Part 3

1022 Words
"b******k! Jadi, selain menjadi seorang pembunuh dia juga seorang penggoda. Berani-beraninya dia menggoda orang kepercayaanku!" Saat ini, Kanagara sedang berada di ruang kerjanya. Ketika Shalom diseret Penta ke gudang. Pria itu lekas menuju ruang kerjanya untuk melihat apa yang gadis itu lakukan. Tepat ketika Shalom melompat ke pelukan Penta. Kanagara baru menyalakan laptop dan menyaksikan rekaman CCTV yang sedang berlangsung di lorong. Jadi, ia melihat adegan di mana Shalom melompat ke pelukan Penta dan mengira gadis itu sedang menggoda Penta. Lalu, ia lekas keluar menuju gudang dengan wajah yang menghitam. Gigi yang saling mengerat dan kepalan tinju hingga kulitnya tertusuk kuku-kuku jarinya. Sampai di sana, ia menyaksikan adegan di mana Shalom berada di atas tubuh Penta dengan posisi terlentang di atas tempat tidur. Jadi, apa yang ia lihat tadi memang benar bahwa Shalom sedang menggoda Penta agar bisa keluar dari penjara yang ia buat. "Apa yang kalian lakukan?! bentak Kanagara menggema di ruang gudang itu. Shalom dan Penta bergegas beranjak dari posisi intim itu. Mereka begitu terkejut melihat keberadaan Kanagara di sana. "Tu-tuan, i-ini ti-tidak seperti yang Tuan pikirkan," ucap Penta terbata. Ia takut Kanagara akan berpikir yang bukan-bukan. "Aku tahu ini bukan salahmu, Penta. Aku tahu kalau wanita pembunuh ini yang menggodamu. Benar bukan?" balas Kanagara menilai secara sepihak. "Bu-bukan seperti itu, Tuan," elak Penta karena kenyataannya memang tidak seperti itu. "Jadi, kau membelanya?" tanya Kanagara dengan dahi yang berkerut dalam. "Penta bukannya membelaku, karena aku memang tidak menggodanya," timpal Shalom tidak terima. Sudah dibilang pembunuh dan sekarang Kanagara memvonisnya sebagai w*************a. Benar-benar tidak bisa dibiarkan pria menyebalkan seperti Kanagara itu. "Oh ya? Dan kau kira aku akan mempercayaimu? Tidak mungkin dan tidak akan pernah," tegas Kanagara. "Terserah kau mau percaya atau tidak. Lagi pula aku tidak butuh apapun mengenai pendapatmu," balas Shalom masa bodo dengan tanggapan Kanagara. "Karena kau berani menjawab ucapanku, sebagai penyiksaan pertama. Kau harus membersihkan ruangan ini sendirian," kata Kanagara tersenyum sinis. Rencananya besok pagi ia baru akan memberi Shalom pelajaran. Namun, karena gadis itu berani menggoda orang kepercayaannya dan berani menjawab setiap kata-katanya. Maka, ia tidak memiliki pilihan lain selain memberi gadis itu pelajaran. "Apa kau gila?! Aku membersihkan ruangan ini seorang diri? Tidak mungkin!" Shalom berjengit kaget tidak percaya. "Kenapa tidak mungkin? Karena aku berkata mungkin, berarti mungkin-mungkin saja. Jadi, sekarang kau bersihkan ruangan ini sampai bersih," jawab Kanagara seolah apa yang ia katakan sebuah perintah yang tidak bisa dibantah. "Dan kau-- ikut denganku." Jari telunjuk Kanagara bergerak ke arah Penta agar pengawalnya itu mengikutinya. "Tidak, jangan Penta. Kau harus membantuku membersihkan ruangan ini," lirih Shalom sambil menggelengkan kepalanya. "Maaf," balas Penta dengan suara lirih. "Tunggu!" Shalom mencegah langkah Kanagara, "Setidaknya biarkan aku beristirahat di ruangan yang layak. Ini sudah pukul dua pagi dan aku janji besok pagi, aku akan membersikan ruangan ini hingga tidak ada satu butir pun debu yang tersisa." Kanagara berbalik sambil tersenyum sinis, "Besok pagi kau bilang, huh?! Kalau aku bilang sekarang ya sekarang. Tidak ada besok karena besok pagi kau harus mengurus kakekku. Apa kau mengerti?" bentak Kanagara dengan tangan yang bergerak lincah mendorong tubuh kuyu Shalom. "Aaa ... " teriak Shalom terjatuh. Beruntung ia jatuh di atas tempat tidur. Kalau tidak, tubuhnya akan semakin remuk. "Jika sekali lagi aku mendengar kau membantah. Maka, akan kuberi kau tugas tambahan. Bila perlu, kau harus membersihkan setiap sudut rumah ini," ancam Kanagara. "Baiklah, kau boleh pergi karena aku muak melihat wajahmu," kata Shalom mematik emosi Kanagara lagi. "b******k! Wanita sialan!" umpat Kanagara mendekat dan menjambak rambut Shalom. Namun, wanita itu justru tersenyum alih-alih mengerang kesakitan. Tidak ingin berlama-lama bersama dengan gadis itu yang akan membuatnya semakin tersulut emosi. Membuat Kanagara menghempaskan tubuh gadis itu dan beranjak pergi. "Aww ... " pekik Shalom kesakitan sambil menyentuh kepalanya. Rambutnya terasa rontok karena Kanagara terlalu keras menariknya. *** Keesokan harinya, Shalom baru saja memejamkan matanya. Namun, terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya gagal melanglang buana ke alam mimpi. "Siapa?" teriak Shalom. "Saya Penta, Nona. Tuan Kana sudah menunggu Nona di ruang tamu," jawab Penta dari luar. "Memangnya dia mau aku melakukan apa lagi? Aku baru selesai membersihkan ruangan ini." Shalom membuka pintu sambil mengucek matanya. "Saya tidak tahu. Lebih baik, Nona bergegas ke ruang tamu sebelum Tuan Kana marah," saran Penta. Ia tahu betul bahwa Kanagara tidak suka menunggu. "Tapi aku lelah, Penta. Aku belum tidur sama sekali dan aku tidak tahu apa yang akan pria itu lakukan padaku." Penta menjulurkan kepalanya menatap ke dalam. Ruangan yang semula gudang berantakan dengan debu tebal yang menempel di mana-mana. Kini, ruangan itu terlihat rapi dan bersih. Terlihat seperti kamar sungguhan yang pantas untuk ditempati oleh seseorang bukan seekor serangga. "Saya tahu Nona lelah, dilihat dari ruangan ini yang disulap menjadi bersih dan rapi sedemikian rupa. Namun, alangkah baiknya jika Nona menemui Tuan Kana terlebih dahulu sebelum Tuan Kana marah karena terlalu lama menunggu." "Baiklah." Mau tidak mau Shalom menuruti saran Penta yang terdengar masuk akal di telinganya. Shalom berjalan menyusuri lorong diikuti oleh Penta di belakangnya. Sesampainya di ruang tamu, gadis itu melihat Kanagara sedang duduk mengangkat kaki kanannya dengan disangga oleh kaki kirinya. Tangannya memegang koran dengan pandangan yang fokus membaca tulisan-tulisan kecil yang berderet rapi. "Nona Shalom sudah berada di sini, Tuan," ucap Penta membuyarkan konsentrasi Kanagara. Pria itu melipat koran dan meletakkannya di meja. Ia menatap jijik gadis berpenampilan acak-acakan itu. Tentunya karena semalam gadis itu tidak tidur dan membersihkan ruangan yang penuh dengan debu. Ditambah dengan lingkaran hitam yang menghiasi wajahnya. Membuat Shalom terlihat sangat menyedihkan. "Apa kau sudah mengerjakan tugas yang aku berikan semalam?" tanya Kanagara melipat kedua tangannya di d**a sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. "Memangnya kau tidak melihat bagaimana penampilanku saat ini?" Alih-alih menjawab, Shalom justru melayangkan pertanyaan yang membuat Kanagara emosi. "Bagus kalau begitu. Karena semua asisten rumah tangga di sini sedang cuti. Jadi, sekarang saatnya kau membersihkan setiap sudut ruangan rumah ini." Daripada melampiaskan amarah yang hanya akan membuang-buang tenaga. Kanagara memilih memberi tugas yang pasti akan membuat gadis itu kelelahan dan marah. "Aku bahkan sama sekali belum istirahat dan semalaman aku belum tidur. Dan sekarang, aku harus membersihkan rumah sebesar ini? Sepertinya kau sudah gila, Tuan Kanagara." Shalom tersenyum sinis mendapat tugas tidak masuk akal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD