"Aku memang menawarkan 5000 pounds padanya," tukas Alexa cepat, sebelum Razor sempat membuka mulutnya untuk menjawab perkataan Davin tadi. Membuat pria itu kembali menatap dirinya. "Dan dia benar, untuk pria sepertimu, aku pastinya akan berpikir 1000 kali untuk mengeluarkan uangku dan memberikannya padamu," lanjutnya lagi.
Diam-diam, Razor tersenyum tipis mendengar ucapan Alexa yang kini telah menjadi Sugar Baby-nya. Merasa senang karena secara tidak langsung wanita ini telah memuji dirinya dan juga keahliannya di ranjang.
"Wanita miskin sepertimu? Membayar seorang pria simpanan sebanyak 5000 pounds?" Davin terbahak. Di saat yang sama, ia berusaha menahan rasa sakit yang masih berdenyut di perutnya.
Di sisi lain, rasanya Razor ingin meninju wajah pria itu dan merontokkan gigi Davin dengan kepalan tangannya agar pria itu tidak bisa lagi tertawa keras.
Sayangnya, saat ini Alexa sedang bersandar padanya. Jika tidak ... Davin pasti akan segera mengetahui tentang siapa dirinya melalui pukulan yang ia berikan pada pria itu. 'b******k!' geramnya dalam hati, karena ia tidak bisa bertindak pada Davin.
Di Glasgow ini, hanya segelintir orang saja yang sangat mengenal tentang tabiatnya. Yang pertama, ia tidak suka terlalu banyak bicara. Alexa adalah pengecualian baginya. Kedua, ia tidak suka jika wajahnya ditunjuk oleh seseorang. Ketiga, semua yang pernah menghinanya biasanya akan berakhir di unit gawat darurat dalam keadaan koma atau patah tulang. Terkecuali Alexa tentunya.
Sejak semalam, ia sudah banyak menolerir kesalahan wanita ini padanya. Well, tidak masalah jika Alexa bersikap sedikit kurang ajar padanya sebab ia menyukai wanita ini. Namun bukan berarti ia tidak akan menghukum Alexa kelak.
"My Rule My Law" Kata-kata ini hanya miliknya, menjadi acuannya dalam bertindak. Siapapun yang berani melanggar peraturan yang telah ia tetapkan pada dirinya sendiri, maka orang itu harus bersiap untuk menerima hukuman darinya.
"Wanita miskin? Sayang sekali kau benar-benar buta, Davin." Alexa mencibir pada Davin sambil menggelengkan kepalanya. Juga berpikir mengapa dulu ia bisa menyukai pria itu?
"Bukankah begitu? Buktinya kau tinggal di tempat sejelek ini dan hanya bisa bekerja sebagai Kasir di Minimart karena kau tidak bisa melanjutkan pendidikanmu. Apa ucapanku ini salah?"
'Aku meninggalkan Mansion Kakek gara-gara b******n sepertimu,' umpat Alexa dalam hati. Tetapi ia tidak mengucapkan kata-kata itu di bibirnya. Ia pikir untuk apa? Suatu hari nanti ia pasti akan membuat Davin menyesali pilihannya hari ini. "Akhirnya kau tidak kuat untuk tidak menunjukkan sifat aslimu ya?" Alexa tertawa sinis. Ia bahkan bersyukur karena Tuhan telah membukakan matanya hingga bisa melihat keburukan Davin sebelum ia menikahi pria sialan itu.
"Lex." Razor menyentuh pundak Alexa demi menenangkan wanita itu. Meskipun, ia merasa Alexa bisa menghadapi Davin tanpa bantuannya, tapi apa guna dirinya jika ia tidak bisa melindungi wanita ini dengan tangannya. "Apa kau ... baik-baik saja?" tanyanya.
Alexa menoleh saat mendengar pertanyaan itu yang seakan Razor sedang mengkhawatirkan dirinya. Ia, membalas tatapan pria itu yang sedang tertuju padanya. "Aku baik-baik saja." Ia lalu mengangguk pada Razor.
Nyatanya, setelah ia mendengar perkataan menyebalkan Davin, rasa lemas di kakinya serta rasa sakit yang ia rasakan di area intimnya seketika menghilang begitu saja. Mungkin karena ia merasa sangat emosi dan bahkan rasanya bisa memukul tunangannya itu dengan tangannya sendiri.
Tidak, sejak semalam Davin sudah bukan lagi tunangannya. Perasaan tertariknya yang sangat kuat terhadap pria itu juga telah menguap ke udara akibat ulah Davin sendiri.
Di saat Alexa memikirkan semua itu, ia langsung melepaskan cincin mungil yang berada di jari manisnya lalu melemparkan cincin tersebut ke arah Davin. Cincin itu mengenai d**a mantan tunangannya itu kemudian jatuh menggelinding ke lantai selasar gedung apartemen yang telah ia tempati selama satu tahun belakangan ini.
Davin membungkuk memungut cincin yang telah dilemparkan padanya sembari menggertakkan giginya dengan kesal. Bukan karena ia ingin kembali pada Alexa, tetapi karena mantan tunangannya itu telah menemukan pengganti dirinya sebelum ia sempat memutuskan pertunangannya dengan Alexa.
"Suatu hari nanti, kau pasti akan menyesali perbuatanmu ini, Alexa Wilson," cetusnya emosi.
"Kau salah! Yang seharusnya dia sesalkan adalah bertemu dan jatuh cinta pada pria sepertimu!" tukas Razor dingin. Bahkan dengan sengaja melingkarkan lengannya di pinggang Alexa di hadapan Davin. Selain untuk menahan tubuh wanita itu agar tidak luruh ke lantai saat Alexa tiba-tiba merasa lemas, ia juga ingin menunjukkan pada Davin bahwa sejak hari ini wanita ini adalah miliknya.
Davin menyipitkan matanya melihat hal itu, melihat apa yang Razor lakukan pada mantan tunangannya.
Selama ia menjalin hubungan dengan Alexa, meski sesekali ia pernah memeluk mantan tunangannya itu, tetapi ia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengecup bibir Alexa ataupun menyentuh tubuh wanita itu.
Tidak hanya itu, ia bahkan tidak pernah merangkul pinggang Alexa seperti yang dilakukan oleh pria yang berada di belakang mantan tunangannya itu saat ini.
Tangan pria itu, yang dipenuhi tato hingga ke lengan kaosnya, bukan hanya merangkul pinggang Alexa, namun juga mengusap perut ramping mantan tunangannya itu. Dan Alexa sama sekali tidak tampak terganggu dengan apa yang telah pria itu lakukan padanya.
"Tidak, ada yang salah," gumam Davin sambil mengangkat wajahnya lalu melemparkan pandangannya ke wajah Alexa. Mengamati wajah sang mantan tunangan yang terlihat sedikit pucat hari ini.
Bukan hanya pucat, tetapi sebelumnya Alexa bahkan pulang dengan digendong oleh pria yang sedang berdiri di belakangnya itu. 'Mungkinkah ucapan pria itu pagi ini memang benar jika mereka sering bertemu di belakangku sejak satu bulan yang lalu? Dan semalam, jangan-jangan mereka telah tidur bersama karena itu hari ini dia terlihat sedikit pucat dan lemas. Itu yang membuat pria itu menggendongnya tadi, karena pria itu telah menidurinya semalam suntuk.'
Benci terhadap apa yang ia pikirkan, geraham Davin saling beradu di dalam mulutnya. "Mengapa?" geramnya, mengapa Alexa lebih rela tidur dengan pria itu tetapi tidak dengannya padahal mereka telah bertunangan? Ia sangat ingin menanyakan hal itu pada Alexa. Dan ini juga yang menjadi alasannya hingga ia tertarik pada atasannya di kantor. Karena Quinn mengerti dirinya, karena Quinn tidak menolak ketika ia menginginkan wanita itu di atas ranjang bersamanya.
Selain itu, Quinn memiliki harta dan posisi yang bisa membantunya untuk mendapatkan jabatan yang lebih baik lagi di Perusahaan kekasih barunya itu. Quinn juga tidak pelit padanya. Ia tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun di saat ia menemani wanita itu makan di sebuah restoran mewah yang tidak pernah ia lakukan bersama Alexa sebelumnya. 'Sedangkan bersamanya, aku hanya bisa makan di kaki lima,' batin Davin.