Dave Mahendra memiliki rancangan dalam hidupnya untuk tidak terlibat dalam tali percintaan. Namun, rancangan itu agaknya harus sedikit terusik dengan mandat yang harus dirinya lakukan, yaitu memiliki anak. Keturunan yang akan membuat kejayaannya semakin kuat. Masalahnya, dengan prinsip tak mau memiliki ikatan cinta dia bisa mendapatkan anak kandungnya sendiri dari mana?

Anandra berhenti memertahankan Galiya dalam hidupnya dengan memutuskan sebuah perceraian. Mereka saling mencintai, awalnya. Juga masih terus saling mencintai hingga perceraian itu terjadi. Tatap terakhir mereka juga mengindikasikan adanya cinta dan ketidakrelaan untuk berpisah. Lalu... apa yang salah? Siapa yang bermasalah? Mereka saling cinta tetapi memutuskan berpisah? Lalu, tragedi satu malam menimbulkan masalah baru diantara mereka. Galiya hamil dalam status jandanya. Masalah lainnya adalah lelaki yang seharusnya bertanggung jawab adalah mantan suaminya sendiri. Diperparah dengan fakta, suaminya sudah menikah dengan perempuan lain. Perempuan yang menjadi momok perpisahan mereka. Dengan begini, apakah Galiya dan Anandra bisa bersatu demi bayi mereka? Atau justru membuat bayi tak bersalah itu harus pergi karena keegoisan orangtuanya?

MATURE CONTENT [?] |Himbauan bagi kalian yang belum cukup bijak membaca cerita dengan tokoh berlatar belakang pekerja AV tolong mundur secara terang-terangan. Thx.| "Fi..." Tidak ada kata bencana bagi Afi sebelum ini. Dia sudah sangat kepalang tanggung sekaligus malu karena fakta yang sebenarnya terkuak. "Kamu- bukan laki-laki???" pekik Thunder. Bagi sebagian orang, menerima bahwa dirinya sendiri bertransisi memiliki kecenderungan orientasi seksual menyimpang hal yang sulit mau tidak mau harus dirinya terima. Namun, bagi Thunder, dia menentang penerimaan penyimpangan itu. Lalu, satu ide tercetus untuk merasakan sensasi 'penyimpangan' yang terjadi dalam dirinya sendiri dengan mengajak Afi melepas hasrat. Sayangnya, begitu bagian bawah Afi tidak seperti yang dibayangkan karena dada rata Afi cukup menjelaskan bagi Thunder, ternyata salah kaprah. "Kenapa nanya sekarang, sih??!" "Karena kamu-" "Minggirlah kalau enggak mau lanjut!" "Eh-jangan..." Thunder membelalak tak percaya pada ucapannya sendiri. "Yang bener yang mana, Bang? Lo mau kita lanjut atau enggak?" tantang Afi. Pikiran Thunder bercabang karena berbagai pertanyaan muncul. Bahkan mencoba mencocokkan antara gaya bicara Afi dengan 'sesuatu' di bawah sana yang ditumbi rambut... Thunder tak percaya. "Fi... saya-" "Lanjut atau enggak. Cuma itu pilihan jawaban lo, Bang." Thunder tidak memilih dua dari apa yang Afi sebutkan, tapi Thunder memilih merasakan langsung bibir Afi lebih dalam... lebih liar. Geografi. Afi. Little Sugar milik Thunder.

Erga menatap bingung pada piring istrinya yang masih terisi penuh makanan. Suapannya terhenti karena setelah dia mendongak, wajah Ocha sudah memerah menahan tangis. "Kenapa?" Ocha menyusut sudut matanya yang terasa basah. "Kamu mau ceraiin aku?" Erga terhenyak. Untung saja makanannya tidak jadi ia kunyah. "Kamu kenapa?" "Mumpung papaku udah nggak ada. Dia udah tenang sendiri di tempatnya. Ayo, kita selesiin ini semua." "Ocha?" "Aku emang bego, ya, Ga? Dari dulu kamu kasih kode buat aku mundur, tapi malah terus maksa kamu buat menerima aku yang kekanakan dan nggak ngerti apa-apa ini." Ocha meledakkan tangisnya. "Kamu pasti capek banget. Sampai ngomong ngelantur begini, Ocha." Ocha menggeleng cepat. "Nggak. Aku nggak ngelantur. Aku capek, karena aku sadar kamu cuma pura-pura sayang dan perhatian sama aku. Aku mau berhenti. Perkembangan pernikahan kita memang nggak se-natural itu. Aku capek ternyata posisiku adalah perusak hubungan orang lain!"

Teori jatuh cinta Alle aka Alleena adalah; terperangkap dalam situasi berbahaya bernama friendzone. Semua jenis friendzone, sepertinya. Karena Alle dan pria idaman yang menyematkan friend zone totalitas itu sudah sering merasakan... friend with benefit. "Kita ini temen jenis apa, sih, Ncom?" "Jenis teman dari segala teman yang ada, Le." "Huh?" "Udahlah, nggak akan selesai juga kita bahas semalaman." Begitu disekat, Alle berhenti bicara. Dia bergerak mengambil baju sembari membenarkan tatanan rambutnya. "Mau kemana?" "Pindah, kayak biasanya." "Siapa yang nyuruh pindah?" "Huh?" "Hah, huh, hah, huh melulu! Sini desah aja sekalian daripada bingung." Nyatanya bermula dari kisah mabuk, mereka yang semula tak memiliki status apa-apa kini menjadi status yang tak pernah terduga.

"Kamu mau ngomong apa?" Amren tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan tenang karena gerakan tidak teratur Ley. "Ley... Ley mau hamil." Amren mendadak kaku. Sebelumnya, dia tidak merasa menyentuh Ley. Tiba-tiba saja Ley mengungkapkan keinginan yang... "Kamu... apa?" "Ley mau hamil," ulang perempuan itu. Amren mengambil tangan Ley, mengeratkan genggaman agar perempuan disisinya itu paham kegelisahan yang Amren sedang rasakan. "Kamu tahu risiko dan tanggungannya, kan, Ley? Kamu juga tahu keadaan kita, kan? Kenapa malah minta hal kayak gitu?" Bibir Ley mengerucut, airmatanya merebak deras ketika Amren secara tidak langsung menolak permintaannya. "Huwaaaaaa... huhuhu... Ley mau hamil! Ley mau hamil...!" Jika sudah begini, Amren harus berkata apa? Masalahnya hubungan mereka penuh pertentangan.

Anggini belum pernah jatuh sedalam ini. Dia tidak berharap akan sama gilanya seperti pria itu. Pria yang menggilai kakaknya sendiri. Jadi, Anggini kini tertular. Dirinya yang menggilai pria itu seperti pria itu menggilai kakaknya yang sudah jauh pergi.

Hasrat. Di mana pengertian dirimu akan kata tersebut? "Hai!" sapaannya membuat diriku meremang. Bagaimana jika dia melakukan yang sama? Bagaimana jika lelaki itu memaksakan kehendak gilanya? Tidak! Aku tidak akan mengikuti permainanya. Dia gila! Dia hanya ingin merusakku! "Pergi!" Bahkan suaraku terdengar melirih pilu. "Kenapa harus takut, heum? Aku tidak akan menyiksamu... jika kamu menurut tanpa memberontak." Aku ingin berlari, pergi dan menghempaskan diriku agar lelaki itu tidak bisa memaksaku. Aku lelah, sangat lelah atas HASRAT tidak berdasarnya ini. ••• "Mama...?" Tamparan keras mendarat di pipiku, tidak hanya Rezaka yang pergi meninggalkanku. Bahkan Ibu mengusirku. Aku tidak akan pernah memaafkan bajingan itu! Aku tidak akan pernah mengizinkannya menyentuh bayiku! Tidak akan pernah!

Memiliki hubungan hanya untuk bersenang-senang. Bukan sebagai teman, sahabat, apalagi kekasih. Semuanya hanya demi menyenangkan sang atasan, pemilik dari perusahaan terbesar di asia tenggara. Ge dengan awal menerima kesepakatan karena begitu kagum terhadap atasannya tersebut. Tapi Tuhan tidak mengizinkan Ge untuk bahagia menjadi 'selingan' bagi Ga. Harus ada kesakitan yang dirasakan keduanya untuk menanggung kesalahan yang selama ini keduanya buat. Ary. Adalah kesalahan terbesar sekaligus pertanda ada kehidupan bahagia baru. Tapi Ge, yakin seyakin-yakinnya, bahwa Ary harus menjadi rahasia agar tidak dicemooh oleh pihak mana pun. Ary adalah prioritas kebahagiaan utama bagi Ge. Dan Ge akan melakukan apa saja agar Ga tidak menemukan rahasia terbesarnya.

Kisah persahabatan antara laki-laki dan wanita yang harus terjebak pada kesalahan. Gina dan Kana kembali bertemu setelah pernikahan Kana dengan Lita berlangsung selama satu bulan. Kana lebih sering meninggalkan Lita, dan lebih nyaman jika bersama Gina. Semua yang Gina lakukan adalah untuk membuat hubungan Sahabatnya dan Kakaknya membaik. Tapi semakin lama, hubungan antara Gina dan Kana semakin rumit... apalagi setelah insiden malam di mana Gina dan Kana tidak bisa menahan kendali. Kana menyetujui perjanjian yang Gina terakan, dan keduanya jelas semakin saling menyakiti. Lalu, bagaimana jika kehamilan Gina yang tidak diharapkan mengecoh diri Gina sendiri?

Berharap kehidupan akan bersikap dewasa? Kinan membuang jauh-jauh itu. Baginya, kedewasaan dalam diri saja yang akan membuat kehidupan bijak memberi makna atas cobaan yang Tuhan beri. Setelah dirinya tersakiti akan kebodohan sang suami, Kinan berjuang untuk bertahan bersama putranya. Kehidupan membawanya bertemu Bara dan cinta masa lalunya, Bam. Lalu, bisakah Kinan menentukan laju kebahagiaannya dengan bijak?

Baby Flowers... ... dia adalah Bunga dari segala bunga yang saya punya. [•] "Just marry her," ucap Synta santai. "Apa?" "Lo denger apa yang gue bilang." "Saya denger. Tapi apa tujuannya kamu bilang ini ke saya, Syn?" Synta mengangkat bahunya. "Lo perlu maju." Lelaki itu mendengkus keras. "Maju? Maju ke mana?" "Gue tau, lo terlalu sayang sama gue, Ka. Tapi gue baik-baik aja, gue bukan lo yang harus ditagih lagi buat hal-hal nggak penting. Mama dan papa pengin liat lo nikah, dan lo juga udah klop sama Eva. Buat apa lagi lo main-main sama perempuan kayak gue?" "Memangnya kamu perempuan seperti apa?" Synta hanya mengendikkan bahu, beranjak dari dada Yongka yang sudah dia sukai sejak masa remaja. Dipeluk dan memeluk Yongka, adalah kebiasaan dan satu hal yang membanggakan bagi Synta. Tapi dia harus segera berhenti, Yongka tidak boleh mengecewakan kedua orangtua mereka. "Kamu mau ke mana?" Yongka memandangi kegiatan Synta membereskan kekacauan yang mereka buat sebelumnya. Yongka masih tetap diam di tempatnya, dia tidak bergegas karena merasa bahwa Synta akan tetap di sampingnya seperti biasanya, ketika perempuan membutuhkan tempat tinggal yang mau menerimanya. "Aku mau bersih-bersih," jawab Synta. Mendapatkan jawabannya, Yongka merasa tenang. Malam itu, dia pejamkan mata tanpa firasat buruk apa pun. Hingga pagi menjelang, Yongka menyadari seluruh ruangan apartemennya bersih... bersih dari segala jejak Synta.

Akina harus menikah dengan Darma karena dalam wasiat ayahnya, tertulis bagi putri tertua harus melaksanakannya. Bagi adik-adiknya, wasiat itu bukanlah masalah mengingat usia Akina yang memang sudah lebih dari cukup untuk menikah. Namun, mereka tidak pernah tahu rahasia di dalamnya. Rahasia yang hanya menyakiti Akina saja. Demi menjaga kehidupan adik-adiknya, usaha sang ayah-agar tetap terlihat baik-dan berbagai tunjangan hidup orang-orang disekitarnya... Akina harus mengalah. • • "Mungkin ini sangat keterlaluan, tapi mengingat kakak saya yang tidak bahagia dan justru tertekan seperti ini... tolong lepaskan semuanya." Darma menatap gamang Ebe, putri kedua almarhum Harkat. "Saya dan adik-adik sudah memiliki pekerjaan tetap. Kami tidak akan menyusahkan Anda lagi, Pak Darma. Jika Anda membutuhkan kami untuk mengganti kerugian yang ada, kami akan melakukannya. Kak Akina diam-diam juga tidak pernah memakai uang yang Anda berikan. Kami akan mengurusnya segera, dan kami sangat memohon kepada Anda agar segera menyelesaikan perceraian itu. Tolong jangan membuat kakak kami lebih menderita dari ini." Ebe, yang dikenal sangat kasar dan cuek, menangis dihadapan Darma hanya untuk memohon supaya Darma melepaskan kakaknya. Akina. Dengan mata yang memerah menahan tangis, Darma masih bergulat dengan batinnya sendiri, dia tidak ingin melepaskan Akina. Tidak akan pernah. Apalagi semenjak rasa sakit yang sudah Darma torehkan pada perempuan itu. "Saya dan adik-adik saya ingin kak Akina bahagia. Tolong... lepaskan kakak kami. Dia tidak pantas mengalami semua ini. Tolong, Pak Darma." Darma tersayat hingga rasanya ingin mati saja, karena harus melepaskan Akina setelah turut kehilangan bayinya.

Menjadi artis terkenal membuat Saga harus pandai-pandai menata rapi rahasia kelamnya. Rahasia yang tidak akan bisa dengan mudahnya diterima banyak pihak, maka berpura-pura menjadi keahliannya selain kemampuan yang harus dia miliki sebagai sosok di depan layar. Bertemu Refa—asistennya—, dia bisa membuka jati dirinya. Namun, banyak momen yang dilalui justru menambah banyak cerita bagi keduanya. Refa jatuh cinta pada artisnya. Sayangnya, hati Saga tak langsung jatuh begitu saja. Refa harus merasakan kekecewaan saat ingin memberitahukan mengenai nyawa dalam perutnya, milik Saga.