bc

AFTER ARMAGEDDON

book_age16+
26
FOLLOW
1K
READ
adventure
space
brave
confident
tragedy
apocalypse
dystopian
weak to strong
engineer
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Setelah kematian kekasihnya, Jonathan tidak sanggup lagi hidup di Kota Roctur. Kota itu morat marit karena krisis sosial dan ekonomi. Dia pun sudah muak dengan kejamnya tirani. 

Pada sebuah kesempatan, Jonathan mendapat tawaran bekerja di sebuah kapal pesiar. Berharap dia bisa pergi sejauh mungkin dari kota terkutuk itu. Namun, ketika berlayar di pesiar, dia malah berkumpul dengan para Penguasa Roctur yang zalim. 

Dan suatu ketika, tanpa sengaja, dia justru terlibat dalam permasalahan pelik setelah bertemu seorang gadis bernama Lillian. 

Masalah apa yang akan ditemui Jonathan dan bagaimana desas-desus kiamat yang katanya akan segera terjadi?

chap-preview
Free preview
#1
#1 BUMI, Kota Roctur, 2055 Jangan harap kehidupan manusia akan lebih baik di masa depan, jika manusia b***t tak bermoral masih dibiarkan memimpin negeri. Teknologi canggih menjadi percuma. Bukannya akan membuat kehidupan menjadi lebih mudah, namun akan terasa seperti boomerang. Teknologi yang tercipta menyerang balik peradaban dan menghancurkan. Alih-alih melestarikan. Teknologi kini tercipta untuk mengakhiri segalanya, tak hanya manusia, juga alam semesta. ** Siang terik membelai jalanan kota Roctur yang penuh debu. Asap-asap hitam mengepul-ngepul dari cerobong pabarik-pabrik. Hujan sudah lama tidak turun, membuat gedung-gedung di sekitaran pabrik semakin berkerak dan berdebu. Di sebuah area pinggiran kota, terdapat bengkel mesin besar yang memproduksi alat-alat berat. Mulai dari mesin pengangkut. Mobil dumptrcuk. Pembuatan crane dan alat menangkat, penggali, pengungkit dan alat-alat lain yang merupakan peralatan kebutuhan vital pertambangan. Pabrik ini menjadi salah satu harapan banyak orang ingin mengais rezeki di Kota Roctur. Meski mereka tidak terikat kontrak yang jelas mengenai upah, tetap saja semua orang datang berbondong dan menjadi kuli di sana. Karena tidak ada yang ideal di Kota Roctur. Semua hidup harus berjuang. Tidak perlu banyak bicara menentang ketimpangan. Cukup lakukan maka kau bisa bertahan hingga esok hari dengan menghasilkan sedikit upah. Dari pabrik itu, terdengar suara bising. Raungan suara sirine memekak ke seluruh penjuru pabrik. Para mekanik menghentikan segala kegiatan di workshop perakitan mesin. Ruang besar itu berubah riuh oleh dengungan suara pekerja. Siang ini, mereka akan berkumpul di lapangan. Hal ini sangat tak biasa. “Dude, kau Sudah dengar rumor?” seorang pria berjambang lebat memukul pundak pria lain yang sedang mereparasi mesin. “Rumor apa?” jawab pria itu. Dia adalah Jonathan. Mekanik yang bekerja sebagai reparasi mesin. “Esok, kita semua akan bekerja dengan robot-robot itu,” ucap pria yang bernama Jack, rekan kerja Jonathan. Keduanya sama-sama mengenakan seragam jas kerja berwarna abu-abu yang dipenuhi debu. Mata Jonathan mengikuti arah telunjuk Jack. Netranya menembus jendela. Di seberang workshop ada Gedung baru yang berfunsi sebagai gudang. Di sana tersusun seratusan unit robot-robot pekerja yang baru saja didatangkan pihak perusahaan. Katanya, kehadiran robot-robot itu untuk membantu pekerjaan para mekanik. “Menolong kita?” Jonathan tertawa satir. Dia memiliki pemikiran lain yang berbeda dengan Jack. “Iya,” balas pria berjambang bernama Jack dengan lugunya. Jonathan menghela napas dengan dalam. Tangannya mengibas sarung tangan yang berdebu kemudian melemparnya ke meja kerja. Firasatnya mulai buruk dengan pertemuan mendadak di lapangan siang ini. “Well, kita ke lapangan, semoga si botak memberikan kabar baik untuk kita.” Jonathan dan Jack berjalan bersisian menuju lapangan. Juga diikuti oleh pekerjaan lain yang juga memasang tampang bingung. Terik menyengat membuat keduanya mengernyit. Di tengah lapangan, Mr. White yang berkepala licin -atasan mereka- sudah berdiri tegak dengan pelantang suara. Pria plontos itu menatap tajam ke arah workshop sambil melirik-lirik jam di tangannya, seolah tergesa, dia memberikan komando agar semua mekanik bergerak cepat. Barisan tersusun tak beraturan. Mereka para mekanik berpangku tangan mendengar ocehan Mr, White di tengah lapangan. Semua orang memasang tampang malas dan tak menaruh minat saat Mr. White membuka. Manager itu terdengar sangat membosankan. Omongannya berputar-putar pada poin yang tidak penting. “Sampaikan saja apa yang ingin kau sampaikan.” Suara Jonathan lantang dari balik barisan. Suara mendengung kembali terdengar. Mr. White mendehem membersihkan tenggorokan. Namun, sebelum sempat menjawab, dia menunda untuk berbicara. Sebuah pesawat jet melintas begitu dekat di atas lapangan. Konsentrasi semua orang menjadi buyar karena suara bising dari pesawat jet yang melintas itu. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Jet melintas di siang hari. Bahkan di jalanan, kendaraan-kendaraan militer berlalu lalang. Menambah suasan mencekma kota Roctur yang carut marut. Semua mekanik yang ada di sana menutup kuping mereka yang pekak. Termasuk Mr. White dan dua pengawal di sampingnya. Setelah pesawat jet berlalu, Mr. White melanjutkan ocehannya. Dengan bertele-tele, dia menyampaikan kepada semua pekerja untuk tidak perlu lagi datang bekerja esok hari. “Gila! Ini sudah gila. Kau tidak bisa memperlakukan kami seperti ini!” lantang terdengar suara seseorang dari dalam barisan belakang. Nada suaranya menghardik Mr. White yang mereka nilai sudah berbuat tidak adil. Pria plontos itu memecat semua pekerja tanpa alasan yang masuk akal. Para mekanik rata-rata adalah pekerja baru. Mereka belum genap bekerja tiga bulan, termasuk Jonathan. Jelas sekali mereka akan berhenti tanpa pesangon. Bahkan gaji bulan ini hanya akan dibayar setengah. Suara bergemuruh lagi. Di antara mereka sudah mulai naik pitam. Sebelum kekerasan terjadi, dua tubuh besar yang merupakan bodyguard Mr. white telah bersiaga dengan senjata laras Panjang. Kehadiran mereka dapat membungkam amarah yang akan meledak dari para mekanik. Bodyguard ini tidak akan sungkan-sungkan melepas timah panas dari mesin pembunuh paling ampuh itu. Sadar akan hal itu, semua orang memilih diam. Mr. White tersenyum sinis. Wajah culasnya memuakkan. Para pekerja semakin menggeram namun tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka menahan amarah dan mengurungkan niat untuk menyerang Si Plontos yang penjilat. Setelah instruksi terakhir, para pekerja akhirnya Langkah mereka begitu lesu meninggalkan lapangan kumpul. Gurat amarah dan kecewa menggaris di wajah mereka. Ada yang mengumpat, meludah bahkan mencaci. Tidak hanya mencaci Mr. White, tapi mengutuk keadaan negeri yang teramat kacau balau. Jonathan berjalan menunduk. Memikirkan nasibnya nanti. Sebentar lagi dia akan menyandang status pengangguran lagi. Mencari pekerjaan di kota ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Susah dan payah. Tenaga manusia telah diganti dengan mesin. Di segala bidang dan di segala lini. Manusia seperti tak ada gunanya lagi. Jonathan meraba saku celana. Mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah tua. Bentuknya seperti hati. Laki-laki itu memandangnya dengan nelangsa. “Malam ini harus kau pasangkan ke jemari manisnya, Romeo!” Jack lagi-lagi menepuk Pundak Jonathan. Membangunkannya dari lamunan. “Aku tidak yakin. Apalagi sekarang, semua serba sulit dan aku sudah kembali menjadi pengangguran.” “Apa bedanya denganku? Lihat aku, dua anakku butuh biaya makan,” jawab Jack enteng. Entah karena sudah terbiasa atau mungkin terlalu kuat menelan pahit kenyataan hidup, sehingga Jack tidak terlihat kecewa. Jonatahan menatap takjub ke arah pria berjambang yang dikenalnya tiga bulan yang lalu. Ketika mereka sama-sama memulai pekerjaan di workshop ini. “Apa rencanamu setelah ini?” tanya Jonathan. “Aku akan mengajak anakku jalan-jalan dan makan ice cream,” jawab Jack lebih enteng lagi. Jonathan tersenyum, merasa tertohok dengan sikap Jack yang santai. Sementara, dia teramat murung dengan pemutusan pekerjaan yang Sudah ratusan kali terjadi dalam hidupnya sepanjang tahun. Jemari Jonathan masih menimang-nimang kotak berbentuk hati. Di dalamnya ada cincin titanium bermutiara ungu, cincin yang akan diberikan kepada Rennee kekasih hatinya. Sudah dari sebulan lalu cincin itu ia simpan, namun Jonathan tidak punya nyali untuk melamar Renee. Ada rasa pesimis yang menyekat di dalam hatinya. Dia takut tidak bisa membahagiakan Rennee meski Rennee tidak akan ada masalah dengan kesulitan hidup bersama Jonathan. bisa edit

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
81.0K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.7K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.6K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.0K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.1K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook