Bab 3

944 Words
“Nggak!” Senja menampik isi pikirannya. Ia benci dengan khayalan bodoh yang tiba-tiba melintas. Hidup tidak akan berhenti hanya karena kehilangan pria tak bertanggung jawab. Bukankah seharusnya ia bersyukur? Setidaknya hubungan mereka belum melangkah lebih serius. ‘Ya Tuhan, maafkan aku. Baru hal kecil seperti ini saja sudah membuatku berpikir untuk mengakhiri hidup,’ lirih batinnya penuh penyesalan. Menyandarkan kepala pada kemudi mobil. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Dengan keyakinan Dani akan menjadi miliknya gadis itu rela menyerahkan diri bahkan setelah kecelakaan itu terjadi. Senja lupa bahwa takdir selalu punya cara untuk menyatukan atau memisahkan dua insan yang saling mencintai sekalipun. Dan sekeras apapun ia berusaha akan terasa sia-sia jika Tuhan tidak mengijinkannya berjodoh dengan pria itu. “Ah, panas, Dan.” Senja berusaha membuka pakaian yang melekat sempurna membentuk lekuk tubuhnya. “Eh, ja-jangan, Non,” raih Dani tangan Senja yang nyaris menurunkan tali baju. Hampir saja lengannya menyentuh area terlarang karena gadis itu terus menariknya dalam pelukan. “Panas, Dan.” “Iya, Non, saya tahu.” “Kamu tahu yang aku mau?” tanyanya membawa tangan Dani menyentuh d**a. Degup kencang dengan nafas memburu dan tatap penuh damba itu menunjukkan angan liarnya tengah berada di puncak. “Please, Dan, please. Panas banget.” Dani menatap lekat netra berkabut gairah itu. Tatapan sayu sang gadis menghancurkan pertahanannya. Bisik mesra yang keluar dari mulut gadis itu seakan melemahkan seluruh saraf di tubuhnya. Membangkitkan hasrat yang begitu lama terpendam. Bohong jika Dani mengatakan tak ingin menyentuh Senja. Ia pria normal yang butuh penyaluran. Tubuh indah itu melintas setiap saat dalam benaknya walau selalu tertutupi pakaian. Dan kini di hadapan, gadis yang diimpikannya siang dan malam mendamba belaiannya. Mungkinkah ia bisa menolak? Ingin, Dani ingin menolak. Hatinya melarang namun otaknya menyerukan hal sebaliknya. Rupanya cinta yang tertanam dalam hati tidak cukup kuat membuatnya menjaga kehormatan sang gadis. Hingga .... “Apapun yang kamu mau, Sayang,” bisiknya mesra memulai ritual dambaan setiap manusia. Membawa keduanya menyelami samudera keindahan berbalut dosa. “Aarghh!!” Senja berteriak. Berusaha mengenyahkan bayangan masa lalu yang terlintas begitu saja dalam benaknya. Masa lalu yang menjadi awal hubungan mereka. Masa lalu yang membuatnya tidak memiliki pilihan untuk mengelak. Masa lalu yang hingga kini masih sering mereka lakukan meski sadar itu suatu kesalahan. Senja ingat kala itu diminta menghadiri acara ulang tahun teman kuliahnya di sebuah club malam. “Malam ini aku akan bawa kamu ke puncak kenikmatan dunia,” bisik Dean, teman kuliah Senja yang tak lain adalah sang pemilik pesta. Memapah Senja menuju mobil setelah berhasil keluar dari kerumunan manusia di lantai dansa. Dean adalah satu di antara ratusan pria yang mengagumi gadis berparas cantik putri ke dua dari pasangan Lingga dan Rere. Dari sekian banyak cara sehat ia memilih menggunakan cara licik untuk mendapatkan gadis itu. Bukan tak mampu bersaing dengan pria lain di tengah keluarga dengan status sosial yang tinggi. Hanya saja Senja bukan gadis yang ingin menjalin hubungan lebih dari sekedar pertemanan. Pendidikan adalah hal utama yang dikejar gadis itu. Hal itulah yang membuat Dean nekat membuat Senja hadir dalam acara yang direncanakannya bersama teman-teman. Demi mendapatkan Senja, Dean tega membuat gadis itu mereguk minuman yang diberinya obat perangsang. “Apa yang kamu rasain, Sen?” tanyanya sembari terus memperhatikan wajah indah sang gadis. Senyum penuh kemenangan tersungging kala tak ia dapati sepatah kata pun yang keluar sebagai jawaban. Senja hanya menunjukkan reaksi kegerahan dengan sesekali menggeliat di kursi samping kemudi. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai dan memesan kamar di hotel terdekat. Dean memapah Senja menuju kamar. Ditatapnya sekali lagi gadis itu sebelum dirinya berhasil membuka pintu. “Maafin aku, Sen. Cuma dengan cara ini aku bisa dapetin kamu,” gumamnya tak mengundang reaksi apapun dari sang gadis. Baru beberapa langkah kakinya memasuki pintu kamar, sebuah tangan meraih pundak Dean hingga terhuyung ke belakang. Tanpa aba-aba sebuah tinju mendarat tepat mengenai rahang. “b******k!” umpatnya. “Siapa lo?” Dean berteriak kesal. Tanpa mempedulikan teriakan Dean, Dani menyusul Senja yang sudah berbaring di ranjang. “Ayo kita pulang, Non.” “Oh, jadi lo kacungnya?” ejek Dean dengan senyum meremehkan. “Nggak bakal gue biarin usaha gue gagal gara-gara lo.” Satu pukulan Dean layangkan namun Dani berhasil mengelak. Detik berikutnya pukulan bertubi-tubi berhasil membuat Dean babak belur. Dani yang kalap tak menghiraukan rintih kesakitan sang lawan. “Panas, panas,” racau Senja dari atas ranjang membawa kesadaran Dani kembali. Pria itu menoleh dan seketika bangkit. “Ayo, Non kita keluar dari sini.” Senja tidak lagi bisa diajak berbicara apalagi bergerak. Dengan sigap Dani menggendong sang nona membawanya keluar dari kamar hotel. Sampai di mobil, Dani termenung. Membawa Senja pulang ke rumah bukan pilihan yang tepat menurutnya. Lingga dan Rere pasti akan menyalahkannya atas insiden yang menimpa putri kesayangan mereka. Pulang ke rumah sewaan juga tidak memungkinkan. Akan banyak pertanyaan yang muncul dari tetangga kost jika dirinya nekat membawa Senja ke sana. Karenanya dengan penuh keyakinan ia bertekad untuk membawa gadis itu ke hotel lain yang lokasinya tidak jauh dari hotel sebelumnya. Naas, kecelakaan itu justru terjadi karena Dani tak sanggup menahan diri untuk tidak menyentuh Senja. Hasrat menggebu yang memaksa masuk mengalahkan logika. Mengalahkan rasa yang dipikirnya cinta. Dengan dalih tak sanggup melihat tatapan penuh permintaan Senja, Dani tega menghancurkan kehormatan sang gadis. Dalam kamar hotel itu mereka menyatu. Melebur nafsu menciptakan harapan baru. Tentu saja harapan itu muncul dari Dani. Harapan mendapat balasan dari cinta yang bertepuk sebelah tangan. “Ouch ... “ Suara laknat itu bersahutan memenuhi ruangan. “Stop, Dani, stop!” Senja berteriak frustasi. Bayangan itu kembali memenuhi otak. Erang penuh keindahan itu seolah menggema di telinga. “Stop! Tolong pergi jauh-jauh dari pikiran gue!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD