumur darah di beberapa bagian tubuhnya karena mendapatkan siksaan dari orang-orang yang menangkapnya. Seorang bertubuh besar mendekat ketengah lapangan. Ditangannya terdapat sebuah pedang besar yang mengkilat tajam di ujungnya. Wajah seramnya membuat siapa saja akan takut terhadapnya. Dengan langkah tegas dan penuh kepercayaan diri. Pria itu berjalan menghampiri seseorang yang kini menelungkupkan kepalanya pada kayu balok yang ada di depannya. "Bunuh penjahat ini?!" teriaknya menggelegar dan disambut sorakan setuju semua orang yang hadir. Dengan wajah bengis ia mengangkat pedangnya dan mengarahkannya pada kepala orang tersebut, "Temui ajalmu, bocah!!" teriaknya sembari mengayunkan pedang. Settt~ Sebuah anak panah melesat dari kejauhan. Menancap dengan kuat pada salah satu tiang kayu yang berada tepat di belakang pria bertubuh seram itu. Semua terkejut, kecuali seseorang yang babak belur itu. Dirinya menyeringai, mengetahui siapa yang datang. Sang penyelamat nya. Namun, seringainya sirna saat kayu yang menyangga kepalanya mengeluarkan suara retakan. Kedua mata coklatnya ia gulirkan kebawah, dan membelalak lebar saat mendapati dua anak panah yang menancap di masing-masing sendi kayu. Dan ia berteriak saat kayu itu roboh dan membuatnya ikut tersungkur ketanah. Seseorang melompat beserta kudanya. Melompati gerombolan para manusia yang berdiri mengelilingi lapangan itu. Membuat sebagian besar mereka memekik terkejut karena kehadirannya. Ia menyeringai di balik cadarnya, memainkan rambut panjangnya yang kini terikat tinggi di kepala. "Maaf, karena sedikit terlambat Xi Feng." ucapnya sembari menikmati raut ketakutan para warga. Wajahnya yang tertutupi cadar tipis berwarna merah muda itu tampak santai dan tenang. Pria bertubuh besar itu berteriak. Memanggil bala tentaranya. Giginya gemertak, merasa geram pada seseorang yang ia yakini seorang wanita itu. Dengan wajah angkuh ia menantang tamu tak di undang tersebut, "Beraninya kau merusuh di tempatku!!" teriaknya tak terima. Orang bercadar bermata hitam itu menolehkan kepalanya, melirik lewat bahu seseorang yang berteriak keras terhadapnya. Dengan gerakan santai ia membimbing kudanya untuk menghadap orang itu. Ia kembali tersenyum di balik cadar. Mengangkat sebelah kakinya pada punggung kuda yang ia tumpangi, dan meletakkan siku sebelah tangannya pada lutut kaki. Tatapannya tampak mengejek pria berwajah seram di hadapannya, Dasar jelek! Oloknya dalam hati. "Beraninya kau!!" Suara gaduh yang berasal dari tumpukan kayu yang hancur mengalihkan atensi semua orang. Orang yang babak belur itu bangkit, berdiri dengan sedikit kepayahan. Nafasnya tersengal dan ia sedikit terbatuk karena mencium tanah yang berdebu. "Dasar payah." olok orang bercadar itu kembali. Tatapannya kini beralih menatap pemuda dengan wajah babak belur di hadapannya. Ia melempar sebuah pisau kecil, mengarahkan pisau itu pada ikatan yang ada di tangan sang pemuda. Dan dengan tepat, ikatan pria itu terlepas dengan mudah. "Kau!!" suara pria seram itu kembali terdengar, kali ini terdengar lebih kejam dari sebelumnya, "Habisi mereka semua!!" perintahnya pada anak buah yang sudah mengelilingi orang berkuda dan tahanan. Orang bercadar itu melompat dari atas kuda. Tangan kanannya menarik sebuah katana berganggang merah di pinggangnya. Dengan gerakan yang lihai dan cekatan, ia menampik dan menyerang semua musuh yang ada tanpa kesulitan yang berarti. Hanya dalam waktu beberapa menit, orang berpakaian ungu muda itu telah melumpuhkan semua musuhnya tanpa menghilangkan salah satu nyawa dari mereka. Kericuhan yang ada membuat para warga membubarkan diri dan meninggalkan tempat tersebut. Mereka