Akhirnya sampai juga di curug. Aku menarik nafas dalam dalam menikmati keindahan alam. Rihar segera membuka jaketnya
"Nyebur yok bro" tanyanya pada dimas
"Nyebur lah udah datang jauh jauh masa cuma foto doang" sahut dimas sambil membuka jaket dan memberikannya padaku sambil tersenyum
"Lun aku titip ya, kamu gak nyebur kan?"
"Ngga, luna gak bawa baju ganti. Lo nyebur wen?" Tanyaku sambil melirik weni
Weni yang sedang memperhatikan rihar menjawab "Ngga lun, kita foto foto aja ya hehe" sahutnya
Rihar dan dimas membuka celana jeans nya. kini mereka hanya mengenakan boxer dan bertel*njang d**a. Tepampang d**a rihar dan dimas yang bidang.
"Dimas gila lo keliatannya kurus tapi body lo kekar juga" celetuk weni pada dimas
"Yoi lah haha" jawabnya.
Mereka menikmati dinginnya air terjun, aku dan weni sibuk mengabadikan momen. Setelah satu jam mereka puas berenang, dimas menghampiriku
"Lun dimana bajuku?" Tanyanya dengan rambut yang basah dan bibir yang merah karena dimas berkulit putih.
"ini, mau langsung ganti ya?" Tanyaku yang kemudian disahut oleh rihar sambil tersenyum menggoda
"Iya, kenapa? Mau ikut?"
"Rihaaarrrr" sahut weni sambil mencubit pinggang rihar dan ia tertawa sambil meninggakan kami menuju ruang ganti.
Aku menatap rihar melihat wajah dan rambutnyaa yang basah dan berantakan terlihat begitu sexy. (Ya Tuhan ini makhluk indah banget) gumamku dalam hati.
Kami akan begegas untuk pulang setelah makan bekal makanan yang weni bawa dari rumah. Weni benar benar mempersiapkannya secara matang.
"Kita foto dulu yuuk berempat" pinta weni
Dengan meminta bantuan orang lain untuk mengambil gambar. Rihar, weni, aku dan dimas dilatarbelakangi oleh pemandangan air terjun. Begitulah posisi foto saat itu. Setelah selesai dimas menarik lenganku
"Lun sini dulu foto berdua" lalu dia memanggil weni
"Wen tolong fotoin"
"Oke"
Aku dan dimas sama sama tidak pandai berpose, kami foto dengan gaya berdiri dan tersenyum berdampingan.
Weni berdecik
"cih gue foto patung nih? Yang mesra dong.." pintanya
Rihar yang berdiri disamping weni awalnya hanya melirikku tapi kali ini menatapku tajam ketika dimas mencoba meletakkan tangannya di bahuku.
Weni memberikan aba aba
"1 2 3 senyum"
"Lo gak foto wen sama rihar?" Tanya dimas
"Foto lah, nih lo fotoin ya" sambil memberikan kameranya ke dimas. Weni memeluk pinggang rihar dari samping, rihar hanya tersenyum. Aku langsung membuang muka sengaja tidak ingin melihat kemesraan mereka.
Selama perjalanan pulang aku terus dibayangi perkataan rihar untuk tidak memeluk dimas. Entah kenapa aku menurutinya, rasanya tidak ingin mengecewakan rihar walaupun ia terus mengecewakanku. Aku memegang pinggang dimas tanpa memeluknya. Suasana malam menjelang, angin berhembus semakin kencang.
Aku merasa seseorang mengelus lembut jari jemariku
"Lun.. aLuna" sayup kudengar dimas memanggilku, aku tak sadar ternyata telah tertidur dibahu dimas dan tanganku mengelilingi pinggangnya, aku langsung membenahi posisi dudukku.
"Eh sorry luna ketiduran" jawabku sambil melihat sekeliling. Ternyata sedang berada di pom bensin.
"Iya gpp.. dimas mau ketoilet dulu sebentar, gak tahan nih" sambil memegang kancing celananya. Aku mengangguk dan menunggu diatas motor. Kulihat sekeliling mencari keberadaan rihar dan weni tapi tidak ada.
Tak lama kemudian dimas kembali.
"Weni udah duluan ya?" Tanyaku pada dimas yang sedang memakai helm.
"Iya kayanya" jawabnya.
Belum lama kami keluar dari pom bensin, dimas kembali menepikan motornya.
"Ada apa?" Tanyaku. Tanpa menjawab ia merogoh kantung celananya dan mengeluarkan ponselnya lalu menjawab panggilan, kudengar sepertinya suara perempuan disana.
"Iyaa gue masih di mega mendung tadi gue ke pom bensin dulu
Luna tidur..
Oke"
Ku dengar percakapan singkatnya.
"Dari siapa?" Tanyaku
"Weni.. dia nanya lagi dimana dan katanya telfonin kamu gak diangkat, kubilang kamu tidur"
Lalu kami melanjutkan perjalanan.
Dimas mengantarku pulang sampai dirumah.
"Makasi banyak ya udah mau nganterin pulang. Mau minum dulu gak?" tanyaku
"Sama sama lun, makasi juga udah mau nemenin jalan seharian. Dimas langsung pulang aja ya, gak enak udah malem. Lain kali aja mampirnya" jawabnya sambil menyalakan mesin motornya
"Oke hati hati"
Dimas melambaikan tangannya dan akupun membalasnya.
Aku membaringkan tubuhku di ranjang setelah membersihkan diri. "Ternyata hari ini tidak terlalu buruk seperti yang kubayangkan" pikirku. Rihar dan weni juga bersikap biasa saja tidak memamerkan kemesraan mereka. Ku lihat ponselku, ada 4 panggilan tak terjawab dari nomor yang tak kukenal. Seingatku saat dijalan dimas bilang weni menelponku tapi tak ku angkat, oh ini pasti weni pakai nomer keduanya. Aku berencana menelfonnya untuk mengucapkan terimakasih atas semuanya termasuk bekal makanan yang ia bawa untukku.
Tapi kuurungkan niat karena aku akan mengatakannya langsung di hari senin saat masuk kerja.
Mentari pagi sudah bersinar. Seperti biasa hal yang kulakukan setelah membuka mata yaitu melihat ponsel. Kulihat 2 panggilan tak terjawab dan 3 pesan masuk dari nomor kedua weni. Ketika ku buka pesannya
"Enak ya pelukan sampai ketiduran, kayanya tadi nyenyak banget" pukul 21.15
"Hmmmm" pukul 21.16
"Udah tidur atau masih berduaan?" Pukul 21.20
Dengan segera kubalas
"Iya wen tadi gak sadar tau tau ketiduran di motor. Dimas juga semalem langsung pulang gak mampir dulu" send.
Belum sempat aku meletakkan ponselku tiba tiba langsung muncul balasan
"Ya bagusdeh kalau langsung pulang"
"ini rihar bukan weni"
2 kali dia mengirim pesan.
Tanganku langsung bergetar ketika tau itu adalah rihar, aku berulang ulang membaca pesan yang ia kirim semalam sampai lupa membalas pesannya lagi. Lalu ponselku berdering, rihar menelpon.. aku semakin gemetar dan bingung, aku tak mau menerima panggilannya lalu kubiarkan, tak lama dia menelpon lagi. Akhirnya kuberanikan untuk menerimanya
Luna : iya halo
Rihar : kenapa lama banget angkat telfonnya?
Luna : gpp tadi lagi di kamar mandi (aku beralasan)
Kemudian tak ada suara dari rihar, lalu aku melanjutkan pertanyaan agar tidak hening
Luna : luna pikir ini nomor weni, kenapa jadi nomor kamu?
Rihar : kenapa jadi nomorku? Loh ini memang nomorku. Kemarin ponsel weni gak ada sinyal jadi pinjam ponselku buat nelfon kamu.
Luna : oh jadi gitu, jadi gak mau minta nomorku ke orangnya langsung tapi malah kaya gini caranya. (Jawabku sinis)
Rihar : oh ternyata kamu nungguin aku buat minta nomor kamu yah? (Jawabnya sambil kudengar ia tertawa kecil)
Luna : yaa ngga juga sih (aku menggigit bibirku karna malu)
Rihar : aku memang pernah minta nomormu sama mba Maya, tapi gak dikasih.
Luna : kenapa minta sama orang bukannya nanya langsung ke luna
Rihar : tuuh kan bener kamu ngarepin yah? Hahaha
Luna : au ah. Rihar maunya apa sih?
Rihar : mau nelfon luna aja
Luna : telfon weni dong masa telfon luna
Rihar : ngga ah maunya luna aja
...
(aku tidak bisa menahan senyum)
Rihar : ko diem lun?
Luna : luna gak enak nih sama weni kalau tau rihar nelfon luna, nanti weni marah
Rihar : kalau weni marah bilang sama aku
Luna : kamu udah jadian sama weni?
Rihar : ngga, kan aku maunya luna
Luna : kalau maunya luna kenapa kemarin weni yang diajak jalan?
Rihar : karna kamu gak mau aku ajak jalan, ternyata maunya sama dimas ya?
Luna : awalnya aku gak mau tapi weni maksa katanya takut jalan berdua sama kamu.
Rihar : HA..?
Luna : ehhehe ngga dink bohong. Weni seneng banget jalan sama kamu, tapi dia minta temenin biar rame aja katanya gitu
Rihar : ooh gitu.. kemarin yang ngajakin aku juga weni
Luna : bukan kamu yang ngajakin jalan?
Rihar : bukan
Luna : terus kok kamu mau? Berati kamu suka sama weni
Rihar : ngga juga.. kebetulan aku lagi ga ada acara dan weni ngajakin jalan, yaudah kenapa ngga. Hehe. Dan ternyata sama kamu juga, aku jadi makin bersemangat
Luna : kamu tau weni klepek klepek sama kamu?
Rihar : hahaha klepek klepek gimana sih luna? Suka sama aku gitu maksudnya? Iyaa aku tau.
Luna : terus kamu suka juga?
Rihar : kan aku udah bilang, aku maunya kamu. Gimana dong?
Luna : kamu jangan begitu, itu namanya PHP tau gak. Kasian nanti dia berharap sama kamu tapi kamunya begitu
Rihar : ngga dong, dia pernah jujur kalau suka sama aku tapi aku bilang jangan berharap lebih karna aku cuma menganggap teman. Aku udah jujur tapi dia masih berusaha siapa tau hatiku bisa berubah, gitu katanya..
Luna : kalau kamu cuma menganggap teman harusnya kamu batasin diri supaya dia gak berharap lebih.
Rihar : kalau mau kamu begitu ya oke, aku dengan senang hati ngelakuinnya..
Luna : loh ko luna? Dari hati kamu aja ngelakuinnya
Rihar : aku memang dekat kesemua cewek lun, kalau aku cuek nanti dikira udah jelek sombong lagi. Hahaha
Luna : pantes aja di cap playboy
Rihar : kalau playboy ceweknya banyak, aku ngga ngerasa begitu. Aku cuma berusaha ramah aja kesemua orang mau cewek atau cowok.
Luna : tapi kalo cewek biasanya nganggepnya beda
Rihar : kamu cemburu?
Luna : ngga (dalam hati aku berteria IYA AKU CEMBURU)
Rihar : iya bagus, jangan cemburu ya lun karna aku maunya cuma kamu. Biar aku aja yang cemburu ngeliat kamu sama dimas.
Luna : Aku cuma temenan sama dimas. (Aku GR bukan main, ternyata begini rasanya dicemburui)
Rihar : iya aku percaya. Tapi besok besok jangan jalan sama orang lain lagi ya?
Luna : insya Allah (jawabku sambil tersenyum). Oh ya kemarin rihar bilang apa ke weni waktu jadi petunjuk jalan kerumah luna?
Rihar : aku bilang apa adanya.
Luna : apa adanya gimana? (Aku takut rihar mengatakan semua yang terjadi dimalam itu)
Rihar : ya aku bilang kamu sendirian dan gak dijemput. Jadi bareng aku
Luna : itu aja? (aku memastikan)
Rihar : iya emang apa lagi? oh ya harusnya aku cerita kalau malam itu kitaaaaaa
(aku tau arah tujuan rihar kalau ia ingin mengatakan kita pernah c*uman, aku langsung meyela pembicaraan)
Luna : rihar.. stop. udah jangan dibahas, luna malu kalau ingat itu
Rihar : hehehe, luna polos banget sih aku jadi makin gemas.
...
(Aku terdiam menutup kepalaku dengan bantal dan ponsel yang masih ditelinga)
...
Rihar : luna udah pernah pacaran sebelumnya?
Luna : belum (jawabku sambil meremas bantal)
Rihar : yakin? Aku gak percaya cewek cantik kaya kamu gak pernah pacaran. Pasti banyak kan?
Luna : banyak apanya? Rihar tuh yang pacarnya banyak. Sewaktu sekolah Luna gak pernah diizinin pacaran sama abang.
Rihar : wih keren, anak yang baik. Berati kemarin c*uman pertama luna ya?
Luna : he'emmm... (aku memejamkan mata sambil menggigit bibirku)
Rihar : maaf ya luna, aku udah ngambil yang pertama tapi harusnya bisa lebih romantis
Luna : rihar udah jangan dibahas, luna malu.
Rihar : hahaha gak usah malu sama aku
...
(aku benar benar malu dan jadi salah tingkah, menurutku obrolan ini terdengar tabu)
...
Luna : rihar udah dulu ya luna mau mandi
Rihar : oh yaudah. Mau dimandiin? Hehe
Luna : rihar apasih?! Jangan mulain mancing mancing.! (jawabku ketus)
Rihar : haha mancing? Aku lagi nelfon bukan mancing.
Luna : yaudah ya. Assalamualaikum.
(aku langsung mengakhiri panggilan)