Hujan rintik- rintik mewarnai perjalanan mereka. Kalina berusaha menghembuskan nafas seteratur mungkin, menenangkan debaran jantung yang semakin bertalu-talu. “ Ok tenang kamu pasti bisa!” support Kalina pada diri sendiri. Kalina mengalihkan pandangan matanya yang sedari tadi menyusuri jalanan yang basah dan tanpa sengaja tatapan matanya menangkap sesuatu yang aneh dari Nindya. Tangan sahabatnya itu saling memilin satu sama. Dan Kalina dapat melihat keringat dingin mulai mengalir disela rambut gadis itu. “ Nin, kamu sakit?” dia tersentak kaget dan langsung menoleh kearah Kalina. “ Apa? Sa..Sakit? Tidak!” Suara itu bergetar. Seperti bukan suara Nindya sebenarnya. “ Beneran? Kamu sehatkan?” tanya Mbak Amita yang memangku Iva. Tanpa disuruh, tangannya terulur ke belakang, langsung m