takut jika ikut menjadi korban dari kerusuhan yang ada. "b*****h!!" sang pemimpin terlihat semakin geram saat melihat anak buahnya terkapar tak berdaya di tanah. Dengan geraman amarah yang begitu kentara, ia berlari kearah orang bercadar. Mengayunkan pedang besarnya pada orang tersebut. Orang bercadar itu berputar dan menampik pedang yang mengarah padanya. Membuat bunyi 'trang' yang cukup memekakkan telinga terdengar. Sebelah kakinya mundur selangkah saat ia sedikit kewalahan menghadapi tekanan musuh berbadan tiga kali lebih besar darinya itu. Merasa, ia tak akan bisa bertahan lebih lama lagi menghadapi tekanan sang musuh, orang bercadar itu merunduk dan kembali memutar tubuhnya. Membuat sang musuh sedikit terdorong kedepan karena menekan udara kosong. mata orang bercadar itu menelisik tempat yang bisa dilihatnya. Dalam pikirannya ia harus menyelesaikan ini tanpa harus membuang banyak tenaga. Sebelah alisnya terangkat saat melihat sesuatu yang menarik di pinggir lapangan tersebut. Ia berlari saat pria bertubuh besar itu kembali melakukan serangan. Ia merendahkan badan dan melewati sebuah kayu dengan penghalang yang lumayan rendah. Membuatnya harus merendahkan badan dan menekuk kedua kakinya pada tanah. Setelah berhasil melewati, ia memotong tali yang mengait di kayu dengan diameter lumayan tinggi itu. Sehingga kayu itu roboh dan menimpa pria bertubuh besar yang hampir saja mengayunkan pedang padanya. "Pfft, Dasar bodoh!" oloknya ketika melihat pria berwajah seram itu jatuh tak sadarkan diri. Kemudian dengan langkah riang ia menghampiri pemuda yang tengah mengelap wajahnya yang kotor karena noda darah dan tanah. "Bagaimana, hebat bukan?" ucapnya dengan nada bangga, ia menepuk bahu pemuda itu dengan sedikit keras membuat pemuda tersebut meringis kesakitan. "Pukulanmu itu sakit kak, berhentilah memukulku!" protes pemuda remaja bernama Xi Feng tersebut. Orang bercadar itu mendengkus, sebelum kemudian bergerak mengeplak kepala pemuda di hadapannya dengan gemas, "Kau memang benar-benar ceroboh!" omelnya membuat Xi Feng menundukkan kepalanya sembari mengusap nya, "Bagaimana kalau aku tidak tepat waktu menyelamatkan mu tadi? Kau mau aku kena omelan dari kakek dan paman, huh?!" "Maafkan aku kak." "Hahh,, sudahlah. Sebaiknya kita segera pergi dari desa ini dan pulang. Sebelum ada kerusuhan lagi yang membuatku kerepotan." orang bercadar itu kembali berjalan, menuju kudanya. Namun, sebelum berjalan terlalu jauh ia kembali menoleh pada pemuda yang di selamatkan nya tadi, "Apa yang kau tunggu, ayo!!" Xi Feng segera melangkah mengikuti sang penyelamatnya itu. Kemudian ia naik pada kuda lain yang entah datang darimana. Mungkin kakaknya itu tadi membawanya dua dan ia tinggalkan di belakang para warga saat melakukan aksi penyelamatannya. Setelah selesai menaiki kuda masing-masing, mereka segera meninggalkan desa tersebut. Meninggalkan seseorang yang sudah mulai sadar dari pingsan nya, "Aishh dasar bocah k*****t!!" umpat pria bertubuh besar itu dengan pelan. ~•••••~ Ruang makan Kerajaan Konoha tampak kaku dan dingin. Semua yang ada hanya duduk tegang dan diam dengan perasaan yang was-was. Raja mereka dalam suanana hati yang buruk. Terlihat dari tatapan matanya yang tampak seperti menguliti seseorang yang kini tengah di tatapnya tajam. "Semua keluar kecuali selir Han’er!" perintahnya datar. Raja dengan mata hazel yang tajam itu menyesap arak dengan tenang. "Yang Mulia.." "Keluar permaisuri!!" Semua terkejut dengan bentakan yang keluar dari mulut sang raja. Mereka segera berdiri. Menekuk lutut dalam bagi para wanita dan membungkuk bagi para pria. Memberi hormat pada sang penguasa. Setelah itu, mereka dengan perlahan mundur dan keluar dari ruang makan istana secara teratur. Meninggalkan sang raja bersamaf selir ke lima nya. Putri Han Mei menunduk dengan wajah yang terlihat begitu pucat. Tangan mungilnya gemetar dan saling meremat. Dalam hatinya ia berdoa jika sang raja akan berbaik hati memaafkannya. Ya, memaafkan kesalahan kecil yang dianggap besar oleh sang penguasa. Raja berusia 33 tahun itu meletakkan cawan araknya di atas meja rendah di hadapannya. Helaan nafas ringan terdengar dari mulutnya. Dengan gerakan pelan, ia mengambil pisau kecil yang di khusus kan mengupas buah. "Yang Mulia.." "Diam." raja rupawan itu memainkan pisau kecil tersebut. Menimang benda tajam itu. Han Mei kian gemetar. Keringat dingin mulia membasahi dahinya. Tubuhnya terasa mati rasa saat melihat kilatan tajam pada ujung pisau tersebut. "Selir Han Mei.." suara raja kembali terdengar setelah hening sejenak, "Apa kau tahu, apa kesalahanmu, hm?" Han Mei segera menjatuhkan kepalanya pada lantai. Memohon ampun dengan tubuh gemetar dan nada suara yang gemetar pula. Ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya lagi, "Mohon ampuni saya,Yang Mulia. Saya memang bersalah. Saya memang pantas di hukum. Tapi saya mohon, ampuni nyawa saya." Raja muda itu mengangkat sudut bibirnya, menyeringai kejam. Tatapan matanya terlihat menghunus punggung selirnya, "Bangun, angkat wajahmu!" perintahnya masih dengan nada yang sama. Dengan perlahan, Han Mei mengangkat tubuh dan wajahnya. Wajahnya kian pucat. Jantungnya berdetak lebih keras dari sebelumnya karena ketakutan. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya berdoa pada Dewa agar menyelamatkannya. "Kau tahu, sudah ku peringatkan untuk tidak membahas hal itu. Tapi kau dengan berani membahasnya." ucapan sang penguasa tampak tenang, "Kurasa kau sudah bosan untuk hidup." "Itu tidak benar yang mul.." "Diam!!" Han Mei berjengit karena teriakan raja, tubuhnya kian bergetar dan air matapun lolos dari kedua matanya. "Tidak tahu di untung." kekeh sang raja terdengar kejam, "Akan ku buat kau agar bisa melihatnya dan bersama dengan dirinya. Dengan begitu, tidak ada pertanyaan tentang dia dari mulutmu!" ucapnya sebelum melempar pisau itu pada selirnya. Pisau itu menancap tepat di dahi Han Mei. Darah segar merembes dari sana. Bersama dengan air mata yang keluar dengan deras dari mata indah wanita cantik tersebut. Sinar sendu ia tujukan pada sang raja yang menatapnya datar saat ia menikmati ajal yang menjemput. Dan dalam beberapa detik kemudian, tanpa kata ia terlelap. Menutup mata untuk selamanya. "Huo Ying!!" Seseorang datang setelah mendengar panggilan itu. Seorang pria yang menjadi kepercayaan raja, "Hamba yang Mulia." ia membungkuk takjim pada sang raja. "Singkirkan tubuh wanita itu dan bakar!" perintah sang raja tanpa beban yang berarti. "Hamba mengerti." "Aa, satu lagi. Bunuh semua yang menentang keputusanku!" tambah sang raja itu sebelum pergi berlalu dari ruangan tersebut. Huo Ying menghela nafas lelah, lagi-lagi nyawa tak berdosa melayang akibat kecerobohan mulut mereka masing-masing. Dalam hati ia berdoa, semoga ini yang terakhir. Jangan sampai terjadi pertumpahan darah lagi. "Zhuo Zu, kemana hati nuranimu." gumamnya sembari menatap kasihan selir kelima rajanya. Kemudian ia bergerak membopong tubuh tak bernyawa itu dan meninggalkan ruang makan yang menjadi saksi bisu pertumpahan darah yang kembali terjadi. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mrs. Rivera

read
45.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
114.8K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.7K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook