bc

Cinta Terlarang Menantu Durhaka

book_age16+
detail_authorizedAUTHORIZED
361
FOLLOW
2.6K
READ
scandal
drama
tragedy
like
intro-logo
Blurb

Menceritakan tentang Fahri seorang pengusaha restoran Padang di Malaysia. Ia mencintai seseorang gadis bernama Anita yang tak lain adalah teman semasa sekolah dulu, tetapi sayang Anita lebih dahulu menikah dengan pria pilihannya. 8 tahun terpisah, takdir mempertemukan mereka kembali dengan Anita yang sudah berstatus janda, karena sang suami meninggal dalam kecelakaan.

Namun, rumah tangga Fahri dan Anita harus menjalani hubungan jarak jauh di karenakan usaha yang digelutinya di negeri Jiran tersebut belum bisa menampung istri tercinta.

Dalam satu tahun, Fahri hanya dua kali menemui istrinya. Sampai suatu ketika ia mengetahui bahwasanya Anita sudah selingkuh dan memperlakukan ibunya dengan buruk.

Dengan hati yang hancur, Fahri pergi meninggalkan tanah kelahirannya dengan mengajak serta ibunya. Ia bertekad tidak akan pernah kembali lagi. Sesampainya di Malaysia, seorang wanita muda secantik bidadari sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Aulia--adik dari sahabat sekaligus rekan bisnisnya. Fahri percaya sang bidadari adalah kiriman Tuhan untuk mengobati luka hatinya.

Aulia ternyata mempunyai masa lalu yang membuatnya tidak berani menjalin hubungan dengan pria manapun. Termasuk Fahri, pria tampan teman usaha kakak kandungnya itu.

Fahri tidak peduli dengan masa lalu wanita berusia 26 tahun itu. Ia berusaha meyakinkan Aulia agar bersedia menikah dengannya. Ketika rencana pernikahan itu akan dilaksanakan, sang mantan istri berusaha menghalangi.

Anita yang langsung dicerai talak tiga oleh Fahri begitu perselingkuhannya terungkap, tidak ingin melepas mantan suaminya begitu saja. Apalagi pria berondong yang sudah menghamilinya, malah sudah kabur begitu Anita meminta pertanggungjawabannya.

Setelah melalui negosiasi dengan bantuan seorang pengacara, akhirnya Fahri dan Anita resmi bercerai secara hukum. Laki-laki tampan berusia 30 tahun itu pun setuju untuk memberikan tunjangan tiap bulan kepada putra hasil perselingkuhan Anita itu. Fahri dan Aulia ikhlas membantu karena kasihan melihat putra Anita yang tidak mengenal ayah kandungnya sejak lahir.

Anita akhirnya melepas mantan suaminya yang baik hati itu, ia pun kemudian berusaha menata hidupnya kembali.

Saat usia bayinya berusia 2 bulan, Anita mencari pekerjaan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Ketika di jalan menuju tempatnya akan bekerja, ia melihat pacarnya--Andi yang sudah setahun menghilang itu sedang berjalan berpelukan dengan Rosa, sahabatnya sendiri yang dulu memperkenalkannya dengan pemuda pemuas nafsu wanita-wanita kesepian itu.

Anita mengejar kedua orang pengkhianat yang sedang memasuki sebuah penginapan itu. Sebuah batu lumayan besar yang diambilnya di parkiran penginapan, sukses hinggap dua kali di kepala Andi, hingga membuat laki-laki itu roboh tak sadarkan diri.

Dua hari koma di rumah sakit, akhirnya Andi mengembuskan napas terakhirnya tanpa sempat sadar kembali.

Anita pun kemudian harus menjalani hukuman di penjara dalam waktu yang lama, karena sudah menjadi seorang pembunuh.

Fahri dan Aulia yang sedang hamil anak pertama mereka, memutuskan untuk kembali tinggal dan membuka restoran Padang di kota kelahiran mereka, Palembang.

Merekapun hidup bahagia bersama ibunya Fahri, yang kali ini mendapatkan seorang menantu lebih cantik dan baik hati, tinggal bersama di rumah warisan ayah kandung Aulia yang besar dan megah di kota Palembang.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Part 1 Menantu Jahat Tukang Selingkuh Bangunan rumah mungil model minimalis dengan dinding bercat putih itu tampak sepi di pagi hari itu. Tidak terlihat ada aktivitas di rumah yang mempunyai taman kecil depan jendela kamar. Biasanya setiap pagi ada seorang wanita paruh baya yang selalu rutin merawat bunga-bunga mawar yang sedang bermekaran dengan beraneka ragam warna. Tanah di samping rumah pun juga tidak luput ditanaminya dengan bermacam sayur-mayur. Sangat nyaman sekali melihat semua tanaman itu tumbuh subur dan terawat. Namun, suasana sepi dan nyaman itu tidak bertahan lama. Sebuah kegaduhan terjadi di dalam rumah “Bu! Kenapa belum masak juga? Saya sudah lapar nih!” Teriakan Anita membahana di depan kamar Ranti, ibu mertuanya. “Maaf, Nak. Kepala ibu pusing sekali sejak Subuh tadi. Sepertinya darah rendah ibu kambuh lagi.” Ranti berusaha duduk dari pembaringannya dengan wajah pucat dan lemas. “Alasan! Dasar orang tua gak tahu diri! Sudah ditampung di rumah ini, masih saja malas-malasan.” Anita mengomel sembari membanting pintu kamar sang mertua. Ranti mengelus dadanya dengan hati pilu. Kedua matanya dipejamkan sesaat, untuk menghilangkan rasa pusing yang terus mendera. Berlahan ia beranjak ke meja kecil yang tidak begitu jauh dari ranjang. Diambilnya bungkus obat yang berisi beberapa butir obat. “Duh ... obatku sudah habis, padahal sakit kepala ini masih sering kambuh. Anita pasti marah-marah lagi jika aku minta uang beli obat ke dokter,” keluh wanita berusia lima puluh tahun itu. Wanita yang sudah menjadi janda ditinggal selama-lamanya oleh suaminya setahun yang lalu itu lalu meminum sisa obat terakhirnya dengan air putih dalam botol kecil yang diambil dari atas meja kecil dekat ranjangnya. “Aku akan tidur sebentar. Semoga nanti pas bangun sakit kepala ini bisa berkurang, Anita pasti akan ngamuk-ngamuk lagi kalau pekerjaan rumah belum kuselesaikan juga,” pikir Ranti sembari merebahkan tubuh kurusnya di ranjang kecilnya. “Fahri, kapan kamu akan pulang, Nak? Ibu ingin ikut kamu saja rasanya. Batin ibu sangat tersiksa tinggal bersama istrimu.” Ranti menyebut nama anaknya yang sedang mencari nafkah di negara tetangga. Airmata mengalir begitu saja di pipinya yang kurus dan pucat. *** “Bang, sudah ditransfer belum uangnya?” Anita dengan manja bicara di ponsel dengan suaminya--Fahri. Wanita dua puluh delapan tahun itu duduk di sofa yang terletak di ruangan tengah rumahnya. Kedua kakinya diletakkan di atas meja depan sofa. [Sudah barusan, Sayang. Ini aku baru saja keluar dari atm.] “Oh, sudah, ya? Sip deh! Ntar aku cek. Makasih ya suamiku, Sayang.” Anita mengeluarkan suara kecupan ke benda pipih itu sembari senyum-senyum dengan wajah yang merona bahagia. [Ok deh. Hm … ibu ada gak, Nit? Aku mau bicara sebentar dengan ibu.] “Ibu masih tidur, Bang. Tiap hari ibu kayak gitu, nanti saja bicaranya, ya? Aku segan bangunin ibu, ntar ibu marah lagi sama aku.” Anita menjawab dengan memelas tapi dengan mulut mencebik. [Ya udah kalau gitu, nanti aku telepon lagi deh. Aku udah di parkiran nih, mau balik ke restoran lagi.] “Okey deh. Miss You ... muach.” Anita memutus sambungan pembicaraan dengan suaminya. Wajah wanita cantik dan seksi itu terlihat ceria dan berseri-seri. “Asyik ... bisa malam mingguan nih ntar malam sama kesayanganku. Andi pasti senang kalau kuajak shooping dan menginap di hotel,” pikir Anita dengan wajah merona merah membayangkan kencannya dengan laki-laki yang sudah memberikan kehangatan padanya sejak enam bulan lalu. Anita tidak bisa menahan kesepiannya setelah dua tahun lamanya tinggal berjauhan dengan sang suami yang merantau ke Malaysia. Meskipun enam bulan sekali Fahri selalu pulang mengunjunginya, Namun, waktu selama dua minggu bersama dengan suaminya itu sangat kurang bagi Anita untuk memuaskan nafkah batinnya. Wanita bertubuh sintal itu tidak kuasa menolak pesona Andi, seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun yang bertubuh atletis. Mereka dikenalkan oleh Rosa, teman akrab Anita yang mempunyai hobby sama dengannya. Suka keluyuran dan berkencan dengan laki-laki muda. Suami Rosa yang sudah berusia tua dan sakit-sakitan, tidak bisa lagi memuaskan wanita yang seumuran dengan Anita tersebut. Anita dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya mencari nomor ponsel selingkuhannya. “Sudah bangun, Honey?” tanya Anita begitu sang pujaan hati menerima panggilannya setelah tiga kali ia mencoba menghubungi. [Hm ….] “Kamu udah bangun apa belum?” tanya Anita lagi begitu didengarnya hanya suara gumaman khas orang baru bangun tidur. [Ada apa?] “Ya ampun? Masih tidur, ya? Udah jam sepuluh siang ini, Sayang.” Anita bicara manja dengan suara mendesah, sama seperti suara Andi yang masih teler di kasurnya. [Aku ngantuk banget nih! Masih pengen tiduran, apalagi kalau ada kamu di sini] “Aaah … kamu bikin aku panas dingin aja nih dengarnya, Ndi. Ya udah, kembalilah tidur, biar segar tubuhnya ntar malam.” Anita menjawab nakal. [Maksudnya?] “Ntar malam kita ketemuan lagi, ya? Aku jemput ke kosmu sekitar jam tujuh.” Anita bicara sedikit berbisik. “Kamu bicara dengan Fahri kah, Anita? Ibu juga mau ngomong sebentar.” Suara ibu mertuanya yang tiba-tiba terdengar di belakangnya, membuat Anita hampir menjatuhkan ponselnya karena kaget. “Sialan! Ibu apa-apaan, sih? Nguping pembicaraan saya, ya?” Anita berdiri dari duduknya sambil menatap ibu mertuanya dengan marah. “Ibu baru saja nyampe sini kok, Nit. Kirain kamu bicara dengan Fahri. Ibu hanya ingin bicara sebentar. Sudah lama ibu tidak bicara dengannya.” Ranti menatap menantunya dengan wajah memohon. “Bang Fahri lagi sibuk! Emangnya Ibu mau bicara apa? Mau ngaduin saya gitu?” bentak Anita seraya menatap tajam sang ibu mertua. “Bukan, Nak. Ibu hanya ingin ta ....” “Halah! Pasti ingin minta uang, kan? Udah tua juga! Emangnya duit buat apa? Cepat sana! Masakin aku nasi goreng! Habis itu cuci tuh baju, udah numpuk tahu!” usir Anita sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke arah ibu mertuanya.. Ranti dengan airmata berlinang sembari menahan sakit di kepalanya, berjalan pelan menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk sang menantu. *** Ranti buru-buru keluar dari kamarnya sehabis salat Magrib. Diambilnya kunci serep rumah yang tergantung dekat lemari dapur, lalu dimasukan ke dalam dompet kecil yang sudah dikempitnya. Sebelum keluar rumah, ia berhenti sejenak di depan pintu kamar menantunya. Terdengar samar-samar suara Anita yang sedang bernyanyi dari dalam. “Aku harus duluan keluar rumah daripada Anita. Pasti sebentar lagi dia akan keluar seperti biasanya tiap malam minggu begini,” pikir Ranti. Gegas wanita paruh baya itu berjalan ke luar rumah. Malam yang baru saja menjelang membuat bayangannya kemudian lenyap di keremangan cahaya lampu teras rumah yang ditempatinya hanya berdua dengan sang menantu. Tidak lama kemudian tampak Anita keluar rumah dengan dandanan seperti gadis berusia belasan tahun yang masih lajang. Terlihat modis dengan kemeja ketat dan celana jeans biru yang menempel di tubuh seksinya. Wanita cantik itu lalu mengunci pintu rumah dari luar. Ia sudah terbiasa seperti itu. Tidak peduli apakah mertuanya ada di kamar atau tidak, karena ia memang tidak pernah pamit kemanapun akan pergi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tunangan Pengganti CEO

read
1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TAKDIR KEDUA

read
33.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook