bc

Cinta Pertama Karenina

book_age16+
1.4K
FOLLOW
18.6K
READ
family
doctor
drama
tragedy
sweet
highschool
first love
friendship
school
lonely
like
intro-logo
Blurb

Karenina Ramadhani baru saja genap berusia tiga puluh tahun. Mendadak harus menerima keputusan orang tuanya yang berniat menjodohkannya dengan Rendra Sumarmo. Seorang dokter muda yang merupakan putra tunggal sahabat Sang ayah. Hati Karen meronta. Ada satu nama yang belasan tahun ia simpan dalam hati. Agastya, cinta pertama Karen semasa SMA. Di sisa waktu yang tidak lama lagi sebelum hari lamaran itu tiba, Karen pergi. Sekuat tenaga ia mencari Agastya. Cinta pertama yang terlanjur melekat di hatinya. Akankah Karen mampu menemukan Agastya? Atau justeru berpasrah menerima pria pilihan orang tuanya ….

chap-preview
Free preview
Kebaya Warna Peach
Namanya Karenina Ramadhani. Baru satu minggu lalu genap berusia tiga puluh tahun. Kata orang itu bukan usia yang muda lagi bagi seorang perempuan. Iya, terlebih bagi perempuan yang hidup ditengah keluarga dengan budaya kedaerahan yang kental. Terlahir di tengah keluarga berdarah jawa, dan tinggal di sebuah kota kecil di jawa tengah. Ayahnya seorang pengusaha rumah makan yang meski tidak terlalu besar tapi bisa bertahan turun temurun. Dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang banyak menghabiskan waktu untuk menjahit pakaian. “Karen, sini Nduk,” Ibu memanggil dari ruang tengah rumah mereka dengan suara khasnya. “Iya Bu,” dengan cepat Karen keluar kamar sebelum panggilan itu berubah menjadi suara yang melengking. “Iya Ibu sayang, pasti mau nyuruh aku cobain baju lagi?” “Iya Nduk, tapi kali ini baju special.” Ibu memperlihatkan sebuah kebaya berwarna peach yang sebelumnya belum pernah Karen lihat. “Lho, kebaya siapa ini Bu?” tanyanya heran. “Ya buat kamulah, buat siapa lagi? Anak ibu kan cuma kamu,” “Buat aku?” Karen menunjuk hidung sendiri. “Memang mau dipakai buat acara apa Bu? Kondangan? Kok mewah banget? Aku gak mau ah kondangan pakai kebaya begini, Terlalu mewah.” “Lho siapa yang bilang buat kondangan?” “Aku, hehe,” “Ini buat acara pertemuan keluarga.” Jawaban ibu masih terdengar tidak jelas bagi Karen. “Acara keluarga?” Karen menggaruk kepala yang tidak gatal. “Sebentar deh Bu, ibu pasti kecapekan terlalu lama di depan mesin jahit. Aku ke belakang dulu ya ambil minum untuk Ibu,” Karen berlari ke dapur. Kabur sejenak sambil berpikir. “Eh, tunggu Ren,” teriak Ibu. Tanpa menghiraukan Karen terus melenggang menuju dapur. “Anak jaman sekarang, orang tua belum selesai ngomong ditinggal kabur,” dari jauh terdengar ibu menggerutu. Satu cangkir teh hangat yang tidak terlalu manis disiapkan oleh Karen untuk sang Ibu. Sambil mengaduknya ia coba mengingat ada acara penting apa di keluarga ini? Tidak ada ingatan yang muncul di otak. Kareb coba mengabsen wajah sepupunya satu-persatu. Rasanya ia belum dengar kalau dalam waktu dekat ini diantara mereka ada yang mau menggelar acara lamaran apalagi pernikahan. “Silahkan Ibu yang cantik, diminum dulu,” Karen letakkan secangkir teh diatas meja dekat mesin jahit. “Terimakasih.” Ibu menyeruputnya. “Kamu ini lho gak sopan, Ibu belum selesai ngomong main tinggal-tinggal saja,” “Hehe, jangan marah-marah lah Bu, nanti cepat tua lho. Maksud aku kan baik, buatin minum buat Ibu.” “Enak saja, Ibu belum tua. Punya cucu juga belum,” sahut ibu mencebik. Karen paling takut kalau sudah menyinggung pembahasan ini. Sudah dapat ia baca sebentar lagi Ibu akan membahas soal pernikahan. “Makannya kebaya ini bentuk ikhtiar Ibu, supaya segera punya cucu,” “Ih, apaan sih Bu? Aneh. Apa hubungannya kebaya sama cucu?” “Kamu Ingat keluarga Pak Sumarmo? Teman baik Ayahmu, ingat?” Karen coba mencari daftar nama teman dekat Ayahnya yang sering main ke rumah. Teman Ayah memang banyak. Tapi yang bisa dikatakan teman dekat bisa dihitung jari. Ia sedikit ingat tentang nama yang ibu sebutkan tadi. Seingat Karen beliau adalah sahabat dekat Ayah yang berprofesi sebagai dosen. Dahulu saat keluarga beliau sedang terkena musibah ayah sempat memberi sejumlah bantuan untuk biaya kuliah putra tunggal mereka yang sedang menempuh pendidikan jurusan kedokteran di Universitas ternama di kota Yogyakarta. Karen mendengar semua itu dari cerita ayahnya. Ayah dan Ibu selalu membangga-banggakan keluarga pak Sumarmo. Terlebih tentang putra tunggalnya itu. Ayah selalu mengatakan bahwa keluarga mereka memiliki bibit, bebet dan bobot yang tak diragukan lagi. Calon besan ideal atau mungkin, calon menantu ideal …. “Terus maksud Ibu tadi acara keluarga, acara keluarga apa Bu? Kok tiba-tiba bawa-bawa teman ayah? Teman ayah kan bukan keluarga?” Karen pura-pura bodoh. Sekarang arah pembicaraan Ibu sudah mampu terbaca olehnya. “Ya sekarang bukan keluarga, belum keluarga tepatnya, nanti bakal jadi keluarga.” Tepat dugaan Karen. “Tiga bulan lagi, tepat di tanggal satu, Ayah sama Ibu sudah mengatur acara pertemuan keluarga kita dan keluarga Pak Sumarmo. Kamu akan menikah sama Nak dokter itu,” “Hah?” Karen melongo kaget. Benar-benar kaget. Tidak menyangka kalau langkah ayah dan ibu akan secepat ini. “Tapi Bu,” ia mencoba bernegosiasi. “sudah, gak usah pakai tapi.” Ibu tidak memberi kesempatan. “Memangnya mau sampai kapan Ibu sama Ayah menunggu kamu punya calon yang serius?” Karen tertunduk lemas. Tidak ada kalimat pembelaan terangkai di kepalanya. “Dari jaman kuliah kamu kan gak pernah punya pacar. sampai lulus kuliah, kamu terus sibuk urus kerjaan kamu. Sampai kamu lupa umur. Lihat itu sepupu-sepupu kamu, yang seumuran kamu anaknya sudah satu, dua, sudah pada bisa lari sudah pada sekolah TK. Lha kamu mau sampai kapan?” ibu nerocos tanpa ampun. Tidak, Karen tidak sedih dengan kata-kata ibu. Ia sudah kebal. Saking sudah seringnya membicarakan soal jodoh. Tapi, baru kali ini ibu dan ayah diam-diam menyusun langkah cepat diluar dugaan. ‘Ini tahun berapa? Masa iya aku harus menikah dengan perjodohan? Aku tidak mengenal putra keluarga Sumarmo yang katanya seorang dokter itu. Jangankan putranya, wajah pak Sumarmo dan istrinya saja aku tidak pernah tahu.' Batin Karen. Selama ini keluarga Sumarmo selalu bertemu ayah dan ibu Karen di rumah makan milik ayah. Itupun tidak sering. Karena keluarga mereka tinggal di kota sebelah. Bukan di kota ini. “Aduh Bu, kasih aku waktu lagi deh Bu, jangan langsung jodoh-jodohin kayak gini,” “Gak bisa, pokoknya sudah deal!” ibu berkata serius. “Tapi Karen ingin menikah dengan seseorang yang Karen cintai Bu,” “Ya sudah bawa sini orangnya.” tantang ibu. “Kan sampai sekarang tidak ada. Makannya Ibu dan Ayah berinisiatif mencarikan.” “Tunggu, berarti kalau aku bisa memperkenalkan seseorang pilihanku pada Ibu dan Ayah, perjodohan batal?” “Ya tergantung,” ibu masih tidak mau kalah. “Tergantung apa Bu?” “Bi ….” “Bibit, bebet, bobot?” Karen menyela omongan ibu. “Kebiasaan kamu itu, orang ngomong belum selesai main potong aja,” “Tapi benar kan?” “Ya jelas itu wajib.” Ucap ibu. “Dan yang paling wajib nomor satu orangnya harus seiman dan soleh.” “Jadi namanya harus soleh?” ledek Karen . “Kamu itu bercanda aja. Dah cepat coba pakai kebaya ini. Nanti kalau sudah pas tinggal ibu bawa ke tukang payet. Ibu gak bisa pasang payet.” Ibu menyerahkan kembali kebaya itu pada Karen. Tak ingin mengecewakan, Karen membawa kebaya itu ke kamar. Pas sekali. Ibu memang paling jago membuat baju. Sampai-sampai setiap lebaran keluarga ini tidak pernah beli baju baru. Semua hasil jahitan ibu. Karen memperhatikan bayangan diri di cermin. Sesaat ia memutar tubuh ke kanan dan kiri. “Cantik,” pujinya pada diri sendiri. Ibu begitu serius membuat kebaya ini untuknya. Ini tidak main-main. Benarkah Karen harus menerima lamaran keluarga Sumarmo? Apa berakhir begini saja perjalanan cintanya? Menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah ia kenal. Bahkan belum pernah ia lihat wujudnya …. untuk para pembaca sekalian, ini adalah kisah tentang cinta pertama. Semua pasti pernah punya cinta pertama kan? yuk baca kisahnya ....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.0K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Noda Masa Lalu

read
184.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

T E A R S

read
312.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook