tak terkendali

2673 Words
beginning after end 10 "Osman jaga sisi kiri. Dan Frey serang sisi belakang!" Abigail mengomando dua orang itu untuk menyerang sesosok king orge. Tepat saat dirinya dan dua orang lainnya selesai dengan pelatihan di ruangan bawah tanah, kini Abigail sengaja mengajak mereka untuk pergi keluar, berburu dan berlatih lebih keras lagi untuk mengumpulkan kristal inti yang bisa dia tukarkan dengan material lain yang dia butuhkan. Selain pelatihan, mencari uang dan sumber energi tentu saja dibutuhkan sekarang ini. Terlebih Osman, pria itu harus memiliki sumber energi tambahan sebelum dirinya menyerap Stone yang akan dia ambil setelah ini. Tepat di gua yang dilindungi oleh orge sialan ini. "Jangan kasih kesempatan dia menyerang. Frey! Bekukan kakinya. Dan Osman, gunakan pedangmu untuk menghentikan kaki yang lain." "Yosh!" Osman menjawab dengan semangat. Dia benar-benar menikmati sensasi berburu seperti ini. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada menyerang menghantam dan merubuhkan. Walau pedang yang dia gunakan saat ini terasa sangat kecil, tapi tidak masalah untuk dirinya, dia benar-benar ingin melampiaskan kesenangannya dalam pertarungan ini. Abigail melihat pergerakan Osman yang terkesan lambat dan ceroboh. Dengan segera dia berlari kearah pria itu. Tepat saat king orge menyerang tanpa sepengetahuan Osman, dia terlalu semangat menyerang bagian kaki hingga tak menyadari jika orge itu menyerang dirinya. "Jangan lengah!" Abigail menepis pukulan orge dengan tendangan. Lalu mencari pijakan untuk melompat dan menyerang bagian wajah orge sialan itu, sayangnya pijakan yang dia dapat tidak sekuat itu hingga tak sampai meraih wajah orge. "Osman!" Teriak Abigail. Seolah mengerti pria itu merentangkan tangan kanannya setelah menancapkan Pedan di atas tanah. Lalu memberi pijakan kuat pada Abigail agar dia bisa terlempar ke wajah orge. Dan benar saja, satu pukulan kuat dengan aliran manna didapatkan oleh orge itu hingga benar-benar jatuh dan ambruk. Abigail masih berada di atas udara saat melihat tubuh king orge tubuh. "Jangan Beri kesempatan Frey!" Seperti yang diperintahkan, Frey langsung membekukan seluruh tubuh king orge, walau butuh waktu yang sedikit lama. Tapi dia bisa menguasai itu. Abigail segera terjun dengan tangan yang sudah dia lapisi mana, serangan dari atas dan bantuan dari gravitasi benar-benar bisa membantu memperkuat serangannya. Satu pukulan berhasil mengenai orge itu hingga memekik keras. Dan tak butuh waktu lama, pukulan Abigail menjadi serangan terakhir untuk king orge itu. Dia segera melompat turun dari tubuh monster itu. "Kerja bagus untuk kalian." "Yosh!" Osman adalah orang yang paling semangat. Sedangkan Frey, dia langsung terduduk di atas tanah karena proses pembekuan dan teknik bunga beku yang terakhir dia gunakan benar-benar menguras tenaganya. Dia masih terengah. Bahkan saat Abigail mendatanginya. "Kau tidak apa-apa Frey?" "Tidak, aku hanya belum terbiasa saja dengan semua ini." Abigail tersenyum, dia jelas paham bagaimana rasanya mencoba untuk membiasakan diri dengan kekuatan baru itu. Apalagi tubuh Frey masih belum berada di tahap yang mampu mengendalikan kekuatan dalam segala besar, tubuhnya masih terlalu lemah ini ini. Pelatihan adalah hal yang akan Abigail berikan kepada sahabatnya itu. "Tak masalah. Semua sudah berakhir, kau dan paman Osman tunggu saja di sini. Biar aku sendiri yang masuk ke dalam, tunggu dan jaga tempat ini jangan biarkan siapapun masuk." Abigail menoleh kearah Osman. "Paman aku minta tolong, bereskan dan urus king orge itu, ambil kristal inti dan ambil material yang bisa di gunakan atau dijadikan uang." "Sip, serahkan saja itu padaku." Ucap Osman yang dianggukki oleh Abigail. Setelah yad ia melangkah masuk, terlebih saat merasakan aura kekuatan stone di sana. Benar dugaannya, tempat ini adalah tempat yang dulu pernah dia datangi bersama dengan wanita penghianat dulu. Dan tidak salah jika dirinya segera datang ke tempat ini untuk mengambil stone yang seharusnya menjadi miliknya. Stone dengan kekuatan utama yang menjadi kekuatan andalan dirinya. Stone kuning dengan energi yang sangat kuat. Jika orang awam yang masuk kedalam goa itu, maka mereka hanya akan menemukan stone hijau yang memiliki atribut angin di bagian luar. Tapi pada dasarnya, ada satu tempat dan lokasi yang membuat stone itu tersembunyi. Abigail melangkah. Melewati stone hijau berada di tempatnya, karena jika terlalu taman dan berambisi, maka setelah stone hijau itu tercabut, gua ini akan runtuh dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit. Dengan masih ada stone itu, berarti di tempat ini sama sekali belum tersentuh oleh siapapun. Abigail bisa leluasa untuk mendapatkan stone yang dia inginkan. Dan setelah melewati altar stone hijau, dia mencoba mengingat, di sebelah mana kira-kira stone itu berada. Karena sejatinya tempat ini agak berbeda ketika dia mendatanginya di masa depan. Hanya saja, Abigail tidak bodoh. Pancaran kekuatan dari stone kuning itu ada di sisi kirinya, begitu terasa hingga mampu membuat energi dalam dirinya seolah menggapai dengan tidak sabar. Dia tersenyum, mengumpulkan tenaga di tangan kanannya, lalu secepat itu juga dia menghancurkan dinding di sebelah kiri hingga membentuk gue kecil yang menghubungkan ke sebuah lorong. Abigail harus menunduk di sana, lalu merebahkan sebentar sebelum lorong itu terlihat normal. Dia berjalan menyusuri lorong yang membawa dirinya ke sebuah altar kecil di mana ada sebuah batu kuning yang tergeletak di sana. Sebuah stone dengan atribut cahaya. Tunggu, bukankah dulu stone itu beratribut petir, kenapa sekarang berubah cahaya? Sepertinya ada yang aneh di tempat ini. Tapi dia yakin pancaran energi yang dia rasakan tidak pernah bisa menipu dirinya. Hanya saja di mana lokasi stone yang dia cari. Abigail membuka layar sistem, mencoba menggunakan skill pelacak agar semua jelas terlihat. Barulah saat itu dia bisa tersenyum kecil. Ternyata dia sudah menemukan lokasi ini. Hanya saja stone petir yang dia cari tersembunyi di bawah altar yang menjadi tempat keberadaan stone atribut cahaya. Abigail menunduk. Dia sengaja tidak mengambil stone atribut cahaya itu, dia langsung mencari di mana stone yang dia inginkan berada. Barulah setelah terlihat di sela batu di bawah altar Abigail langsung meraih benda itu. "Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk berjodoh." Dia bergumang pelan. Lalu berjalan ke sudut gua dan mulai menyerap, dan berusaha memurnikan sebagian dari energi yang dia serap. Cukup waktu lama untuk menyerap kekuatan yang luar biasa itu. Kekuatan yang selalu ditakuti semua orang di masa depan. Beruntung kekuatan itu kembali ke tangannya, entah apa yang terjadi jika kekuatan sebesar ini jatuh ke tangan orang yang salah. Selama proses penyerapan Abigail sama sekali tidak mengetahui jika dua orang yang menjaga luar gua tengah mengalami hal yang sedikit merepotkan. Mereka terdesak, tepat saat dua orang berjubah hitam mengerang mereka secara tiba-tiba. Frey yang belum memulihkan tenaganya harus tersungkur di atas tanah dengan keadaan batuk. "Aku tidak tahu, jika ternyata ada orang lain yang mengerti tentang kekuatan batu suci itu selain kelompok kita." Ucap wanita dengan tingkat sihir di tangannya. Mata sebelah kiri tertutup kain hitam, sedangkan bibirnya terlihat sangat hitam dengan senyum yang menakutkan. "Mungkin saja mereka hanya keroco yang sedang bermain-main di tempat ini." Ucap si pria yang memakai jubah hitam dan juga pedang hitam besar di punggungnya. "Aku tidak yakin, apalagi salah satu di antara mereka memiliki energi batu suci yang cukup kuat, sepertinya mereka memang mencari apa yang kita cari." Si pria menatap kearah Frey sebentar. "Sepertinya kau benar, aku bisa mencium aura baru suci menguat dari tubuh anak ini." Lalu menyeringai sebelum bergerak ke arahnya dengan kecepatan tinggi. "Terlebih aku suka aroma ini, sepertinya dia menyerap batu suci uang cukup kuat dan nikmat." Ucap pria itu yang kini sudah berdiri dan hadapan Frey. Anak yang tak bisa bergerak sedikit pun dari tempatnya. Sedangkan Osman hanya menahan amarahnya karena perbuatan mereka yang membuat dirinya tak bisa berkutik, sepertinya kekuatan salah satu dari mereka yang membuat dirinya tak bisa bergerak. Dia berusaha sekuat tenaganya, bahkan mengeluarkan kekuatan dalam dirinya agar bisa lepas dari belenggu itu, hanya saja, semua seolah sia-sia. Kekuatan yang mengikat dirinya tak bisa dilepaskan begitu saja. "F ... Fr-Frey!" Osman sama sekali tidak bisa menggerakkan mulutnya, bukankah itu sudah keterlaluan, bahkan saat ini dirinya sama sekali tak bisa berkutik, berucap pun tak mampu. "Hehe, ayolah tak usah memaksakan diri, kekuatan bayanganku bisa mengikat dan mengendalikan siapa saja yang aku inginkan." Wanita itu terkekeh pelan lalu berjalan mendekat kearah Osman. "Jadi tidak usah memaksakan diri atau kau hanya akan membuang tenangamu saja." Aura yang keluar dari wanita itu sungguh luar biasa, sungguh wanita yang menyeramkan. "Menyerah dengan tenang maka akan ku berikan kau kenikmatan yang sesungguhnya." Suara mendayu itu sungguh menggoda, bahkan jari lentiknya saja bergerak di d**a kekar milik Osman, pria bertubuh besar yang selalu dia cari selama ini. "Ikut dengan ku dan kau akan menjadi b***k untukku. Bagaimana, Hem?" "Dasar wanita jalan. Baru saja melihat pria seperti itu kau sudah lupa dengan misi kita." "Apa kau bilang?" "Jala-" pria berjubah itu tak bisa bergerak setelahnya, bahkan dia tak sempat untuk menyelesaikan kalimatnya. "Berhenti memanggilku jalang. Atau kau akan tahu akibatnya." Desis wanita itu dengan tatapan tajam, lalu mengangkat tangannya dan bayangan yang mengikat rekannya terlepas begitu saja. "Ka-" "Apa?!" Pria itu membuang wajahnya, bahkan marah sekalipun hanyalah hal bodoh karena kekuatan wanita itu bisa saja membunuhnya dengan sekejam, bayangan pengekang, kekuatan dari stone terkuat di organisasi mereka. Dan pria itu hanya bisa diam dan menuruti saja ucapan wanita sialan yang selalu saja bertingkah semaunya sendiri. Frey yang sedari tadi tersungkur tak berdaya gerak hanya bisa diam dengan tatapan nyalang. Dia berusaha meningkatkan kekuatan dalam dirinya, sesuatu yang dia harap bisa melepas kekang di dalam dirinya. Sungguh, jika saja ada Abigail di sini. Mungkin mereka akan mengerti bagaimana cara menghadapi wanita ini. "Jangan melawan, karena sebanyak apapun kau berusaha, semua akan percuma." Ucap pria yang berdiri di hadapan Frey. Dia bisa mencium aroma kekuatan dari stone yang menguar begitu kuat di sana. Kekuatan yang luar biasa untuk seukuran anak kecil, apakah ini lelucon. "Lebih baik diam dan mati dengan tenang!" Frey tak menghiraukan ucapan pria itu. Dia masih berusaha mengeluarkan kekuatan dalam dirinya, hingga tekanan buang begitu kuat meledak dan membuat suhu udara di sekitar mulai turun, dingin mulai mereka rasakan, udara mulai lembab hanya karena ledakan kekuatan Frey. Pria yang bernama diri di sebelahnya tadi langsung melangkah mundur. Pun dengan wanita itu. "Apa yang terjadi?" Tanya pria berjubah karena merasa bingung. Baru kali ini dia merasakan ledakan kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan melebihi dari kekuatan ketua mereka. Yang lebih mencengangkan lagi. Ledakan kekuatan itu dihasilkan oleh anak yang terbilang masih kecil. "Entahlah. Sepertinya anak itu berusaha untuk lepas." "Maksudmu?" "Dia berusaha melepas kekuatan pengikatku dengan kekuatan dalam dirinya." "Melakukan ledakan kekuatan dan memberikan tekanan agar kau gentar dan melepas kekuatanmu?" "Kurang lebih seperti itu." "Pintar sekali." Ucap pria itu sembari menyeringai, dia mengeluarkan pedang dari ruang penyimpanan dan menggenggamnya dengan erat. "sepertinya kita meremehkan orang-orang ini." "Jangan terlalu gegabah!" "Tenang saja, kau urus saja pria besar itu biar anak ini aku yang urus." "Terserah kau saja, jika terjadi apa-apa aku tidak bertanggung jawab untuk itu." "Maksud mu jika anak ini mati?" Tanya pria itu dengan seringai lucu. Wanita itu menggeleng pelan. "Bukan, tapi aku tidak akan bertanggung jawab jika kau mati setelah ini." "Jangan meremehkanku." "Terserah kau saja." Wanita itu mendengkus kasar, membiarkan rekannya itu melakukan apa yang dia sukai, asal tidak mengusik kesenangannya maka dia tidak peduli. Pria itu berjalan mendekat dengan pedang di tangannya, dia penasaran bagaimana anak kecil itu bisa memiliki kekuatan yang begitu besar. Apakah ini hanya kebetulan atau memang dia berbahaya. Sebelum semua terlambat, dia akan membunuh anak ini dan melihat isi tubuhnya agar rasa penasaran dalam dirinya sedikit berkurang. Setidaknya dia memiliki bahan uji coba dari mayat anak ini. "Kau cukup berbahaya dengan kemampuanmu itu, dari pada kau membahayakan kami setelah ini, lebih baik kau mati saja!" Pria itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi laku menghunuskan kearah Frey. Sesuatu yang jelas tak bisa dihindarkan lagi. Hanya saja ledakan kekuatan yang terjadi setelahnya membuat pria itu terpental sebelum pedangnya menancap pada tubuh Frey. Anak itu terbebas dari kekuatan wanita mata satu itu. Dia berdiri, tubuhnya terbalut Sura berwarna biru dengan suhu udara di sekitar yang langsung turun drastis. Frey kehilangan kesadarannya, dia membuka kelopak matanya hingga menunjukkan mata berwarna putih bersinar dari kedua bola matanya. Sesuatu yang menunjukkan jika kekuatan Frey tidaklah terkendali Perlahan pria itu menoleh. Menatap pria berjubah tadi dengan senyum menyeringai. Tangannya kirinya terangkat perlahan, lalu kekuatan es keluar dari tangannya dan menyerang pria itu dengan sangat kuat. Pria berjubah tadi menepis serangan itu dengan pedangnya, walau harus terpukul mundur karena serangannya bukan main-main, sangat luar biasa kuat. Dia bahkan harus mengeluarkan skill terbaik untuk membantu menepis serangan itu. "Sekarang kau paham maksudku, kan?" "Tidak perlu mengoceh, lebih baik bantu aku." "Urus saja urusanmu sendiri. Kau bilang jangan meremehkan kekuatanmu. Lalu kenapa kau minta bantuan pada ku?" Pria itu berdecih. Lalu mengeluarkan skill yang dia miliki. Sebuah bayangan yang menyerupai dirinya keluar di sisi kanannya. "Jika kau tidak ingin membantu. Maka diam saja dan tidak perlu mengoceh!" Sentak pria itu sebelum berlari kearah Frey dengan bayangannya. Dia melakukan serangan kombinasi, lalu pergerakannya perlahan meningkat sangat pesat. Dan tak mampu di lihat oleh mata Frey. Pria itu menyerang bersamaan dengan bayangan, beberapa tebasan pedang berhasil menyayat tubuhnya, lengan, kaki, punggung, d**a dan wajah menjadi sasaran pedang itu. Kecepatan yang tak bisa ditandingi oleh Frey, bahkan Osman saja harus di buat diam sembari melihat rekannya itu menerima serangan dengan telak. Dia tidak cukup kuat untuk membebaskan dirinya dari kekuatan wanita sialan itu. Dan hanya bisa melihat dengan mengenaskan rekan yang kini sudah terluka itu. "Ku mohon jangan menyerah! Kau pasti bisa Frey!" Dalam hati dia hanya bisa berdoa dan berharap agar Abigail segera keluar dari goa itu dan membantu mereka. Sedangkan di sisi lain, Frey yang mulai terdesak mulai mengeluarkan skill area yang membuat apa saja di sekitarnya membeku, dia mengeluarkan skill berdaya besar hingga membuat pria yang menyerangnya tadi perlahan melambat, pergerakannya terlihat menurun dan bisa tertangkap oleh sepasang matanya. "Kena kau!" Frey menyeringai, lalu mengangkat tangan kanan yang memiliki luka sayatan yang cukup banyak di sana. Dari tangannya keluar sebuah tangan berbentuk bongkahan es dan bergerak dengan cepat kearah pria itu. Melihat serangan datang. Pria itu langsung menghindar, mencoba melompat menggunakan bayangannya sebagai pijakan, dia berpikir jika kita berhasil lolos, tapi nyatanya, serangan lain datang dari atas kepalanya. Dan membuat dirinya terhempas keatas tanah. Tidak sampai di sana, saat tubuhnya tersungkur, tangan es yang berusaha meraihnya tadi langsung memberinya serangan bertubi-tubi. Kekuatan yang tak bisa dihindari oleh pria itu. Hingga beberapa saat berlalu dia berhasil menggulingkan tubuhnya untuk menghindar. Perlahan dia berdiri. Mengusap darah yang mengalir di bibirnya dan menatap Frey dengan tatapan nyalang. Seperti kekuatan ini bukanlah tandingannya, jelas-jelas ledakan dan skill yang anak itu gunakan lebih dari tidak mungkin untuk bisa di kendalikan. "Sialan!" Dia mendengkus kasar. Menoleh kearah rekannya yang masih saja berdiri dengan tenang di tempatnya. "Bantu aku sialan!" "Apa dengan ini kau mengakui jika kau tak berguna?" "Terserah kau saja!" Tidak ada gunanya berdebat saat ini, dia harus menghentikan anak ini sebelum semuanya berakhir. "Dan dan perhatikan. Kau terlalu bodoh menghadapi kekuatan seperti ini saja tidak mampu!" Wanita itu terkekeh pelan. "Lemah!" Pria itu tak menjawab, dia hanya mendengkus dan bersiap-siap untuk memberi bantuan pada rekannya jika memang di butuhkan. Wanita itu berjalan. Merapal mantra sebelum cahaya hitam di lengannya mulai menguar dan mendominasi aura sekitar. Kekuatan wanita itu jelas lebih kuat dibandingkan dengan Frey. Seorang anak yang memiliki kekuatan tak terkendali dan hanya menyerang dengan asal. Apakah itu di sebut layak, kekuatan tak terkendali tentu saja memiliki sisi lemah dan waktu yang terbatas, dia yakin sebentar lagi Frey aja kehabisan tenaga dan jatuh tak berdaya setelah semua kekuatan dalam dirinya habis. Kekuatan hitam itu begitu mendominasi, tekanan yang di hasilkan bahkan membuat Osman harus kesulitan napas, pun dengan Frey dia sedikit terengah dengan tekanan dari wanita itu. "Hanya menghadapi tikus saja kau sudah kerepotan." Wanita dia melirik rekannya. "Sampah!" Sudah tak ada waktu lagi untuk bermain-main, dia mengaktifkan skill terkuat miliknya. "Shadow proteks!" Lalu cahaya hitam mulai menembus pelindung es dan udara dingin yang dikeluarkan oleh Frey, anak itu terdesak. Dan Osman hanya bisa berharap karena dia belum bisa membebaskan diri dari belenggu bayangan wanita gila itu. Cahaya hitam yang perlahan berubah menjadi sebuah tombak, ada puluhan tombak hitam melayang di udara dan siap menembus tubuh Frey. "Berakhir sudah!" Wanita itu mnenyeringai, lalu menjentikkan jarinya dan puluhan tombak itu siap menghunus kearah Frey. Berakhir sudah. Bukan hanya wanita itu. Pria berjubah juga hanya tersenyum puas, masalah sudah diselesaikan dan tinggal menyelesaikan tugas yang tersisa sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD