Sulit Untuk Diungkap

922 Words
“Sebenarnya… aku mau tanya kamu? tapi janji jangan marah ya?” kata-kata Gafin semakin membuat jantungnya berdetak dengan irama yang tidak beraturan, membuat jantungnya berdebar kencang dua kali lipat dari saat normal. Mina mengangguk pelan dan berusaha menahan nafasnya. “Roti kamu itu nggak mau dimakan? boleh buat aku? aku nggak sempat sarapan tadi pagi dan sekarang laper banget” Gafin mengelus-elus perutnya yang rata dan mengeluarkan ekspresi wajah yang tidak pernah terpikirkan oleh Mina akan dimiliki oleh seorang pria seperti Gafin, saat ini lelaki itu memandangnya dengan mata ‘Puppy eyes’. Mina menghela nafas lega dan tersenyum lebar. Senyuman Mina berubah menjadi sebuah kekehan kecil, ia tidak kuasa menahan tawanya lagi. Ia merasa sedih sekaligus lega secara bersamaan, ia menghentikan tawanya saat melihat wajah bingung Gafin. “Maaf.. jangan tersinggung... ini buat kamu, aku udah sarapan tadi.” Ujarnya sembari mengulurkan roti yang berada di hadapannya kepada Gafin. Gafin tersenyum lebar dan mengambil roti yang dilurkan Mina kepadanya. Tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa seorang pria dingin seperti Gafin, bisa mengeluarkan ekspresi wajah seperti itu. Gafin memakan roti yang diberikan olehnya dengan lahapnya, ia terlihat seperti anak kecil yang kelaparan. Mina terkekeh pelan memperhatikan wajah lelaki itu. ‘Aku ingin menyentuh pipinya, menariknya dalam pelukanku dan mencium bibirnya itu. Entah kenapa, sekarang aku merasa seperti tante-tante girang yang sedang berpikiran m***m terhadap berondongnya. Kenapa aku dilahirkan dengan sifat yang terlalu agresif? ini sangat menyiksaku.’ Mina menatap Gafin dan larut dalam pikirannya sendiri. “Kamu mau apa?” tanpa Mina sadari, tangannya sudah menyentuh pipi Gafin seperti di dalam pikirannya tadi dan untungnya ia tidak sampai menjadikan semua khayalannya itu menjadi kenyataan. Ia tidak dapat membayangkan, apa yang akan dipikirkan oleh Gafin jika ia memeluknya dan mencium bibirnya itu. Mina tersenyum kikuk. “Ahh… ng… gak… i… tu… ada kotoran di wajah kamu.” Mina berkata dengan terbata dan menunjuk pipi kirinya. Gafin mencoba menghapus kotoran pada wajahnya, tetapi tampaknya ia kesulitan, Mina membantu Gafin mengusap kotoran pada pipinya. “Ini ada bekas coklat yang nempel,” Mina melanjutkan perkataannya sembari tersenyum. Gafin adalah seorang lelaki yang tidak dapat diprediksi, lelaki itu memegang tangan Mina dengan erat, menatap dalam mata wanita itu dan menarik  Mina ke dalam pelukkannya.  Saat ini jantung Mina seakan berhenti berdetak, berhenti dalam hitungan detik dan saat ini ia merasa sangat bahagia, ia rela mati untuk saat-saat seperti ini. “Terimakasih Mina,” Gafin berbisik pelan ke telinga Mina. Bisikkan Gafin yang sangat dekat di telinganya itu membuat bulu kuduknya merinding.  ‘Tuhan tolong hentikan waktu ini. Aku ingin lebih lama berada di dalam pelukkannya.’ Mina berdoa di dalam hatinya. Berharap saat ini ia dapat menghentikan waktu dan menikmati pelukkan lelaki pemilik hatinya itu. Mina tersenyum bahagia di dalam pelukkan Gafin. Sepertinya ia harus selalu berterimakasih kepada sang roti yang membuatnya mengenali sisi lain dari lelaki itu, ia harus berterimakasih kepada roti yang telah membiarkannya melihat raut  wajah Gafin yang berbeda dari biasanya. Ia berjanji di dalam hatinya bahwa ia akan selalu menjadikan roti itu sebagai makanan favoritnya. Ia tersenyum lebar ke arah gafin yang sudah melepaskan pelukkannya, lelaki itu membalas senyum Mina dan mengambil majalah yang ada di hadapannya. Sebutlah ini berlebihan, tetapi saat ini ia merasakan ada taman bunga yang dipenuhi oleh kupu-kupu cantik di dalam perutnya. Kupu-kupu itu seakan tengah mengepakkan sayap-sayap indahnya di dalam perut Mina, perasaan itu sangat indah dan membuatnya bahagia. Perasaan itu membuat hatinya diselimuti dengan perasaan bahagia yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.  ‘Seandainya aku mempunyai mesin waktu, aku pasti akan memberhentikan waktu ini. Jika aku bisa membekukan waktu seperti sebuah kamera yang dapat membekukan sebuah moment menjadi sebuah gambar, maka aku akan melakukannya. Aku akan membekukan waktu dan menikmati rasa bahagia ini.’  ***  Kejadian di pesawat bagaikan mimpi indah bagi Mina. Bagaimana ia tidak menganggap itu semua hanya sebatas mimpi, jika saat ini lelaki yang sedang berdiri di sampingnya itu kembali menjadi dirinya yang dingin dan kaku. Mina adalah orang yang selalu mengekspresikan perasaannya, perasaannya yang sedang senang maupun sedih selalu terlukis dengan jelas  pada wajahnya.  Karena itu, ia sangat tidak menyukai orang yang tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka dan ia tidak mengerti mengapa ia bisa mencintai seorang Gafin Tanuwijaya yang memiliki wajah tanpa ekspresi. Lelaki itu terasa dingin, lelaki itu selalu mengeluarkan ekspresi datar pada wajahnya, lelaki itu adalah tipe yang sangat tidak disukai olehnya, tetapi entah mengapa justru lelaki itulah yang dapat merebut hatinya. Cinta itu memang aneh, terkadang kita tidak butuh alasan untuk mencintai seseorang. Terkadang kita tidak tahu kapankah awalnya perasaan itu datang ke dalam hati kita dan tanpa kita sadari kita telah terjerat di dalam jeratan cinta yang tidak mudah untuk kita lepaskan. Cinta itu bersemi di dalam hati tanpa kita sadari kehadirannya. Mina selalu merasa begitu lelah mencintai Gafin, mencintai lelaki yang dianggapnya tidak pernah membalas perasaan cintanya itu. Walaupun hatinya merasa lelah, ia tidak pernah bisa pergi menjauh dari cintanya itu, melupakan dan pergi dari cintanya itu adalah hal yang mustahil. Sangat mustahil seperti ia dilarang untuk bernafas selama seharian penuh. ‘Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita itu bagaikan kita ingin mengapai bintang, kita tahu benar bahwa kita tidak akan pernah bisa mengapainya, tapi kita terus berusaha untuk mengapainya, bukankah itu sangat mengenaskan?’   Ingin menggapai sesuatu yang tidak mungkin, itulah yang selalu dilakukan oleh Mina. Walaupun ia tahu bahwa ia tidak akan bisa menggapai hati Gafin yang dingin itu, ia selalu berusaha semampunya untuk membuat lelaki itu menyadari kehadirannya dan melihat ke arahnya. Selama ini ia selalu berusaha untuk menggerakkan hati Gafin, membuat lelaki itu menyadari perasaannya, tetapi usahanya seakan sia-sia. Perasaan cinta yang tidak bisa diungkapkannya itu membuat dadanya sesak dan hatinya perih. Seandainya cintanya itu dapat dirasakan juga oleh lelaki itu maka ia akan menjadi manusia paling bahagia di dunia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD