Bukan hanya luka

1210 Words
"Kakak dari kecil udah kehilangan sosok seorang ibu. Wajar kalau Kakak selalu minta diperhatikan. Bayu udah dewasa, harus ngerti kenapa Bunda selalu manjain Kakak. Berat lho, Nak jadi Kakak." Bayu menghela napas. Sudah berkali-kali kalimat serupa meluncur dari bibir ibundanya. Namun, tak sekalipun Bayu berhasil mematahkan anggapan tersebut. Jika dulu, Bayu bisa memahami. Sekarang lain lagi. Bayu dan Wil sudah sama-sama dewasa, bisa mengurus diri sendiri. Bundanya tak perlu melibatkan diri terlalu jauh. "Tolong tugasnya Kakak sekalian dikerjain. Enggak susah kok cuma tinggal tulis ulang jawaban Bayu ke buku tulis Kakak. Kakak juga kalau lagi sehat pasti ngerjain sendiri, orang peringkatnya aja di atas Bayu." Kali ini apa lagi sebenarnya yang Wil inginkan? Apa anak itu kurang puas mengerjainya habis-habisan selama di sekolah tadi? Pertama, Wil menjadi penyebab Bayu dihukum pada jam pelajaran pertama. Kedua, Wil membuat Bayu menghabiskan uang jajannya bulan ini untuk membayar tagihan ibu kantin yang dibebankan padanya. Terakhir, Wil membuatnya melewatkan makan seharian ini. "Bayu, dengar enggak Bunda ngomong?" "Dengar, Bun. Tapi, aku mau ganti baju dulu, istirahat juga, baru ngerjain tugas. Lagian, tugasnya buat hari Kamis kok. Sekarang baru Selasa." "Bunda itu cuma mengingatkan, biar kamu enggak lupa. Kata Kakak tadi kamu dihukum karena enggak ngerjain tugas? Belajar disiplin dong biar bisa masuk tiga besar kayak Kakak. Bunda, kan, jadinya bangga kalau kamu berprestasi juga." Rasa laparnya langsung menguap begitu saja. Setelah dituduh macam-macam, diceramahi, dibandingkan pula. Kurang menyedihkan apa? Sayangnya, Bayu tidak bisa menganggah. Memilih menelan mentah-mentah semua yang dituduhkan. "Iya, Bun. Sekarang langsung aku kerjain tugasnya." "Nah, gitu dong. Anak baik enggak boleh melawan kalau dibilangin. Bunda begini karena sayang sekali sama kalian berdua. Bunda mau kalian maju dan sukses sama-sama." Bayu sangsi. Orang asing sekalipun bisa melihat siapa yang lebih disayang sang bunda. Bundanya terus mendorong Wil ke depan, sementara Bayu justru semakin merasa asing dan tertinggal. "Kalau lapar, makan dulu aja. Bunda udah masak udang goreng saus mentega. Mumpung masih hangat." "Bun, aku alergi udang." "Eh, ya ampun. Bunda lupa, Nak. Karena Kakak enggak enak badan, Bunda masakin makanan kesukaan dia biar makannya enak. Bunda lupa kamu enggak bisa makan udang," sesal Anggia. "Kamu mau dimasakin apa kalau gitu? Coba kamu enggak pilih-pilih makanan, kita tinggal makan bareng." "Bun, aku ada alergi. Bukan pilih-pilih makanan. Bunda enggak usah masak lagi. Aku nanti bikin omelette aja. Lagi pengin." "Oke. Nanti bekas masaknya diberesin lagi, ya, Nak. Papa enggak begitu suka kalau rumah berantakan." Pemuda itu tersenyum kecut. Memangnya apa yang ia harapkan? Sang bunda akan memaksa memasak sesuatu untuknya? Tidak akan pernah. "Iya, Bunda tenang aja." "Bunda tinggal dulu, ya, Nak. Tugasnya jangan lupa." Sebelum menenggelamkan diri bersama tugas sekolah, Bayu mengambil ponsel, lalu mengetik sesuatu pada direct message instagramnya. Luckystar Bunny, cowok sedih itu hina enggak sih? Littlerabbit Enggak. Cewek dan cowok dikasih organ lengkap pada setiap penciptaanya. Kalau cewek punya hati, berarti cowok juga sama. Jadi, cowok sedih itu bukan sesuatu yang hina. Normal untuk mereka yang memiliki hati. Bayu menyunggingkan senyum tipis. Ia tidak tahu akun littlerabbit itu milik siapa, tetapi hampir tiga tahun ini mereka berkomunikasi, saling menumpahkan keluh satu sama lain. Keduanya pun sepakat untuk tidak mengungkap identitas masing-masing demi kenyamanan. Dan sejauh ini, semua baik-baik saja. Luckystar Thank you! Littlerabbit Kalau mau cerita, gue open 24 jam. Bayu hanya memberikan tanda love, tanpa membalas lagi. Selanjutnya, pemuda itu langsung mengerjakan pekerjaan rumah yang sudah melambai memanggilnya. *** Jam yang terpatri di dinding sudah menunjuk angka satu, yang artinya sudah lewat tengah malam. Namun, grup chat di ponselnya masih ramai. Ada Arsen yang terus mengomel karena tidak bisa tidur, padahal dia harus bangun pagi-pagi sekali. Aries pamer foto usai mengisi acara di salah satu mal. [Fortius] Hanin Ri, gila rame banget. Lo baru pulang? Kok acaranya sampai jam segini? Aries Selesai jam 10 tadi. Diajak makan dulu sama Mas Andra. Naren Gue kira ketemu fans dulu. Foto-foto manja. Arsen Foto apaan? Aries biasanya langsung minggat setelah manggung. Sabil Nih, ya, Ri. Gue mau kasih masukan boleh? Kalau mau manggung tuh bilang-bilang. Nanti, sebelum mereka minta foto suruh beli dagangan gue dulu. Bayu terkekeh membaca pesan dari sahabat-sahabatnya. Aries seorang drummer. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, anak itu bahkan sudah sering manggung di sana-sini. Tidak hanya drummer sebenarnya, Aries bisa bernyanyi, jago bermain gitar dan piano pula. Satu kelemahannya, dia tidak begitu suka terjebak dalam keramaian. Hanin Jualan aja lo, Bambank. Sabil Yang penting halal. Nanti gue bikin lightstick official buat Aries biar ala oppa-oppa koreya. Hanin Eh, iya keren tuh, Ri. Bikinin, Bil. Aries Gue main drum ngapain pake lightstick segala anjir. Sabil Kan biar kece. Aesthetic gitu. Pemuda itu memejamkan mata saat ulu hatinya terasa perih. Sebenarnya sudah terasa sejak magrib tadi, tetapi Bayu mendiamkannya. Lagi pula, tidak ada obat lambung di kotak obat. Naren Yung, dari tadi ngintip doang lo. Hanin Nanti kena azab. Arsen  Sabil Anjeer ? Hanin Gue enggak tahu kalau insomnia berpengaruh terhadap kepribadian seseorang ? Naren Cuma gue yang waras emang. Me Apotek yang buka 24 jam sekitar sini di mana, ya, Nin? Arsen Lo sakit? Aries Lo sakit? Naren Lo sakit Hanin Lo sakit? Sabil Lo sakit? Meski masih meringis-ringis menahan sakit, Bayu menyempatkan diri tersenyum melihat reaksi sahabatnya. Mereka mengirim pesan bersamaan menanyakan hal yang sama. Me Enggak kok. Perih doang perut gue. Hanin Lo biasanya pakai apa? Siapa tahu ada yang cocok. Me Apa aja deh. Arsen Pakai go-send aja gimana? Biar gue tanya Papa obatnya apa. Lo enggak usah ke mana-mana, Yung. Naren Mau dianterin makanan juga enggak? Lo pasti telat makan, 'kan? Sabil Atau mau gue ke sana? Me Enggak usah. Tapi, makasih perhatiannya. Mau gue bawa tidur aja. B ayu langsung menutup ruang obrolan, kemudian membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Baru saja matanya hendak terpejam, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Bayu sengaja memilih pura-pura tidur, takut jika itu sang mama dan berujung mengomel lagi seperti tadi. Beruntung kamarnya selalu dalam keadaan gelap. Curiga karena sang mama tak juga menghampirinya, Bayu kembali membuka mata dan melihat seseorang berdiri di dekat meja belajarnya seperti tengah mencari sesuatu. Orang itu mengendap-endap, berusaha meredam suara sekecil apa pun. Tangannya bergerak, memindahkan satu per satu buku ke sisi lain. Namun, seseorang mencekal pergelangan tangannya, mengunci pergerakannya." "Buku mana lagi yang kali ini mau lo ambil?" "Lepas!" "Gue benar-benar enggak ngerti punya salah apa sama lo sampai lo kayak gini, Kak." "Gue bilang lepas!" "Gue capek, Kak. Sumpah." Hanya dengan penerangan seadanya, Wil tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi adik tirinya sekarang. Namun, suara Bayu yang terdengar lirih dan sedikit gemetar cukup menyadarkan Wil kalau anak itu tidak baik-baik saja. "Satu-satunya alasan kenapa gue bersikap kayak gini karena gue enggak mau lo ada di sini, sama kita." "Oke, gue terima lo mau melakukan apa pun. Tapi tolong, jangan minta gue jauh dari Bunda." Wil meninggalkan kamar itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Pemuda itu tersenyum puas usai mendengar ucapan adik tirinya. Sebahagia itu. Bayu memang mainan yang tidak pernah membuatnya merasa bosan. Bayu mengunci pintu kamarnya. Kali ini ia berhasil memergoki Wil yang hendak menjahilinya kembali. Bagaimana dengan besok dan seterusnya? Tubuh pemuda itu terbungkuk saat perutnya yang semula perih berubah nyeri. Bayu berusaha menekan titik sakitnya, tetapi tak memberi efek apa pun. Susah payah ia melangkah ke tempat tidur, berbaring, dan membiarkan malamnya dihabiskan dengan rasa sakit. |Bersambung|
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD