beruang hitam

2893 Words
Beginning after end 12 Malam mulai datang, perapian sudah di nyalakan, tenda kecil sudah di takut dan Abigail bisa segera beristirahat. Tinghal menunggu makan malam siap dan dia bisa beristirahat dengan tenang setelahnya. Abigail masih duduk di tepi perapian dengan tangan memainkan sebuah ranting. Dia memikirkan sebuah teknik dasar yang mampu merubah tenaga dalam menjadi sebuah kekuatan. Bahkan sebatang ranting lemah bisa menjadi pedang yang sangat tajam jika dialiri dengan Manna yang sangat kuat, hanya saja, melakukan teknik itu tidak semudah yang dia pikirkan. Dulu. Dia pernah belajar dasar teknik dari pendekar pedang yang memiliki reputasi luar biasa di masa depan. Hanya saja untuk mencapai titik perubahan bentuk Manna, dia membutuhkan otot yang kuat dan peningkatan daya tahan tubuh yang semakin pesat. Otot lengan, dan otot perut jelas sangat berpengaruh untuk mengeluarkan teknik ini. Dan untuk melatih semua itu. Dia benar-benar butuh waktu yang tidak sebentar. "Hey, mau sampai kapan kalian diam saja di sana!" Abigail menoleh tepat saat suara Osman. Pria besar yang sehat tadi hanya marah-marah karena emosi dengan tingkah dua orang anggota baru mereka. Abigail menggeleng pelan, tak menyangka jika dia akan bertindak gegabah seperti itu. Bahkan mengikat mereka dengan segel sumpah setia, sungguh dia tak habis pikir dengan semua ini. Hanya saja, setelah dipikir baik-baik sepertinya dia memiliki keuntungan dengan semua ini. Contohnya saja, dia bisa mendapat dua pengikut dengan kekuatan yang hebat, perkembangan jiwa mereka sudah di tahap tiga, di mana mereka sudah bisa mengendalikan kekuatan sihir tanpa perlu merapal mantra untuk mengaktifkan skill. Mereka juga sudah memiliki beberapa dasar pondasi dalam dirinya dan bisa mengembangkan ranah jiwa mereka ke tahap yang lebih tinggi lagi. Hanya saja mereka sepertinya tidak mengerti bagaimana teknik memurnikan energi yang mereka serap dengan asal dari stone itu. "Hey, ayolah. Apa kalian tidak malu dengan seorang anak kecil yang menyiapkan makan malam untuk kalian. Kenapa tidak membantu sedikit saja, apakah begitu mahal tenaga kalian sehingga enggan untuk membantu kamu, heh!" Abigail tak ingin memberi perintah ataupun menengahi masalah mereka, setidaknya mereka sudah bisa berpikir dengan jelas apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Berkhianat dan tersiksa, atau setia dan mendapat kekuatan. Dia hanya tinggal menunggu waktu di mana mereka datang untuk meminta kekuatan dan dengan balasan kesetiaan yang akan Abigail dapatkan. Setelah itu. Dia akan memiliki beberapa orang yang bisa dia kendalikan dengan tangannya. Grimu mendengkus pelan lalu beranjak dari tempatnya. Dia melirik kearah Abigail sejenak sebelum melangkah kearah Osman. "Minggir lah! Biar aku yang urus makan malam ini!" "Eh, apa maksudmu?" "Kau bilang suruh menantu, kenapa masih saja dipersulit!" "Tidak, tidak, tidak. Lebih baik kau bantu urusan yang lain. Untuk urusan memasak biar aku saja. Aku tidak ingin mau meracuni kami nantinya. "Apa kau bodoh?" Desis Grimu dengan tatapan tajam. "Bagaimana aku meracuni kalian saat semua barang sudah di ambil alih oleh anak itu." "Anak itu punya nama, dan dia tuhanmu sekarang." Osman menatap tatapan pria itu. "Belajarlah sopan dari sekarang!" Desisnya pelan. "Terserah kau saja!" Grimu berlalu, berdebat dengan Osman tentu saja hanya membuat dirinya lelah saja. Lebih baik dia membantu pekerjaan yang lain. Abigail meringis kecil. Sepertinya ini bukan sebuah tim yang baik, lihat saja bagaimana mereka berkelahi hanya dengan masalah kecil seperti ini. Menghela napas pelan. Abgialai membuka ruang penyimpanannya dan mengeluarkan dua buah stone yang dia dapat dari dalam goa tadi. Stone atribut angin dan stone atribut cahaya. Dia masih bingung siapa yang akan cocok menggunakan kekuatan stone ini. Atribut Angin Mungin saja akan cocok untuk Osman, hanya saja untuk cahaya ... di antara mereka semua tidak ada yang cocok dengan atribut ini. Hanya saja, bagaimana jika atribut cahaya dikombinasikan dengan atribut kegelapan milik Sonya, tunggu, jika dia mampu menyerap dan mengendalikan dua atribut berlawanan ini, maka Sonya akan memiliki kekuatan penghancur yang luar biasa. Cahaya adalah lawan dari kegelapan. Di mana dua atribut itu akan bertabrakan. Hanya saja dia tidak yakin apa yang akan terjadi jika Sonya tidak mampu mengendalikan kekuatan itu. Selayaknya hukum alam, jika melawan apa yang sudah ditakdirkan tidak bisa bersama, maka akan ada satu sisi yang menyerang sisi yang lain. Tubuh Sonya akan hancur jika dia tidak mampu mengendalikan kekuatan itu. Dan hal itu benar-benar bisa menyebabkan kematian. Tidak, ingin sekarang dia tidak akan mengambil resiko sebesar itu. Lebih baik mencari jalan aman dari pada harus kehilangan anggota barunya. Abigail menghela napas pelan. Di tatapnya Osman yang tengah memasak di sana. "Osman! Kemarilah!" Merasa dipanggil Osman segera menoleh. Menatap Abigail yang tengah duduk di dekat perapian itu. "Sebentar tuan!" "Tinggalkan saja itu. Serahkan pada Grimu, aku ada sesuatu untuk mu!" Osman terdiam sebentar, sebelum menatap Grimu yang tengah sibuk dengan kayu bakar di sana. "Kau dengar itu! Jika bukan karena tuan aku tidak akan membiarkan mu menyentuh makanan ini!" Dia berdecih sebentar sebelum berlalu meninggalkan kalinya dan menyerahkannya pada Grimu. Osman berjalan mendekat lalu duduk tepat di sebelah Abigail sebelum menerima batu kecil yang dilemparkan begitu saja kearahnya. "Itu untukmu, serap dan coba pelajari kekuatan dalam batu itu." "Ma-maksud, tuan?" "Lakukan saja, lakukan seperti apa yang Frey lakukan di ruang latihan, aku ingin melihat apakah atribut itu cocok dengan tubuh besarmu itu." Ucap Abigail, sebenarnya atribut yang cocok untuk Osman adalah atribut tanah dan pembentukan kekuatan dalam dirinya. Lalu beberapa pasukan Golem tanah yang bisa dikendalikan dengan mudah. Hanya saja Abigail ingin Osman meningkatkan skill kecepatannya, sepeti yang sudah dia katakan sebelumnya, kekuatan besar tanpa diimbangi dengan kecepatan sama saja bohong. Dia terkesan kuat tapi tak akan bisa bertahan saat berhadapan dengan orang yang memfokuskan kekuatannya pada kecepatan. Semua harus benar-benar imbang. "Tapi, apa ini tidak berlebihan tuan?" "Jangan banyak bertanya. Lakukan saja!" "Ba-baik tuan!" Osman berlalu, meninggalkan raut tak percaya di wajah Sonya yang melihat bagaimana mudahnya anak itu memberikan stone pada bawahannya. Tidak sadarkah dia betapa kuatnya inti kekuatan di dalam stone itu. "Dan untuk kau Sonya!" Abigail menoleh menatap wanita yang baru saja terkejut itu. "Lebih baik kau untuk berlatih dengan Osman. Coba murnikan energi yang ada di dalam tubuhmu, agar kau bisa leluasa mengendalikan kekuatannya." "Huh! Memangnya siapa kau! Berani memerintahku." "Aku hanya memberimu saran. Jika kau berminat maka aku akan membantumu, tapi jika kau enggan. Maka akan aku pastikan nyawamu hanya tinggal menghitung bulan saja. Karena kekuatan dalam dirimu masih sangat kasar dan bisa merusak setiap sel dalam tubuhmu, menghambat per dara darah dan membuat kau sering mati rasa setelahnya." "Energi stone yang tidak segera dimurnikan, hanyalah akan menjadi senjata Boomerang yang akan menyerang balik pemilik serangan itu, jika kau ceroboh sedikit saja, maka tidak akan ada kesempatan kedua yang akan kau dapatkan." Abigail masih merasa muak dengan sifat angkuh dari wanita itu, padahal dia hanya ingin memberikan cara agar wanita itu bisa mengembangkan kekuatannya. "Bukan hanya untuk mencegah kematianmu, tapi kau juga bisa mengembangkan kekuatanmu yang hanya sebatas sihir rendah itu, kau akan mendapat kekuatan yang sesungguhnya jika kau bisa memurnikan inti stone yang ada di dalam tubuhmu." Abigail berdiri, lalu dengan ranting yang ada di tangannya tadi, dia mencoba untuk mengalir ranting itu dengan manna sebelum melempar kearah sisi kiri Sonya, hingga mengenai batang kayu yang ada di belakang tubuhnya. Benda kecil itu membuat batang kayu hampir terb lah dua karena kekuatan yang luar biasa itu. "Kekuatan seperti itu akan sangat mudah kau gunakan setelah kau memurnikan energi dalam dirimu." Lalu setelahnya dia berlaki meninggalkan Sonya yang masih terdiam di tempat dengan tatapan kosong. Abigail menghentikan langkahnya dia menoleh kesamping dan menatap Sonya dari ekor matanya. "Dan lagi, setelah kau menguasai inti stone yang ada di dalam tubuhmu itu, aku akan memberimu kekuatan yang lebih hebat lagi." Dia mengangkat tangannya. "Baru stone ini akan menjadi milikmu!" Dan setelahnya Abigail benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan Sonya yang masih terdiam di tempat dengan tatapan kosong. Kekuatan. Kenapa anak itu seolah dengan mudah memberikan kekuatan kepada semua orang, apa sebenarnya yang dia rencanakan. Malam kian larut dan Osman masih berusaha menyerap semua energi dari stone itu, dia terlihat gigih dan tidak mengalami sedikitpun kesulitan, sepertinya pria itu benar-benar menginginkan sebuah kekuatan. Sedangkan Frey, Grimu dan Sonya, mereka lebih memilih beristirahat, terlebih Frey, anak itu terlihat sangat kelelahan hingga menghabiskan banyak waktu untuk beristirahat. Abigail, lebih memilih mengawasi Osman, dia tidak ingin jika sampai pria itu mengalami kesulitan ataupun masalah saat menghadapi ledakan energi dalam tubuhnya. Seperti Frey, dia harus mengawasi setiap orang untuk mendapatkan kekuatannya. Sembari menunggu, Abigail tentu saja menggunakan waktu itu untuk mencoba memurnikan kekuatan yang baru saja dia dapat siang tadi. Sayangnya, kegiatannya harus terhenti saat dia merasakan aura membunuh dari dalam hutan, langkah kami dan aura itu seolah berjalan mendekat. Abigail menajamkan Indra pendengarnya, dan memperkuat rangsangan untuk memperhatikan sampai mana sosok itu akan mengawasi mereka. Beberapa saat berlalu, aura keberadaan itu sangat jelas terasa keberadaanya semakin dekat dan terus mendekat. Abigail menghentikan pelatihannya, lalu menoleh kearah Frey yang masih tertidur pulas, hanya Sonya saja yang terbangun karena mungkin dia juga merasakan hawa keberadaan itu. "Apa itu?" Abigail menggeleng pelan, dia mengeluarkan pedangnya dan menggenggam erat, bersiap jika ada ada serangan dadakan. "Sepertinya tempat ini tak lagi aman untuk kita." "Aku akan memeriksanya, kau tetap di sini dan lindungi yang lain." "Kau bercanda!" "Tenang saja, aku akan memasang barel pelindung agar hawa keberadaan kalian tidak terdeteksi oleh mereka." "Terserah kau saja." Sonya mendengkus pelan tak urung mengikuti ucapan dari Abigail, dia bersiaga dan menjaga dua orang yang tengah memulihkan diri, dan pria besar yang tengah melatih tenaga dalamnya. Sepertinya akan merepotkan jika dia harus menjaga mereka secara bersamaan. Abigail memasang barel pelindung untuk menghilangkan jejak keberadaan kelompok itu, lalu pergi untuk memeriksa keadaan, sepertinya dia harus menarik perhatian sosok itu agar menjauh dari rekan-rekannya. Terutama Frey yang memang tengah memulihkan diri. Kakinya melangkah mendekati hawa keberadaan itu dan setelah melewati beberapa semak, dia bisa melihat dua ekor beruang hitam yang memiliki ukuran sangat besar, mereka mengendus dan mencoba mencari keberadaan tempat peristirahatan kelompok Abigail. Makhluk buas yang nakal, mereka pikir akan bisa dengan mudah menembus dan melukai teman-temannya? Sebelum itu terjadi, sebaiknya pertimbangkan hal itu terlebih dahulu. Dia tersenyum sepertinya dirinya akan mendapatkan beberapa kristal inti yang akan dia gunakan untuk membeli beberapa item di tepat ruang pengawas. Bertambah orang dalam kelompoknya maka akan bertambah juta konsumsi yang akan mereka butuhkan. Jadi untuk mengantisipasi hal itu dan mencegah terjadi kekacauan di perjalanan menuju suku Ford nanti, dia akan melakukan yang terbaik yang dia bisa. Abigail mengawasi sekitarnya terlebih dahulu, mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi jika dia langsung menghadapi dua hewan ini, belum lagi atribut elemen kegelapan yang hewan itu miliki benar-benar merepotkan. Dia harus pintar-pintar untuk mengatur rencana, lalu dengan sangat berhati-hati saat beruang itu kebingungan, dia segera membuat jebakan di segala tempat yang bisa dijangkau oleh beruang hitam itu, lalu menggunakan skill petirnya, dia membuat kilatan dan pergerakan yang sangat cepat kearah beruang hitam, tujuannya tentu saja untuk memancing mereka mengikuti arah tujuannya. Jebakan yang sengaja dia siapkan. Abigail tersenyum saat satu beruang hitam mengikuti dirinya ke dalam jebakan yang sudah dia sediakan, lalu dengan kecepatan yang dia miliki, Abigail terus berlari secepat yang dia bisa untuk menarik dan memancing beruang itu agar mengikuti dirinya. Hingga sampai tempat di jebakan yang dia buat, Abigail sengaja menunggu dan berhenti di sana. Tak lama setelahnya dia berhasil, beruang tak sadar jika ada sebuah lubang yang sudah Abigail siapkan, bahkan dengan sangat gampangnya beruang itu terjebak di sana. Lubang yang cukup dalam sudah dipersiapkan oleh Abigail, dia tersenyum setelahnya, lalu mengaktifkan skill lighting Strom ke arah lubang itu hingga membuat sebuah bola petir dengan kekuatan yang luar biasa menyerang kearah lubang itu. dia tersenyum, satu selesai dan tinggal satu lagi, urusan hutang dan segala isinya, Abigail sudah terbiasa bahkan sebelum dirinya kembali ke tempat ini. Yah ini adalah hutan di mana dirinya pernah belajar bertahan hidup di masa depan, tepat saat dirinya harus melarikan diri karena kejaran para musuh. Dibiarkan begitu saja beruang besar itu dan Abigail memilih untuk mendatangi beruang yang satunya lagi. Jika dua monster besar ini tak segera dia bereskan, maka akan ada serangan balasan dari beruang hitam setelah sadar pasangannya telah dia bunuh. Dia berlari dengan cepat menyalurkan mana dan atribut petir di kakinya, membuat pergerakannya sangat cepat dan terkendali. Lalu dengan tenaga yang tersisa, dia memfokuskan kekuatannya pada pedang miliknya hingga terselimuti aura di sekujur mata pedang itu. Beruang hitam menyadari kedatangan Abigail, lalu melompat mundur untuk menghindari serangan dari lawannya. Dia bersiaga, dengan mata tajam beruang hitam memperhatikan Abigail dengan seksama. Sedangkan Abigail hanya menyeringai, sesuai tebakannya, beruang hitam bukanlah lawan yang mudah, apalagi kali ini adalah penantang yang memiliki kekuatan lebih besar dari yang tadi. Dia berlari menerjang, dengan segenap kemampuannya dia berusaha menyerang beruang hitam itu, sayangnya kecepatan Abigail seolah terpatahkan dengan kulit dan bulu yang tebal milik beruang hitam, membuat dirinya tak bisa berbuat banyak. Padahal pedangnya sudah dilapisi aura Manna dari kekuatannya. Hanya saja itu semua seolah belum cukup. Tak sampai di sana, Abigail mulai menambah kekuatannya, lalu menyerang dengan menebas, lalu di tepis oleh beruang hitam, dan saat itu adalah kesempatan yang bagus untuk dirinya, dia menunduk, lalu memberikan tendangan di bagian perut, menjadikan perut beruang itu sebagai pijakan, dan lalu melompat tinggi ke atas. Setelah itu menebas pedangnya lagi, kali ini berhasil, pedang yang dilapisi mana itu berhasil menembus kulit beruang walau hanya sedikit. Masih cukup banyak serangan lagi yang dia perlukan untuk membuat beruang itu ambruk, tidak hanya sekali dia kali, dia akan terus mencari kesempatan agar bisa mengalahkan beruang itu dengan tangannya. Menjadikan serangan ini sebagai latihan untuk melatih diri, agar dirinya semakin berkembang. "Lighting strike!" Abigail melompat, lalu memberikan serangan panah petir para beruang itu hingga mengaum kuat dan menjerit menandakan serangan itu berhasil mengenai dirinya secara langsung. Tidak sampai di sana, Abigail memberi satu tusukan pedang yang dialiri mana dengan kekuatan penuh di sana lalu menusuk bagian d**a beruang itu hingga membuatnya terjengkang ke belakang. Abigail melompat mundur, dia masih berharap cemas saat melihat beruang hitam berusaha untuk bangkit, hanya saja kekuatannya tenaga beruang seolah habis dan dia tak memiliki kesempatan lagi. Dia kalah dan mati setelah luka tusuk di dadanya terus mengeluarkan darah dan membuat dirinya tak berdaya daya. Abigail merasa puas dengan kemampuannya, sedikit demi sedikit kemampuan dirinya akan terus berkembang, tidak ada kata malas untuk mengasah kemampuan ini. Dia menyimpan kembali pedangnya, lalu berjalan menghampiri beruang hitam itu dan mengangkatnya, menyeret dan membawanya pulang ke tempat peristirahatannya. Tubuh kecil menyeret beruang yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar, terlihat sangat lucu dan aneh, tubuh kecilnya tertutup bulu lebat dari beruang, hingga saat dirinya sampai di tempat peristirahatan rekan kelompoknya, mereka langsung terkejut dan hampir melompat, terutama Grimu yang tengah duduk di perapian, Sonya langsung mengangkat tongkat sihirnya dan mengarahkan ke arah beruang itu, sedang Osman dan Frey tak terlihat keberadaanya. "Hey, hey! Apa yang kalian lakukan! Ini aku!" Ucap Abigail saat melihat Sonya mulai mengeluarkan sihir hitam dan kabut bayangan. Mendengar suara Abigail, Sonya langsung mengerut kening dan membatalkan sihirnya, dia meletakkan kembali tingkat sihir itu ke sisi kiri. "Apa yang kau lakukan dengan beruang itu, bodoh?!" "Kau membuat kami terkejut!" Abigail melempar tubuh beruang itu ke sisi kirinya. "Aku hanya mencoba membawa bekal makanan kita untuk seminggu ke depan." "Ka-kau...." "Kenapa?" Tanya Abigail. "Kau tidak suka daging beruang?" "Tunggu, apa maksudmu kita akan makan daging beruang untuk seminggu ke depan." "Tentu saja, ini adalah protein yang bagus untuk membantu pertumbuhan, apalagi daging beruang hitam sangat langka dan memiliki efek untuk memperkuat sihir. Apa kalian tidak tahu itu?" "Tidak." "Pantas saja." Abigail berdiri lalu melihat sekitar dan merasakan kekuatan yang besar terjadi di sana, sepertinya Osman sudah selesai dengan latihannya. "Apa Osman bisa menguasai kekuatannya?" Sonya mengedikkan bahu acuh. "Entahlah." Abigail menghela napas pelan, lalu beranjak dari sana, dia berharap Osman sudah selesai dengan pelatihannya agar dia bisa mengurus daging beruang itu dan mengolahnya menjadi daging bakar yang nikmat, ah dia sudah terlalu lama tidak makan daging beruang, dan sepertinya itu akan terasa sangat nikmat. Kakinya berhenti tepat di depan tubuh Osman yang masih berlatih. Dan sepertinya pria ini sudah sampai tahap akhir dan sebentar lagi akan ada ledakan energi yang luar biasa. Abigail tersenyum, satu orang lagi sudah bertambah kuat dan dengan ini dia sudah memiliki kekuatan yang dia inginkan. Tak lama setelahnya, ledakan kekuatan dari dalam diri Osman terjadi, tanda jika pria ini sudah menguasai kekuatannya, dan hal itu membuat Abigail tersenyum puas. Perlahan Osman membuka kelopak matanya dia menatap Abigail yang tengah bersidekap dengan senyum di wajahnya. "Bagaimana?" Tanya Abigail bangga. "Sungguh luar biasa." "Itu masih belum seberapa, kau akan bertambah kuat saat kau mengerti dasar dan inti dari kekuatanmu, lebih baik kau berlatih dan makan makanan yang bisa membangkitkan kekuatan dalam mu." "Tentu saja aku akan berlatih sebentar lagi." "Eh ... Tunggu." Sialan! Abigail tahu, jika Osman masih terlalu semangat dengan kekuatan yang dia dapatkan ini hanya saja, dia tidak menyuruh pria itu untuk berlatih tapi ada hal penting yang harus segera dilakukan oleh Osman "Lebih baik tunda dulu latihan mu, isi tenaga terlebih dahulu baru kau lanjutkan lagi pekatuhan mu itu." "Aku tidak lapar." "Ck, ayolah, sebentar saja, aku baru saja mendapat daging beruang hitam, apa kau tahu? Jika kau mengolah daging itu dengan benar, kau akan mendapat kekuatan yang luar biasa setelahnya." Osman melotot seketika, bola matanya membulat dengan sempurna saat mendengar ucapan Abigail. "Kau serius?" Abigail mengangguk dengan bangga. "Tentu saja! Aku membawa beruang hitam berukuran besar untuk stok makanan kita satu Minggu kedepan, dan kau!" Dia menunjuk Osman. "Lebih baik urus dagingnya sekarang sebelum daging itu busuk."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD