Hari Pertama Pengantin Baru

1009 Words
Kelopak mata Faisal terbuka lebar, baru saja dia bangun dari tidurnya, ia sudah dibuat kaget dengan posisi tidurnya saat ini. Entah sejak kapan tangannya melingkar erat di pinggang sang istri. Buru-buru Faisal langsung mengangkat tangannya, lalu terduduk di kasur sambil menatap ke arah Nada yang masih tampak tidur. “Sial, bisa-bisanya gue tidur sama ninja,” cakap Faisal. “Untung dia belum bangun,” gumamnya. “Aku udah bangun, Mas,” sahut Nada. Faisal kembali terlonjak kaget, pria itu meringsek mundur saat Nada bergerak bangkit dari tidurnya. “Aku udah bangun dari tadi, tapi karena tangan kamu ngelilit tubuh aku kayak gurita, jadinya aku diem aja di kasur sampai kamu akhirnya bangun,” terang Nada. Faisal meringis. Yang benar saja dia melilit tubuh wanita itu seperti gurita, Nada sepertinya berlebihan, pikir Faisal. "Lagian kamu tidur ngapain masih pakai cadar sih?" tanya Faisal, menatap heran istrinya yang masih mengenakan cadarnya. “Mau bantu aku bukain cadar ini?” tawar Nada. Faisal langsung menyingkir saat Nada bergerak mendekat ke arahnya. Dia bangkit dari atas kasur, menatap jijik ke arah gadis itu. “Kamu punya tangan kan? Buka aja sendiri,” sungut Faisal. “Aku emang punya tangan dan bisa buka cadarku sendiri. Tapi, kamu suamiku, apa kamu enggak penasaran pengen buka cadarku dan lihat wajahku?” tutur Nada, suaranya mengalun lembut, tak ada kekesalan yang membingkai, walau padahal Faisal sudah sangat menguji kesabaran dan batinnya. Dengusan Faisal terdengar, pria itu mencebik. “Enggak usah sok romantis, jijik tau,” komentarnya. Nada diam menerima komentar pedas itu. Bahkan di balik cadarnya ia berusaha mengurai senyum tipisnya, bermaksud meredam rasa getir yang menyayat hati. “Sana keluar, aku mau mandi,” ujar Faisal kemudian. “Kalau aku keluar dari kamar hotel ini, nanti ayahmu bakal ngamuk lagi sama kamu. Emang kamu enggak inget sama kejadian semalem?” cakap Nada. Faisal langsung terdiam. Benar juga, ya. Kemarin malam saja dia sudah dipermalukan di depan umum, dipukuli ayahnya tanpa ampun. Faisal tidak mau kejadian seperti itu terulang lagi, cukup semalam saja dia merasa harga dirinya remuk. “Awas kamu ngintip aku,” cakap Faisal kemudian. Setelah itu ia berlalu menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar hotel tersebut, meninggalkan Nada yang tampak menghela napas panjang. Gini amat ya nikah karena dijodohin. Nada kembali menarik panjang napasnya, berusaha mengisi penuh kesabarannya agar tidak terbawa emosi saat menghadapi sifat jutek suaminya. *** Sepasang pengantin baru itu mendatangi restoran hotel untuk sarapan pagi. Di salah satu meja terlihat Pak Surya dan Bunda Hanum sudah sarapan lebih dulu. Mereka melambaikan tangannya, menyuruh Faisal dan Nada untuk sarapan di meja yang sama. Nada tersenyum dari balik cadarnya, ia duduk di sebelah Bunda Hanum, sedangkan Faisal, pria itu duduk di samping ayahnya, berseberangan dengan Nada. “Gimana semalam?” tanya Bunda Hanum. “Lancar, Bun,” sahut Faisal, tak memberi Nada kesempatan untuk menjawab yang sejujurnya. Padahal Nada juga tak berniat mengatakan fakta bahwa semalam Faisal sangat menyebalkan, karena bagaimanapun juga Faisal adalah suaminya, keburukan pria itu tak sepatutnya Nada umbar ke orang lain, walaupun ke mertuanya sendiri. Nada juga merasa bahwa sifat Faisal masih dapat ia toleransi. “Berarti Bunda bentar lagi bakal punya cucu dong,” komentar Bunda Hanum. Faisal mesem mendengarnya. Cucu apanya, ngeliat muka dia aja belum, apalagi sentuh dia. Dih, lagian ogah juga sih sentuh si Malika itu, jijik. Batin Faisal sibuk menghujat Nada yang diam-diam ia tatap sengit. Bisa-bisanya gue nikah sama modelan ninja Hatori. Apes, apes. “Fais,” panggil Pak Surya. “Eh, iya ada, Pa?” tanya Faisal, wajah jengkelnya seketika berubah menjadi penuh senyuman. “Papa udah kasih cuti selama dua minggu buat kamu, dan Papa juga udah siapin paket honeymoon untuk kamu sama Nada, jadi ....” “Tunggu, tunggu, maksud Papa apa? Papa mau aku sama dia pergi honeymoon?” tanya Faisal. “Iya.” “Tapi kerjaanku banyak, Pa. Ada beberapa urusan pekerjaan yang belum aku selesaikan. Jadi bagaimana bisa aku pergi honeymoon selama dua minggu,” tutur Faisal, berusaha mencari alasan agar dirinya tidak pergi bulan madu bersama Nada. “Masalah pekerjaanmu sudah papa serahkan ke Pak Naufal, jadi kamu bisa bulan madu bersama Nada tanpa perlu khawatir memikirkan masalah pekerjaan,” jelas Pak Surya, seolah pria paruh baya itu benar-benar telah menyiapkan semuanya. Faisal mengembuskan napasnya, sial bertubi-tubi sial baginya. *** Pukul satu siang, usai check out dari hotel, Faisal langsung memboyong Nada ke rumah orang tuanya. Sesuai kesepakatan, mereka akan tinggal sementara waktu di rumah Pak Surya sampai hari keberangkatan bulan madu mereka tiba, yaitu hari minggu nanti. Faisal yang tidak memiliki wewenang untuk membantah hanya bisa pasrah dan menuruti setiap aturan dan perintah yang diutarakan ayahnya. “Nada pasti masih capek ya, kamu istirahat sana, kamar Fais ada di lantai dua,” anjur Bunda Hanum, pandangan wanita paruh baya itu lantas berpindah pada putra semata wayangnya. “Fais, sana ajak Nada ke kamar kamu, kasihan dia kelelahan, biarkan dia istirahat,” suruhnya. Membantah Bunda Hanum adalah tindakan yang tak akan mungkin Faisal lakukan, karena itu Faisal kembali pasrah dan menuruti perintah ibunya. Dia membawa Nada menuju kamar pribadinya yang ada di lantai dua. Setibanya di depan pintu kamar itu, Faisal langsung membuka pintunya, kemudian menyuruh Nada untuk masuk lebih dulu. “Masuk sana, ujar Faisal. “Kamu enggak ikut masuk?” tanya Nada. “Kenapa gue harus masuk?” sungut Faisal. “Ini kamar kamu kan?” “Iya.” “Ya sudah ayo masuk juga,” ajak Nada. “Dih, apaan sih, lo tuh ternyata murahan ya, ngapain lo ajak gue masuk ke sana, lo kalau mau masuk ya masuk aja, enggak usah ajak gue,” sungut Faisal. “Aku cuma mau ajak suami aku sendiri masuk ke kam—” “Hush, udah enggak usah banyak omong, gue enggak mau debat sama lo, udah sana lo masuk duluan, gue masih mau ngerokok di luar,” cakap Faisal. Setelah berkata seperti itu, Faisal langsung berlalu pergi sambil mengeluarkan rokoknya dari saku celana. Nada menghela napasnya. Ini baru hari pertama dia menjadi istri pria arogan itu, tapi rasanya sudah sangat berat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD