“Lo tahu nggak, apa kepanjangan dari perkedel?” Seto mencomot perkedel yang masih panas dari piringnya. Bibirnya maju mundur, meniup-niup perkedel itu agar cepat dingin. Luna yang sibuk di depan penggorengan pun menjawab, “Nggak tahu, apa memangnya?” “Persatuan kentang dan telur.” “Iya, kah?” Seto mengangguk. Kakeknya pernah bercerita, kata perkedel adalah serapan dari bahasa Belanda, frikandel. “Kentang dan telur bersatu dalam satu wujud yaitu perkedel, seperti halnya kita, dipersatukan Tuhan dalam sebuah rumah tangga.” Luna seketika tersipu, sedangkan Seto nyengir lebar. Ekspresinya itu jelas menggoda Luna. Luna memalingkan mukanya yang memerah. “Astaga, Na, baru digodain segitu doang muka lo udah kayak tomat masak,” cibirnya. Kalau dipikir-pikir, tingkahnya barusan bertolak bela

