bc

Yakuza Handsome Man | Bahasa Indonesia |

book_age18+
1.4K
FOLLOW
14.1K
READ
dark
love after marriage
arrogant
mafia
gangster
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Clearesta Primrose, seorang gadis berusia 19 tahun yang cantik dan ramah namun tergadang garang, terjebak dengan pria berwajah tampan yang mempesona namun mematikan. Akibat dari kecerobohannya saat tak sengaja memergoki sekelompok orang membunuhorang lain di gang sempit, membuatnya harus ikut terlibat dalam lika-liku yang gelap dan kejam.

Secara perlahan, tumbuh perasaan cinta di hatinya kala, sang penculik tampan yang menawan dirinya -Darga Jovante- selalu membuatnya melayang melalui sikap dan sentuhan pria itu.

Akan tetapi, badai menghadang kisah cintanya.Saat sang kakek Darga Jovante, Miller. Melarang hubungan mereka karena Darga harus bertunangan dengan Harina Addison, wanita yang berasal dari sekutu keluarga Jovante.

Disamping itu, Elsdon Birney. Pemimpin dari kelompok pembunuh yang di pergoki Clearesta, mengincar gadis tersebut.

Akankah Clearesta bisa menghadapi itu semua? Bisakah Darga melindungi sang hati dan mempertahankan cinta mereka? Hidup dan cinta, manakah yang akan di korbankan oleh Clearesta?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Hiruk pikuk kota New York saat malam selalu ramai. Kota yang sering di sebut NYC (New York City) itu tak ada sepinya, bahkan saat malam datang. Lampu warna-warni memperindah jalanan malam. Memberi kesan menakjubkan di kota tersebut. Memperlihatkan betapa mewahnya salah satu kota di Amerika ini. Di sebuah club malam besar di pinggir kota. Seorang dengan setelan jas hitam yang melekat pas ditubuhnya, berjalan dengan mantap menuju pintu masuk club tersebut. "Silahkan tuan." ucap sang penjaga bertubuh kekar dengan tatto di kedua tangan berototnya. Ia membukakan pintu masuk, mempersilahkan tamu yang baru saja datang dan menunjukkan kartu pelangannya. Pria itu mengangguk, lalu berjalan masuk ke club. Pandangannya mengedar kesegala sudut ruangan dengan lampu kelap-kelip itu, hingga ia menemukan sesuatu yang dicari-carinya. Ia melangkahkan kakinya menuju meja dengan sofa berwarna merah serta diduduki oleh seorang pria yang di kerumuni 3 wanita bertubuh seksi dan sintal. Gelak tawa mengiringi keempat orang tersebut. Meski hanya suara para wanitalah yang mendominasi, sedangkan sang pria hanya diam mendengar semua celotehan dari ketiga wanita itu. "Tuan," panggilnya pada seorang pria yang sedang menikmati rokok mahalnya. Pria dengan setelan jas abu-abu itu menoleh pada orang yang memanggilnya, lalu dia menaruh rokok mahalnya pada asbak yang tersedia di meja kaca berwarna hitam di depannya dan menurunkan kaki kanannya yang bertopang di atas paha kaki kiri. "Bagaimana?" tanyanya seraya memandang orang tersebut datar. Pria itu mengangguk lalu merogoh sak jas dalamya, mengambil sesuatu disana lalu memberikannya pada pria berjas abu-abu tersebut. Pria berparas tampan itu bersandar pada sandaran sofa, dia kembali menopangkan kaki kanannya di atas paha kirinya, dan membaca kertas kecil berwarna putih pemberian dari bawahannya. Sebelah alisnya terangkat. Sebuah raut kepuasan tercetak di wajahnya yang samar akibat suasana yang remang-remang yang hanya di hiasi lampu berwarna-warni itu. "Bagus, sekarang kau cari dia dan bawa kesini, Albert." perintahnya. Pria dengan setelan jas hitam itu mengangguk, "Baik tuan, kalau begitu, saya permisi dulu." Pamitnya undur diri. "Aa." jawab pria yang memerintah Albert, dia mengambil kembali rokok mahalnya yang tinggal setengah itu, lalu menyedotnya dan menghembuskannya. Sehingga kepulan asap putih keluar dari mulut dan hidungnya. "Kau tak akan pernah bisa menang melawanku, teman." sebuah seringai terpatri di wajahnya. "The winner is me.." ucapnya lagi dan kembali menikmati waktunya dengan para wanita yang memanjakannya. *** 'Tin..tin..' "Ups maaf.." 'Bruk' "Heii.. " "Sorry.." Seorang gadis berambut coklat berlari menembus jalanan kota New York yang padat. Sesekali ia meminta maaf kepada orang-orang yang tak sengaja ditabrak. Rambut panjang yang di kucir kuda melambai-lambai mengikuti langkah larinya. Sesekali ia membenarkan topi merah bertuliskan Coffe Roses yang ia pakai. Berkali-kali pula dirinya melihat jam tangan berwarna putih yang tengah ia kenakan. Dan selalu berguman 'aku terlambat'. Yahh sepertinya suasana padat di kota besar Jepang ini sedikit menghambatnya. "Hahh..hahh..hahh." Ia berhenti saat berada tak jauh dari tempatnya berkerja. Gadis berumur 19 tahun itu merunduk seraya memegang kedua lututnya dan mengatur nafasnya yang terengah-engah akibat berlari mengejar waktu. Lalu dia menegakkan tubuhnya seraya mengambil nafas dalam, dan kembali berjalan menuju kedai tempatnya bekerja. 'Klinting' "Selamat pagi.." teriaknya riang kala ia baru saja membuka pintu kedai tersebut. Tak lupa, sebuah senyum manis terukir di bibirnya. 'Pluk'    "Aww.." Sesuatu menimpa kepala dan menutupi matanya. Ia mengaduh, meraba dan mengambil benda berwarna hijau itu dari kepalanya. "Selamat pagi, tukang telat.." pria dengan name tag Otadan itu tersenyum tepat di depan muka gadis itu. Mata gadis itu memicing, wajahnya memberengut melihat senyum Otadan yang terlihat menyebalkan, “Hentikan senyumanmu itu, “Otan!” sungutnya sembari melempar lap hijau di tangannya ke pelaku yang melepar. Otadan mendelik menerima lap hijau itu, kemudian bersedekap dengan tatapan protes, “Panggil namaku dengan benar, Pasta!” "Terlalu panjang, Otan lebih baik daripada Otadan!" gadis itu berjalan mengambil aporn miliknya yang menggantung di gantungan samping pintu dapur. "Dan jangan memanggilku pasta, aku bukan makanan, Otan.." ucapnya seraya memasang aporn berwarna merah yang senada dengan kemeja dan topi yang di kenakannya. "Salah siapa sangat menggemari makanan menjijikkan dan lembek itu?" Otadan menatap jengkel gadis tersebut, "Dan kau pun memanggilku sesuka hatimu, jadi jangan salahkan aku juga yang memanggimu sesuka hatiku" ceriwis Otadan. "Pasta itu enak, jangan menghina makanan pembangkit moodku, Otan. Itu lebih baik dari pada harus menghabiskan berbotol-botol s**u hanya untuk mengganti alkohol disaat sedang patah hati." ujar gadis itu seraya menjulurkan lidahnya. Otadan mendelik dan melempar gadis bermata hijau bening itu dengan tisu yang ada di meja sampingnya. Sedikit mengumpat saat dirinya di ejek secara tak langsung oleh rekannya itu. mentang-mentang dirinya payah dalam hal minum-minum. "Eittss.. Tidak kena!!" gadis itu menghindar, ia tertawa mengejek pada Otadan. "Clearesta Primrosee!!" Gadis manis itu menoleh pada seseorang yang memanggil -berteriak- namanya, lalu senyum cerahnya kembali terpasang apik di bibir indahnya. Ia berlari menghampiri seseorang yang menatapnya tajam. Memberikannya pelukan erat. "Selamat pagi bibi." ucapnya seraya mencium pipi seorang wanita yang memanggil namanya. "Selamat pagi apanya? Ini hampir siang, dan kau datang terlambat." Adeola mendelik, sebelah tangannya meraih salah satu telinga pegawai mudanya. Memberikan gadis itu layanan tarik secara gratis. Clearesta meringis, kedua tangannya memegangi lengan milik bosnya, "Aw..aw.. Ok bibi, maaf jika aku terlambat. Tolong lepaskan telingaku.." rintihnya. Jeweran atasannya itu tidak main-main. Adeola menipiskan bibirnya seraya memicingkan mata, "Kau memang terlambat, sayang. Dan kau terlambat selama 20 menit." Geramnya pada Clearesta "Heii,, aku tidak terlambat sebanyak itu, aku hanya terlambat selama 20 detik." Adeola melotot mendengar ucapan pegawai tukang telatnya. “Apa?!” "Oh ayolah bibi, ini adalah hari yang cerah. Terlalu sayang jika harus menjadi mendung karena kemarahan dari bibi.. " rengek Clearesta dengan melas. Berharap mendapatkan belas kasih dari bosnya. Adeola semakin menarik telinga Clearesta. Merasa gemas dengan pegawainya yang satu ini. Selalu saja gadis itu bisa membuatnya kesal dan tersentuh secara bersamaan. "Aww.. Iya bi, iya. Ampun.. Ini sakit!" Adeola akhirnya menghela nafas, lalu melepaskan jewerannya. Ia memang selalu tak bisa marah terlalu lama pada gadis yang sudah di anggapnya sebagai anaknya itu. Clearesta mengusap telinganya yang memerah. Ia masih sedikit meringis, telinganya terasa panas. Matanya menyorot pada Adeola yang tengah mengusap keningnya. "Maaf karena aku terlambat bi, jangan marah ya, apalagi kalau sampai memecatku. Nanti aku harus bekerja di mana.. Makanku nanti bagaimana.." Adeola memutar kedua bola mata madunya bosan mendengar ucapan mellow dari pegawai kesayangannya. Kedua tangannya bergerak membalas pelukan Clearesta. "Bibi tidak marah, hanya kesal. Sampai kapan kau tidak bisa disiplin seperti ini, hm?" Adeola mengusap punggung mungil Clearesta. Ia berucap dengan nada lebih lembut. "Sampai aku dapat jodoh, mungkin." jawab Clearesta konyol. Ia melepas pelukannya, "Nah sekarang bibi harus tersenyum." ia menggerakkan telunjuknya mengangkat sudut-sudut bibir Adeola. Yang mau tak mau akhirnya Adeola mengulas senyum karena geli dengan perlakuan pegawainya tersebut. "Bibi.. Apakah pegawai tampan mu ini juga tidak kau peluk?" ucap Otadan tiba-tiba. Adeola memukul kepala Otadan dengan kemoceng yang berada di meja, "Kerjakan tugasmu!" gertaknya sembari berlalu kembali menuju keruangan pribadinya. Clearesta tertawa melihat Otadan yang meringis seraya mengusap rambut hitamnya. "Hentikan tawa jelekmu itu!" protes Otadan tak terima. Clearesta tak menanggapi gerutuan Otadan, dirinya hanya menjulurkan lidahnya, lalu berbalik menuju dapur tempatnya bekerja. ~•••••~ 'Tuk tuk tuk' Langkah kaki menggema di sebuah mansion megah yang tampak sepi. Bunyi dari sepatu high heels yang melekat pada kaki jenjang milik seorang wanita berambut gelap itu menjadi peramai mansion yang sepi itu. Langkah kakinya anggun, tenang dan tak terlalu terburu-buru. "Nona, tuan muda sedang tidak ingin di ganggu." Langkah wanita anggun itu terhenti, ia menengok seseorang yang telah mengintruksinya. Lalu berjalan menuju seorang wanita yang tengah menundukkan kepalanya. 'Tuk' Dia berhenti tepat di depan wanita itu, lalu tangan mulusnya bergerak mengangkat dagu wanita tersebut. Menatap wanita yang berstatus sebagai pelayan dengan pandangan remeh. "Siapa kau, berani sekali melarangku?!" suara lembut wanita berambut lurus itu seperti alunan kematian untuk wanita yang berada di hadapanya. "Jika kau masih ingin hidup, jangan pernah menggangguku, pelayan." ucapnya lagi, ia menghentakkan tanganya yang memegang dagu salah satu pelayan wanita di mansion megah itu.             Setelah itu, ia kembali berjalan menuju ruangan yang menjadi tujuannya, senyumnya mengembang kala ia sudah tepat berada di depan pintu jati dengan ukiran khusus itu. Ia merapikan sedikit dres mini berwarna violet yang dipakainya, lalu bergerak mengetuk pintu jati itu, dan tanpa menunggu sahutan dari dalam, ia lekas membuka pintu itu dan melangkah masuk. "Sedang bersantai, hm?" ucapnya kala ia sudah masuk dan melihat seseorang yang tengah duduk bersandar di sofa berwarna crem. "Mau apa kau kesini, Harina?" tanya pria itu, ia melirik sekilas ke arah wanita yang mengganggu waktu bersantainya. Harina tersenyum, ia melangkahkan kakinya menuju pria yang tengah asik dengan tembakau mahalnya. Berjalan memutari sofa tempat pria pria itu duduk. Mengambil tempat di belakang pria tersebut. "Mengunjungimu, tentu saja." ucapnya seraya memijat pundak pria di hadapannya. "Pergilah, aku ingin sendiri!" usir pria itu. "Oh, kau kejam sayang. Aku jauh-jauh kesini hanya untuk bertemu denganmu." Harina memeluk pria itu dari belakang. Menyesap aroma harum dari tubuh atletis milik pria tersebut. "Apa peduliku?" ucap pria itu acuh. Harina terkekeh, "Yahh, memang sulit berbicara padamu. Well aku kesini tidak hanya mengunjungimu, tapi ayahku memintamu untuk datang kerumah nanti malam." "Aku tidak bisa." "Luangkanlah waktumu sayang, aku tahu kau sangat sibuk dengan segala urusanmu. Atau ayah akan marah, dan mengadu pada kakekmu." Harina merunduk, merapatkan tubuhnya. mencium rahang pria itu dari belakang. Pria itu berdecak, "Baiklah, aku akan datang." Harina tersenyum puas, "Baguslah, sampai bertemu nanti malam." katanya sebelum meninggalkan pria yang tengah menahan kesal didadanya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
557.7K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
291.5K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.2K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook