bc

Kita Tahu Kita Sama-Sama Selingkuh

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
revenge
BE
heir/heiress
blue collar
drama
disappearance
like
intro-logo
Blurb

Setelah sayap itu patah, cinta mana yang kau pilih?

Jalan mana yang akhirnya diputuskan oleh Putri setelah memergoki suaminya yang tengah selingkuh? Bertahan demi anak semata wayang mereka atau menikah dengan Irwan, sahabatnya yang sempat menghilang atau malah bersendirian membesarkan Kalya justru jauh lebih baik baginya?

chap-preview
Free preview
1. Pesan Singkat
Mereka bertemu sekali dan berpisah sepanjang waktu. Sebuah kisah yang membekas dalam kehidupan Putri. Sebagai seorang istri ia sadar betul bahwa dirinya bukanlah sosok yang sempurna. Masih banyak kekurangan di sana-sini yang dimiliki dalam mengarungi biduk rumah tangga bersama suaminya yang nyaris sempurna ; tampan, pintar, dan kaya raya. Semasa kuliah dulu, hal itulah yang menjadikan alasan Putri menjatuhkan pilihan hatinya kepada Hendra. Selain ia mencintai lelaki itu, Putri pun merasa bangga terhadap dirinya yang bisa memiliki kesempurnaan Hendra. Putri tak menyangka bahwa cinta tak hanya berkata soal cinta semata dan bukan cuma membicarakan soal kesempurnaan pasangan. Cinta lebih dari itu. Cinta membutuhkan lebih yang dari itu. Cinta mengharapkan kesucian cinta. Cinta mengharapkan pembalasan cinta. Putri mencintai suaminya, namun ia baru menyadari bahwa cinta yang dimiliki selama ini hanyalah cinta monyet. Cinta rapuh yang bisa berujung pada perpisahan. Tidak! Putri tidak mencintai suaminya. Ia bukan mencintai suaminya! Putri sebatas mencintai raganya, mencintai apa yang dipunya. Ia tidak mencintai kekurangan suaminya. Ia tak mencintai apa yang mesti diperbaiki dalam diri suaminya. Ia menolak membangun perbaikan. Sejatinya, jiwa Putri tak tertambat sedikitpun pada diri suaminya. Tidak melekat! Hendra yang egois dan keras kepala justru membuat Putri semakin menjauhkan hatinya. Kebersamaan mereka sekadar formalitas untuk menutupi rasa ketidaksukaan yang mulai mendera. Kecupan dan pelukan sang suami pun menjadi tak berarti apa-apa. Putri mulai membenci. Ia dapati isu di luar sana mengenai suaminya yang dekat dengan wanita lain. Model cantik yang entah berasal dari mana, dari planet mana. Model yang pernah mengadakan pemotretan di rumah makan miliki suaminya. Model cantik yang berhasil menjerat hati Hendra. Putri kian meradang dengan keberadaan kabar yang semakin santer terdengar. Ia mencoba menutup telinga rapat-rapat, bersabar, namun sayang, hatinya berkelit. Ia mencari cara agar dapat membalaskan rasa sakit hatinya itu. Putri diam dalam pikirannya yang terus mendesak agar dirinya berbuat hal-hal yang tidak seharusnya. Hal-hal yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga. Hal-hal yang bukan hanya saja menjadi kerikil, namun juga badai besar yang bisa menghancurkan biduk rumah tangganya yang baru dibangun tak lebih dari tiga tahun. Putri mendendam. Ia bersikukuh akan tetap membalaskan rasa sakit hatinya itu. Ia tak peduli dengan kesabaran yang selama ini dipendam. Ia tak peduli dengan keluarganya dan keluarga suaminya. Putri begitu bodoh! Ia menyepelekan anaknya. Tak terbesit sedikitpun dalam benaknya mengenai masa depan sang anak yang baru berusia delapan belas bulan. Putri egois! Ia hanya memikirkan dirinya. Memikirkan kesabaran yang selama ini ia tanam dan tak mungkin berkelanjutan hingga seterusnya, memikirkan apa yang telah dilakukan sang suami, memikirkan goresan hatinya, memikirkan hari-hari ke belakang, dan menyusun rencana pembalasan dendam. Putri benar-benar kecewa. Ia tak dapat berkata apa-apa. Ia memendamnya seorang diri. Ia mendendam. Sempurna mendendam terhadap suaminya. Hendra memang tampan, namun ketampanannya sudah tak berarti apa-apa di mata Putri. Putri sudah pernah membersamainya. Membersamai lelaki tampan yang justru memanfaatkan paras yang dimiliki. Putri membenak, suaminya memang tampan, namun masih ada ribuan bahkan jutaan lelaki yang jauh lebih tampan dan baik di luar sana ketimbang suaminya. Toh buat apa paras tampan, namun ternyata hidung belang. Masih banyak di luar sana lelaki tampan yang juga setia. Lelaki tampan yang merasa dirinya biasa saja. Lelaki tampan yang tidak pernah membanggakan ketampanannya. Lelaki tampan yang tidak pernah mencari perhatian dari lawan jenisnya yang bukan muhrim. Lelaki tampan yang bersikap biasa saja terhadap siapa saja. Lelaki tampan yang cintanya hanya untuk seorang saja, berlandaskan cinta kepada Allah Ta’ala. Putri tepekur. Ia menggenggam bingkai jendela. Dipandangnya langit gelap. Sempurna gelap. Tanpa cahaya bintang dan bulan. Seperti hatinya yang sempurna gelap. Tak ada celah bagi seberkas cahaya menyelusup. Pori-porinya tertutup. Hatinya tertutup. Putri bergeming. Menatap jauh ke depan. Ke langit. Ke ujung jalan. Tak ada apapun. Tak ada siapapun. Hanya angin yang barangkali di luar sana sedang berdesir hingga dedaunan nampak bergoyang tersibak. Ia mengenang masa lalunya. Masa-masa yang indah dipenuhi romantika cinta buta. Ia merindu masa-masa itu. Masa di mana Hendra dahulu mencoba mendekatinya, mengutarakan isi hatinya, merajut kasih bersama selama empat tahun, hingga akhirnya sampai di pelaminan, dan berhasil menjalaninya tiga tahun. Buah cinta mereka, Kalya, menjadi bukti akan tulusnya cinta yang dimiliki satu sama lain. Cinta, ya cinta. Tak ada lagi kamus cinta dalam hati Putri semenjak suaminya kedapatan berselingkuh di depan matanya. Hati Putri teriris, hancur. Ia tak lagi menyimpan rasa cinta terhadap suaminya. Ia tak peduli dengan masa lalunya. Ia tak peduli dengan masa-masa romansa itu. Ia tak peduli dengan lamanya waktu yang dibutuhkan saat mereka benar-benar mantap berikrar mengukat janji suci. Ia tak peduli dengan rumah tangganya. Ia tak peduli dengan suaminya, dengan masa depan anaknya jika ia sampai melakukan hal menyakitkan yang sama yang dulu pernah dilakukan sang suami. Putri bergeming, hatinya membenci, otaknya memutar beragam peristiwa yang pernah dilalui, ia memikirkan sesuatu. Dipandangnya suami dan anak yang sudah tertidur pulas dari jarak beberapa langkah di tempat ia berdiri. Sudah tak ada rasa cinta terhadap suaminya, pun tak ada rasa kasihan terhadap anaknya. Putri membenci, sekali lagi dan akan tetap sama hingga seterusnya, ia tetap membenci. Ia benci terhadap suaminya. Ia benci terhadap dirinya yang tidak bisa berkata jujur, bahwa percintaan yang kerapkali ia dan suaminya lakukan sudah tak lagi menyisakan kesenangan. Kesenangan batin dan kebahagiaan yang dahulu ia rasakan kini hilang seketika. Hilang lantaran mendapati suaminya yang hanya sekali berselingkuh. Sampai kapanpun, Putri tak akan mengatakan apa yang dilihatnya siang itu. Ia bungkam. Bungkam dalam waktu yang cukup lama. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri akan apa yang dilakukan ke depan terhadap ikatan pernikahan yang dahulu memberinya kebahagiaan dan warna dalam hidup. Ponsel di atas mejanya bergetar sebentar. Ia dekati. Dilihatnya sebuah pesan singkat masuk dari nomor tak dikenal. Ia membacanya. ‘Hai, selamat malam Putri. Di sini hujan. Teramat deras sejak beberapa jam lalu dan saya tidak bisa tidur. Saya rindu. Kapankah waktunya kita dapat berjumpa lagi?’ Putri tersenyum seorang diri. Seketika hatinya berbuga. Ia merenung, memikirkan akan kata-kata apa yang tepat ditujukan kepada pria yang mencoba mendekatinya itu. ‘Saya senang bisa bertemu denganmu, namun saya tidak bisa menjanjikan apapun.’ ‘Apakah kamu menyesal dengan pertemuan siang tadi?’ ‘Tidak. Mengapa?’ ‘Artinya kamu bahagia?’ ‘Tidak juga. Saya sedang bimbang. Kamu membuat saya melupakan semuanya. Melupakan suami saya, tanggung jawab saya di rumah, dan semua masalah-masalah saya.’ ‘Semua keputusan ada di tangan kamu. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa selagi masih ada celah bagi saya untuk tetap dapat mendekatimu, bahkan memilikimu, maka itu akan saya lakukan.’ ‘Tapi saya belum mencintai kamu.’ ‘Tidak. Kamu memang belum mencintai saya, tapi saya tahu kalau kamu bahagia ada di dekat saya. Saya tahu itu. Saya tahu semua itu melalui pancaran matamu. Matamu yang berbinar-binar dan senyum yang merekah membuat saya semakin yakin, jika kamulah orang yang sengaja dikirim Tuhan untuk mengisi hari-hari saya ke depan dan barangkali untuk seterusnya.’ Gerimis turun. Putri melempar pandangan ke luar jendela. Ia tak sanggup membalas kembali pesan itu. Ditatapnya kembali sang suami dan anaknya tercinta yang masih terpejam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.6M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
474.5K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
521.1K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
613.6K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
473.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook