15 keadaan kota

2032 Words
Di sebuah hutan, terdapat goa yang terlihat mengeluarkan aura yang sangat kuat, di sana terlihat sldus orang pria yang bertubuh besar dan satu bertubuh kurus, pakaian mereka terlihat aneh dan terkesan nyentrik. Mereka berdiri memandang goa itu dengan tatapan tak yakin. "Apa ini tempat yang dia maksud?" Tanya pria bertubuh kurus. Dia terlihat malas dan tidak bersemangat di sana. "Hem...." "Oh ayolah, jangan seperti orang yang tidak punya mulut, kau hanya membuat suasans menjadi tidak nyaman!" "Hem...." "Ck!" Pria itu melirik ke arah pria besar dengan tatapan tak suka, lalu setelahnya dia melenggang masuk untuk menyusuri goa dengan aura energi yang melimpah di dalam. Pertama kali dia menginjakkan kaki di bibir goa, suasana tidak mendukung langsung terjadi, terlihat dari beberapa goblin yang menghadang mereka. Pria kurus itu berdecak untuk sesaat. Lalu setelahnya dia menatap sekumpulan goblin tak berguna. "Kalian keroco kecil, menyingkirlah, aku sedang dalam sasana hati tak enak!" Pria kurus mengangkat tangannya lalu bola api muncul di sana. Awalnya hanya kecil, tapi semakin lama ukuran bola api semakin membesar dan terus membesar. Dengan santai, pria kurus mengarahkan bola api itu pada sekumpulan goblin di sana. "Enyahlah!" BOOOMM!!! Sebuah ledakan langsung terjadi, menimbulkan gelombang kejut yang membuat udara meledak di sana. Kekuatan yang luar biasa untuk seukuran orang yang terlihat kurus dan tak bertenaga itu. Setelah ledakan mereda, sekumpulan goblin sudah terbakar menjadi abu, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu beranjak meneruskan perjalannya. "Benar-benar bodoh! Entah apa yang dia pikirkan! Memasangkan aku dengan pria t***l ini!" Dia melirik kecil. Menatap sosok yang dia maksud. Pria bertubuh besar yang tidak memiliki suara di sana. "Terserahlah!" Tak ingin memperpanjang masalah, prianitu terus berjalan meninggalkan pria bertubuh besar tadi. ==== "Ah....!!! Aku kenyang!" Abigail yang baru saja selesai makan langsung menyandarkan punggungnya di Sandara sofa, matanya langsung menatap langit-langit restoran dengan tatapan kenyang dan penuh nikmat. Ini adalah kali pertama setelah sekian lama dia bisa merasakan makan nikmat. Setelah terjebak perjalanan yang cukup panjang dan melintasi hutan rindang, dia bisa berakhir dengan memuaskan rasa dahaganya dengan makan makanan yang nikmat. "Sudah lama aku tidak makan makanan seperti ini." "Yah ... Ini lumayan." Ucap Osman yang masih duduk dengan santai di sebrang kursinya. Sedangkan Sonya dan juga Grimu ada di sisi kanan kirinya. "Habiskan lah, kita akan pergi setelah ini." "Ah, aku masih kenyang tuan. Tunggu beberapa saat lagi." Abigail mengangguk, lalu dia melihat makan yang kini hanya tinggal sisa sedikit saja. Setelah ini, sepertinya dia akan sedikit menahan diri untuk menikmati suasana seperti sekarang, karena bagaimanapun juga dia memiliki pekerjaan yang akan memakan banyak waktunya. "Hey, Sonya.... Apa yang akan kamu lakukan setelah ini." Abigail melirik ke arah Sonya yang terlihat tak menikmati suasana ini. Dia hanya memainkan makanannya di sana. "Tidak ada...." "Baguslah, jika seperti itu, aku ada sedikit pekerjaan untukmu besok." "Yah, apapun itu terserah padamu." Abigail memang akan memerintahkan Grimu dan juga Sonya untuk melakukan pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh mereka. Sedangkan Abigail dan Osman akan memeriksa tempat lain, yang memiliki kemungkinan terdapat stone yang memang sedang di cari Abigail. "Baguslah, kita akan kembali ke penginapan setelah ini. Kalian sudah makan banyak, jadi mari bekerja besok." "Apakah kita akan pergi juga?" Tanya Osman di sana. "Tentu saja, kamu pikir kita akan bersantai?" "Haha, tidak. Tidak, aku berpikir untuk bisa bersenang-senang. Seperti terakhir kalinkita bermain." "Aku pastikan kita akan bermain-main setelah ini." Abigail mengambil gelasnya, lalu menggunakan minumannya. "Karena ada begitu banyak pekerjaan yang akan kita selesaikan!" Malam kian larut. Dan kami memutuskan untuk kembali ke dalam penginapan, mereka yang terlalu banyak minum bir tentu akan mabuk, tapi aku masih bisa mengendalikan diri. Jadi biarkan malam ini berlalu sebagaimana mestinya. === Keesokan harinya. Ketika Aku bangun, Aku menoleh ketika aku merasakan lantai yang keras di punggungku dan tempat yang tak nyaman, di sisi lain aku harus adat saat aku mengingat kejadian semalam. Di mana aku berakhir tidur di dalam kantong tidur yang sempit. " … Oh ya." Melihat ke sisi kiri. Aku melihat sosok Sonya tidur nyenyak di tempat tidur, aku tersenyum pahit pada diriku sendiri saat mengingat kejadian konyol yang kita lakukan semalam. Kami berselisih pendapat tentang siapa yang akan tidur di tempat tidur tadi malam ketika tiba waktunya untuk tidur. Sonya yang pada dasarnya memiliki sikap keras kepala dan terlalu mengatur. Di tambah kondisinya yang setengah mabuk, membuat dia tidak bisa mengendalikan diri dan bertingkah seperti anak kecil. Secara alami, Sonya menawarkan untuk tidur di lantai agar kami tidak sekamar, sementara itu aku juga bersikeras untuk tidur di lantai karena bagi ku tidak etis membiarkan gadis tidur . Kami mencapai kesimpulan yang tidak berarti di sepanjang malam 'Mari kita berdua tidur di lantai kalau begitu.' Keputusan ini diambil setelah satu jam perdebatan kamu terjadi, jadi pada akhirnya, Aku memutuskan untuk melakukan permainan kecil untuk memutuskan siapa yang akan mendapatkan tempat tidur. namun yang terjadi setelahnya Sonya lah yang menang dengan gunting-kertas-batu dan tidur di lantai. "Sungguh pertengkaran yang sia-sia." Aku sudah terbiasa berkemah jadi tidur di kantong tidur bukan masalah besar bagi ku. Sekarang aku memikirkannya, itu tidak akan menjadi masalah jika aku tidur di tempat tidur juga. “Yah, tidak ada gunanya memikirkan masa lalu. Kurasa aku akan mencari Osman agar menyiapkan sarapan.” Ibukota adalah tempat yang ramai dan suasana pagi adalah suasana yang sangat sangatlah tidak nyaman, aku sendiri sangat benci dengan kebisingan suasana di pagi ini, hanya saja aku tidak bisa berkata-kata. Jadi biarkan saja mereka. Dan mari cari Osman. Tapi sebelum itu, aku merasa haus, jadi aku berpikir untuk mengambil kendi yang disediakan di meja kamar. Tak lama setelahnya aku menenggak dan sedikit terkejut. “Uaaa, hangat?” Air yang disimpan dalam kendi air tidak mendingin pada malam hari dan malah menjadi hangat. Seperinya karena efek musim panas yang melanda ibukota, membuat udara bahkan di malam hari terasa tidak nyaman. Suasana bising, udara panas! Ini benar-benar menyiksa, lebih mantan tinggal di desa dengan rimbun pohon yang rindang. "Huh. Aku sudah tidak sabar untuk pindah." Aku segera bergeser untuk keluar tapi sebelum itu aku akan pergi ke kamar mandi, melihat kondisi pagi, aku bisa memastikan njika siang hari akan menjadi hari yang menyiksa. “Ah~ Ini akan menjadi cara hidup Zoltan untuk bermalas-malasan di rumah selama hari-hari seperti ini.” Namun, mencuci muka dengan air hangat seperti itu tidak akan menyegarkan keadaan. Aku pikir aku akan meminta Osman untuk menyiapkan air dari sumur untukku. Itu lebih baik dari pada air keran yang ada di dalam kamar mandi. Setelah melakukan Perdebatan kecil dengan diriku sendiri. Aku memutuskan untuk keluar dan masuk ke dalam kamar Osman dan juga Grimu. Begitu aku masuk aku tidak melihat keberadaan Grimu. Hanya saja Osman masih ada di atas tempat tidur dengan kondisi yang tidak layak. Dia tidur tanpa menggunakan baju dan memperlihatkan tubuh besar penuh luka di sana. "Hey Paman gorila Bagun! Kamu mau tidur sampai jam.berapa huh?" Paman Osman sama sekali tidak menghiraukan panggilan ku. Dia bahkan masih menikmati tidur yang mana membuatku sedikit jengah. Aku berjalan mendekatinya, lalu setelahnya aku naik ke atas tempat tidur dan menduduki tubuhnya. "Paman gorila bangun!" Aku memanggilnya dengan sebutan paman gorila karena dia terlihat mirip dengan gorila yang memiliki tubuh besar. Jadi wajar saja, dia adalah orang yang akan aku andalkan di masa depan. Dan karena hari sudah beranjak siang, aku berinisiatif membangunkan dia dengan serangan kejut. Caranya sederhana, aku akan menggunakan sengatan listrik untuk mengejutkan dia agar dia segera bangun. Dengan sedikit mantra, aku memanggil sihir api di jari telunjuk ku dan setelanya, aku segera mengejutkan dirinya dari bagian tengkuk, yang seketika itu juga membuat dirinya terbangun. "Tuan, apa yang tuan lakukan." "Paman ini! Aku sudah mencoba membangunkan mu sejak tadi, tapi kamu masih saja sulit dibangunkan!" Osman yang baru saja sadar dari keterkejutannya langsung beranjak dan duduk di tempat tidur. "Maaf tuan. Aku terlalu banyak minum semalam hingga membuatku merasa pusing." "Tidak ada alasan, bangunlah, aku sudah lelah menunggu, ambilkan aku air karena aku ingin mandi, air di kamar mandi penginapan sangat panas dan tidak cocok dengan udara pagi ini!" "Tuan.... bukankah masalah seperti itu bisa di atasi oleh oelayan penginapan?" "Tidak, aku ingin kamu yang mengurus semuanya." "Baiklah baiklah, tunggu sebentar lagi." "Jangan terlalu lama!" Aku segera berdiri dan keluar dari kamar, berjalan dan berpikir kemana aku akan pergi sembari menunggu paman Osman menyiapkan air untukku. Pada dasarnya di Zoltan, air dari derit digunakan untuk keperluan rumah tangga. Air yang diambil dari sumur digunakan untuk minum. Selain itu, minuman beralkohol seperti anggur encer atau ale juga populer sebagai pengganti air minum, walaupun minuman beralkohol ini tidak dikonsumsi oleh anak-anak seperti ku, itulah kenapa tadi malam mereka benar-benar mabuk untuk kali pertama saat bersamaku "Huff … segalanya akan jauh berbeda jika Perlindungan Ilahi tidak buta mata dan menyejahterakan kita ini …" Aku menempatkan kendi air di area gelap di dapur. Dalam panas seperti itu, menempatkan mereka di bawah sinar matahari langsung akan mengubahnya menjadi air panas dalam sekejap mata. Mungkin bahkan mungkin untuk merebus telur. “Telur ya, mungkin bacon dan telur dadar? Salad selada dan sup kentang. Oh benar, Aku tidak membeli roti kemarin. Mungkin aku akan meminta Osman untuk membuatkan ku krep menggunakan tepung yang dibungkus salad dan telur dadar di dalamnya.” Sepertinya itu akan menjadi sarapan yang nikmat untuk pagi ini. Sebenarnya bisa saja aku membeli makanan untuk sarapan. Tapi rasanya itu akan menjadi pemboros setelah menghabiskan uang untuk tadi malam. Jadi aku akan membatasi pengeluaran kali ini. Dan paman Osman akan menjadi penanggung jawab dalam urusan makanan. Dia bisa diandalkan dalam bidang itu. Karena aku sudah memutuskan apa yang harus dibuat, yang tersisa untuk dilakukan hanyalah menunggu paman mengambilkan air untukku mandi, setelahnya meminta tolong untuk dibuatkan dalam waktu yang singkat. Nikmatnya sarapan di saat perut kosong tiba-tiba saja muncul di benakku dan hal itu membuatku tidak sabar. Sepertinya meskipun ini adalah pagi pertama sejak kami datang ke kota, aku sudah terbiasa dengan gaya hidup ini. Tentu saja, karena dulu aku pernah tinggal ditempat ini. “Pagi~” "Oh, kamu sudah bangun, pagi." Aku baru saja akan bersiap mencari Osman ketika Sonya menyapaku. Dia melihat wajahku dan menyeringai sebelum menuju ke kamar kecil untuk mencuci mukanya. “Ah, ada air dingin di dapur, kamu bisa mengambilnya.” “Tidak apa-apa~” Aku mendengar nyanyian mantra dari kamar kecil. Aku tidak berpikir bahwa dia benar-benar akan repot-repot menggunakan sihir untuk mendinginkan air. “Tentu nyaman.” Memikirkan masalah yang harus Aku lalui untuk mengambil air dari sumur di pagi hari, Aku benar-benar iri pada mereka yang memiliki Perlindungan Ilahi yang dapat menggunakan sihir. Aku meletakkan makanan di atas meja selama waktu itu. “Ooh~ terlihat bagus~” Sonya telah kembali dari kamar kecil. Meskipun mencuci wajahnya, Sonya masih duduk dengan grogi di kursi. Dia meregangkan kalimatnya dan piyamanya juga tidak terawat dengan memperlihatkan bahunya. "Apakah kamu tidak cukup tidur malam tadi?" “Tidak, itu karena tempat tidur yang berbeda jadi aku kesulitan tidur.” "Aku tidak tahu kamu begitu lembut." Aku sengaja menggodanya dan memberikan sarapan untuknya. Membiarkan yang lain menyusul nanti. "Hm, terima kasih untuk makanannya." Sonya mulai menyantap sarapannya dengan nikmat tanpa menjawab pertanyaanku. Meskipun mengatakan dia sulit tidur, dia masih terlihat puas. Sepertinya dia tidak bisa tidur nyenyak di tempat tidurku. Aku tersenyum kecut dan mengambil sendok. Pagi musim panas yang malas di Zoltan berlalu perlahan saat kami mengobrol ringan. Dia menuangkan air dingin dengan irisan lemon mengambang di dalamnya dalam cangkir dan meneguknya. "Lezat." Tanpa sadar aku tersenyum tipis saat mendengar komentar puasnya di tengah tangisan jangkrik. Setelah selesai makan dan membersihkan piring, kami minum teh dingin sambil mendiskusikan rencana hari ini. “Haruskah kita mengeringkan isi kotak barangmu seperti yang disebutkan kemarin?” “Ah, kita harus melakukan hal yang penting dulu, aku bisa melakukannya kapan saja.” "Begitu, kalau begitu, itu untuk mendapatkan tempat tidur dan barang-barang pentingmu kan?" "Tidak tidak, tempat tidurku tidak muat di kamar itu." ”… Jadi kamu sudah tidur di ranjang yang indah, tidak heran kamu sulit tidur.” “Itu bukan alasan kenapa aku tidak bisa tidur tapi bagaimanapun juga, aku berencana untuk membeli tempat tidur baru. Tapi Aku berencana untuk mengambil lukisan atau dekorasi yang bisa ditempatkan di toko dari rumahku.” “Lukisan?” “Jangan meremehkan kekuatan karya seni ya? Menempatkan karya seni yang tepat pasti akan meningkatkan penjualan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD