Di hadapan Dokter wanita itu, Razor tampak berpikir keras, 'Entah apa yang ada di dalam otak preman seperti dirinya,' batin sang Dokter wanita dengan wajah gemas.
"Bagaimana jika tidak dijahit? Apakah lukanya cukup besar?"
"Siapa dia bagi Anda?" tanya Dokter wanita itu pada Razor.
"Kekasihku," jawab Razor tegas. "Semalam pertama kalinya kami berhubungan, tetapi aku sudah berusaha selembut mungkin padanya."
Dokter wanita itu menghela napas lelah melihat sikap keras kepala Razor.
"Apakah Anda yang telah memaksanya untuk berhubungan?"
Razor menggeleng pelan, "Tidak, dia yang telah memintaku untuk berhubungan dengannya."
Mendengar jawaban pria itu, sang Dokter sekali lagi menghela napas. "Nona itu terlihat masih kecil, mungkin bisa saja sembuh tanpa jahitan asalkan Anda memberikan obat yang tepat untuknya. Tapi obat ini agak sedikit mahal," ujarnya sambil membuka sebuah resep dan menuliskan beberapa resep obat di atas kertas resepnya. "Sebaiknya Anda menebusnya dan pastikan agar Kekasih Anda meminum obatnya sampai habis. Dengan begitu, setelah tiga hari dia mungkin tidak akan merasakan sakit lagi." Dokter wanita itu lalu memberikan resep obatnya pada Razor yang langsung menerimanya seraya mengangguk mengerti. "Satu lagi, tolong jangan mengajaknya untuk berhubungan dalam waktu dekat ini. Setidaknya dua minggu," tekan sang Dokter.
Meski tidak menyukai ucapan Dokter wanita itu, Razor hanya menganggukkan kepalanya. Cih, dua minggu? Mana mungkin ia bisa tahan untuk tidak menyentuh Alexa selama itu. Apalagi ia masih penasaran tentang mengapa durasi permainannya menjadi sangat singkat saat ia berhubungan dengan wanita itu.
"Anda harus mengingat ucapan saya tadi, Tuan." Dokter wanita itu kembali menekankan pada Razor yang telah beranjak dari kursi dan kini telah bersiap-siap akan pergi untuk menjemput kekasihnya.
Razor menatap Dokter itu dengan satu alis terangkat naik, "Aku sudah mendengarnya. Kau tidak perlu mengajariku bagaimana cara aku merawat Kekasihku," lontarnya dingin. Setelahnya, ia langsung pergi meninggalkan ruangan sang Dokter wanita. Mengabaikan tatapan tidak suka yang diberikan Dokter itu padanya.
Dengan langkah lebar, ia pergi ke ruangan di sebelah ruangan Dokter wanita itu di mana sebelumnya ia telah meninggalkan Alexa di sana agar mendapatkan pemeriksaan.
"Apa kata Dokter itu, Om?" sosor Alexa saat Razor muncul di ambang pintu ruangan tempat ia menunggu.
Razor menatap wanita cantik itu sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tempat Alexa berada. "Kata wanita itu hal ini kadang-kadang terjadi ketika seorang wanita berhubungan untuk yang pertama kalinya. Kau hanya butuh istirahat yang cukup dan minum obat pereda nyeri juga obat untuk menyembuhkan lukanya."
Sesampainya di hadapan Alexa yang tengah duduk dipinggir ranjang, Ia segera menghentikan langkahnya, kemudian berpaling pada perawat yang sedang menemani Alexa di ruangan itu. "Aku akan membawa Kekasihku sekarang," cetusnya pada perawat itu, tanpa mempedulikan tatapan protes yang Alexa tujukan padanya.
So what? Mungkin ia belum terlalu yakin saat ini, tapi ia benar-benar menginginkan Alexa untuk menjadi kekasihnya. Lagipula sudah bertahun-tahun ia hidup sendiri, sekarang rasanya adalah waktu yang tepat untuk memiliki seorang kekasih.
Selain itu, ia masih mencemaskan keadaan wanita ini dan juga rencana yang telah ia susun untuk Alexa. Satu lagi, Ia juga takut jika pria yang bernama Davin itu tiba-tiba datang untuk menemui wanita ini.
Tidak, Razor tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Karena, sejak ia berhubungan dengan Alexa, baginya sejak itu pula hanya ia yang boleh menyentuh wanita ini. Tanpa terkecuali!
'Apakah dia benar-benar tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil dan juga jelek? Jika benar, lalu mengapa dia berani menawarkan 5000 pounds padaku?'
***
"Yes, bagaimana, Seth?"
Dalam perjalanan pulang ke rumah Alexa, tiba-tiba Razor menerima panggilan telepon dari Seth. Ia menjawab panggilan itu dengan headset tanpa kabel sambil sesekali melirik ke arah Alexa yang sedang duduk di sampingnya.
Sejak mereka meninggalkan hotel, wanita itu terus memperhatikan interior bagian dalam mobilnya. Alexa juga tampak terkejut ketika melihat mobilnya di parkiran hotel. Tampaknya wanita itu sudah lupa jika semalam ia yang telah membawa Alexa ke hotel dengan menggunakan mobil ini.
"Bos, kami baru saja mendapatkan informasi tambahan tentang Nona Wilson itu," lapor Seth dari seberang panggilan. "Tahun ini ternyata usianya baru menginjak 19 tahun."
'19 tahun?' Razor terbatuk mendengar informasi itu dan tanpa sadar menginjak rem mobil. 'Jadi ... dia masih di bawah umur?' bisiknya dalam hati sambil kembali melirik ke arah Alexa.
"Ada apa, Bos? Apa Bos baik-baik saja?"
"Lanjutkan!" titah Razor tanpa menghiraukan pertanyaan cemas yang dilontarkan Seth padanya. Dari sudut matanya, sekali lagi ia mencuri pandang ke arah Alexa hanya demi memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja setelah apa yang ia lakukan tadi. Alexa tampak terkejut dan melemparkan pandangan ke arahnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Razor tersenyum tipis pada wanita itu seraya memberi isyarat dengan tangannya bahwa tadi ia tidak sengaja menginjak pedal rem.
"Bos?"
"Hmm," sahut Razor singkat sambil mengingat noda bercak darah yang ia temukan di sprei hotel setelah ia mengantarkan Alexa ke kamar mandi. Tidak diragukan lagi, tadi malam, saat ia menyentuh wanita yang sedang duduk di sampingnya ini— Alexa benar-benar masih virgin. Dan ia-lah pria yang telah mengambil kesucian wanita cantik ini.
"Apa tidak masalah jika kita menyinggung Mr. Arnold, Bos?"
"Katakan apa maksudmu?" dengus Razor gusar. Sebenarnya ia sudah mengerti dengan apa yang ingin Seth katakan padanya, bahwa ia telah meniduri Alexa tanpa sepengetahuan Arnold Wilson. Dan jika Alexa sampai melaporkannya pada kakeknya itu, hubungan bisnisnya dengan pria berusia senja itu kemungkinan akan langsung berakhir.
"Bukankah semalam Bos telah ...."
"Apakah tidak ada hal lain lagi yang ingin kau laporkan padaku?"
"Ti-tidak, Bos. Oh ya, Bos. Lupa. Nona Kecil itu— seharusnya selama ini dia tinggal di Mansion Mr. Arnold. Jadi alamat yang telah Bos katakan sebelumnya padaku agar aku mencari tahu tentang alamat itu, bukanlah alamat tempat tinggalnya."
Razor segera memutuskan panggilan tanpa mengatakan apapun lagi dengan memencet tombol mungil yang terdapat di headsetnya. Setelahnya, ia melirik kembali ke arah Alexa.
"Apa kau yakin ini adalah jalan yang benar menuju rumahmu?" lontarnya pada wanita itu.
"Bukan rumah." Alexa mengangkat bahu. "Hanya sebuah apartemen kecil," lanjutnya lagi.
"Apartemen kecil? Mengapa kau tinggal di tempat seperti itu?"
Semula, Alexa ingin menutupi identitasnya dari Razor. Namun jumlah nominal yang telah ia janjikan pada pria ini semalam bukanlah jumlah yang mampu dibayar oleh seorang wanita biasa yang hanya tinggal di sebuah apartemen mungil.
"Aku melarikan diri dari rumah karena Davin gara-gara Kakek tidak menyetujui hubungan kami, tapi saat itu aku benar-benar tergila-gila padanya."