Prolog
Raya Marcella Aruan artis dan model papan atas. Memiliki tinggi di atas rata-rata wanita Indonesia dan memiliki paras jelita menjadikan keuntungan utama dirinya menekuni dunia hiburan tanah air. Semua aktifitasnya digandrungi penggemarnya. Tak ayal semua produk yang menjadikannya Brand Ambassador laris manis terjual.
Wira Hutama Wijaya, seorang anggota kepolisian. Tegas dan sangat membenci orang kaya, karena menurutnya mereka hanya bisa menindas kaum lemah dan miskin. Di hidupnya saat ini hanya ada dua wanita yang menjadi dunia nya, Bunda dan adik perempuannya.
Kecelakaan itu, yang bukan hanya merenggut nyawa Marsha adik perempuan Wira, namun merenggut seluruh kebahagian Raya yang memang sudah semu. Menyebabkan Wira membenci Raya setengah mati, melakukan segala cara untuk membalaskan sakit hatinya atas kasus kecelakaan adik tercinta. Wira bersumpah akan menghukum Raya dengan caranya sendiri jika keadilan hukum negara tidak mampu menyentuh Raya.
“Jika itu yang kamu mau, maka lakukan sekarang! Setelah ini maka hutang ku lunas, biarkan aku pergi.”
Raya membuka kancing baju yang dikenakan perlahan dengan mata menantang menatap Wira nyalang, emosi, amarah, kecewa, terluka jelas tergambar dari tatap matanya, tapi jangan harap ada air mata yang keluar, ia tidak akan membiarkan itu. Wira menatap Raya dengan sulit di artikan, tangannya dikepal menahan emosi, ini yang di ingin kan nya selama ini, mengambil sesuatu yang berharga bagi Raya, tapi kenapa ia tidak rela melihat Raya terluka.
“Tunggu apa lagi? Apa kamu berubah fikiran?” Tanya Raya ketika semua pakaiannya sudah ia lucuti sempurna. Wira mengetatkan rahangnya, dengan sekali sentak lengan Raya ditariknya mendekat, diciumnya bibir Raya dengan emosi, dilumatnya dengan nafsu. Raya kaget namun kemudian ia sadar dan dipejamkannya mata, saat itu luruh lah air mata yang sejak tadi ditahannya.
“Aku kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup ku akibat ulah mu, dan kamu masih bisa menikmati hidupmu, hanya karena orang tua mu seorang menteri engkau bebas dari jerat hukum. Tapi lihat saja, engkau tidak akan bebas dari ku, akan ku buat hidupmu seperti neraka bahkan kau sendiri yang akan memohon untuk mati”
-Wira Hutama Wijaya-
“Aku kira engkau yang dikirim tuhan untuk mengobati semua luka ku, mengganti semua duka ku menjadi bahagia, ternyata aku salah. Justeru enggkau menambah luka itu hingga aku tak sanggup menghindar. Kau tawarkan rasa cinta, tak ku nyana itu hanya awal dari duka, kalau memang itu yang kau ingin kan maka aku ikhlas menahannya asalkan hati dan luka mu terobati”
-Raya Marcella Aruan-
