bc

The Wedding Goals

book_age12+
1.5K
FOLLOW
19.5K
READ
love after marriage
second chance
pregnant
arranged marriage
doctor
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Anggini belum pernah jatuh sedalam ini. Dia tidak berharap akan sama gilanya seperti pria itu. Pria yang menggilai kakaknya sendiri.

Jadi, Anggini kini tertular. Dirinya yang menggilai pria itu seperti pria itu menggilai kakaknya yang sudah jauh pergi.

chap-preview
Free preview
Prolog
Anggini ingin tahu, seberapa gilanya sang pria hingga setiap malam menangisi seorang perempuan yang sudah tiada raganya. Anggini ingin tahu, sampai mana dia akan bertahan dalam kegilaan yang tidak jauh berbeda. Anggini ingin tahu, apakah delapan tahun bersama mampu membawa tujuan mereka menikah tercapai. Anggini ingin tahu, bagaimana mereka akan menjalani lima tahun pernikahan dan tiga tahun menjadi pasangan bertunangan mampu membantu Anggini berada di posisi yang lebih dihargai serta dilihat oleh pria itu. Anggini ingin tahu... apa yang akan pria itu lakukan jika Anggini memutuskan untuk mundur? Anggini ingin tahu... bagaimana perasaan pria itu padanya. Anggini ingin tahu... apa kehadiran bayi akan mampu membuat pria itu memprioritaskan dirinya. Namun, sebelum semuanya terjawab Anggini sudah tahu. Bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi berpijak di tempat yang sama dengan pria yang hanya hidup dalam dunianya sendiri tanpa mau melibatkan Anggini di dalamnya. * "Lebih baik kamu enggak ke sini, Nak Asta." Bramasta menelan ludahnya susah payah. "Saya minta maaf, Bu." Hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya. Bramasta tidak berani menatap langsung mata wanita paruh baya yang melahirkan kedua perempuan bermakna dalam hidupnya. Bisa dia dengar juga helaan napas berat yang sarat akan rasa lelah, kecewa, dan campuran lainnya dari bibir wanita tersebut. "Sudah. Enggak usah terlalu dipikirkan, apalagi dipaksakan. Tujuan utama kalian menikah juga sudah tidak jelas, wajar bagi ibu kalau kalian pada akhirnya tidak bisa meneruskan." Asta kali ini menegakkan kepala perlahan. "Maksud, Ibu?" "Anggi sudah mengatakannya sama ibu dan bapak, dia tidak mau memaksa perasaanmu yang masih mentok untuk Gita. Kalian sudah terlalu banyak menderita." Wanita itu menyusut cairan dari hidung. "Kamu bisa urus perceraian-" "Maaf, Bu. Saya ke sini untuk minta maaf dan menjemput Anggi." Senyuman miris dari wanita dihadapannya sungguh menyakitkan, membuat Asta mengingat senyuman Anggini sebelum pertengkaran itu terjadi. "Nak Asta... sudah, jangan menyiksa diri lagi. Saya dan bapak sudah ikhlas Anggini kembali kami urus. Ibu juga minta maaf karena bapak enggak bisa bicara langsung dengan nak Asta, tapi ini demi kebaikan semuanya. Bapak sangat marah dan kecewa, tapi Anggi enggak bisa melihat drama keluarga berkepanjangan. Jadi, segera saja diurus, Nak Asta. Setelah itu tidak ada lagi beban yang memberatkan dari kami-para orangtua-karena memaksa kalian bersama." "Bu. Saya mau ketemu Anggi, kami harus membicarakan kesalahpahaman ini. Tolong beri saya dan Anggi bicara, Bu." "Nak Asta..." "Tolong, Bu. Beri kami waktu bicara, saya enggak bisa melakukan semua ini tanpa bicara dengan Anggi. Rumah tangga kami bisa dipertahankan-" "Nak Asta. Ibu juga minta tolong... jangan menyakiti putri ibu lagi. Sudah, cukup. Dia pulang dalam keadaan menangis saja ibu tidak terima, apalagi ada luka lebam di pipinya." Asta menahan napasnya. Mengingat kembali kejadian menyeramkan itu lagi. d**a Asta berdenyut sakit. "Sudah, ya, cukup. Ibu dan bapak ikhlas hubungan sebagai mertua bagimu berhenti." Asta memejamkan mata, memanggil keberanian dalam dirinya untuk tetap meminta dipertemukan dengan Anggini. "Saya benar-benar minta maaf, Bu. Saya minta maaf sebesar-besarnya, tapi saya tetap ingin bertemu dan bicara dengan istri saya, Bu. Anggi masih tanggungjawab saya." "Enggak bisa..." Wanita itu menggeleng sedih. "Ibu enggak bisa mempertemukan kamu dengan Anggi, karena bapak sudah membawanya ke tempat Shota. Bapak enggak mengizinkan Anggi tinggal di rumah lagi. Jadi, Nak Asta... berhenti menarik pelatuk keributan di rumah ini, karena biang yang diributkan sudah tidak di sini lagi. Silakan kembali dan segera urus perceraian dengan Anggi, kami enggak akan mempersulit sebagai pihak keluarga. Terima kasih, Nak Asta sudah pernah menjaga Anggi dengan baik." "Bu..." "Silakan kembali." Dan Bramasta tidak memiliki ruang lagi untuk membawa Anggini pulang kembali ke rumah mereka. Rumah yang sekarang hanya memiliki kenangan buruk dalam bayangan Asta. Rumah yang mendadak menyeramkan karena menjadi bukti dia sudah berani melayangkan tangan pada istrinya. "Gi... pulang, Gi."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.7K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.9K
bc

Long Road

read
118.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook