Prolog
Duk... Duk... Duk....
Derap langkah kaki seseorang yang berbalut sepatu pantofel, malam itu benar-benar memekak telinga Rasa tepat pada pukul 2 dini hari.
Bersandingan dengan detik jarum jam, suasana hening saat itu semakin terasa mencekam bagi Rasa dan menyesali segala tindakannya. Seharusnya tadi, ia menurut saja apa kata kakaknya yang tidak memperbolehkannya mengisi kamar kosong yang tersedia pada kos-kosan milik ayahnya walau hanya satu malam sekalipun.
Duk... Duk... Duk...
Derap langkah itu terdengar kian mendekat. Membuat jantung Rasa seketika berdebar kencang diselimuti ketakutan yang didukung oleh hawa dingin, menusuk sampai tulang malam itu. Rasa penasaran. Apa yang membuat kos-kosan milik ayahnya ini sering sekali menjadi tempat para penghuninya bunuh diri. Dan sejujurnya Rasa tidak terlalu meyakini kalau semua kasus tersebut adalah murni kasus bunuh diri.
Intinya ada kejanggalan yang mesti ia selidiki. Sehingga satu-satunya cara, ya, dengan menginap di salah satu kamar setidaknya untuk satu malam. Karena banyak saksi mengatakan, bunuh diri itu dilakukan setiap lewat tengah malam.
"Argh!" Erangan seseorang yang terdengar lemah, akhirnya membuat Rasa putuskan untuk membuka pintu kamarnya. Rasa penasarannya yang jauh lebih besar mampu mengalahkan rasa takutnya saat ini.
Tepat di depan pintu, Rasa menemukan sebuah sobekan kertas. Saat ia mengambilnya, terbaca sederet tulisan yang sungguh mengejutkan baginya.
Di sana tertulis; Tolong aku. Aku tidak ingin mati.
***
HALO! CERITA INI ADALAH PROJEK BARENG AKU, meitiya_ Jenessa22