"Tika, Tolong sajikan makanan ini di meja makan nak. Ibu mau ke kamar mandi dulu, sudah tidak tahan." teriak Ratih dari dapur.
Ratih sudah tak tahan ingin segera lari ke toilet.
"Baik bu." Sahut Tika dan langsung melakukan perintah ibunya.
"Ibu hari ini masak banyak sekali, pasti dia cape. Maaf kan Tika yang belum bisa membahagiakan ibu di usia ibu yang sudah tua." gumam Tika.
Tika sangat menyayangi ibunya.dan Tika sering kali merasa menjadi anak tak berguna, karna sampai sekarang Tika merasa belum bisa membahagiakan ibunya.
Dari bayi Ratih sudah membawa Tika bekerja di rumah nyonya Ambar. Itu membuat mereka sangat sulit terpisahkan jarak.
Tika tau bagaimana selama ini ibunya bekerja mengumpulkan uang untuk membangun rumah di desa.
Karna Ratih ingin menghabiskan masa tua nya di desa.
Rumah itu memang sudah di bangun, hanya saja tidak sesuai dengan apa yang Ratih harapkan.
Uang yang selama ini di kirim ke saudara sepupunya yang ia percayakan untuk mengelola uang pembangunan rumah nyatanya sering mereka pakai untuk kebutuhan mereka sendiri.
"Masih pagi sudah melamun, mikirin siapa?." tanya Raka yang tiba tiba saja sudah duduk di kursi meja makan.
Tika yang memang sedang melamun memikirkan bagaimana harus menyelesaikan pembangunan rumah di desa pun tersentak kaget.
Dan saat bersamaan ia menjatuhkan buah yang sedang ia kupas saking terkejutnya.
"Sedang mikirin bagaimana cara membahagiakan ibu saya Tuan." ucap Tika.
"Ibuku sudah tua, tidak seharusnya ibuku terus bekerja seperti ini,saya merasa jadi anak tak berguna karna selalu menyusahkannya." rancau tika sambil sesekali melirik Raka yang sedang sarapan.
Raka hanya menganggukan kepala, sama sekali tak merasa tersindir dengan ucapan Tika yang jelas jelas tengah menyindirnya. Karna selalu membuat nyonya Ambar murka dengan tingkah laku Raka yang terus berganti perempuan.
"Anda mau saya panggilkan teman perempuan anda untuk sarapan tuan? Mungkin dia juga lapar setelah olahraga pagi." Tika sengaja menyindir Raka dengan kata kata olahraga.
"Apa kau menguping apa yang kita lakukan pagi tadi Tika?." Raka menatap Tika sambil menyunggingkan senyum mengejek.
"Mungkin Ibuku yang saat itu ada di dapur pun bisa mendengar kegiatan kalian Tuan. Kamar tamu itu tidak kedap suara jika anda lupa." jawab Tika tak mau kalah.
Sudah bukan hal aneh lagi jika Tika dan Raka akan sesekali beradu argumen dan saling menyindir.
Itu karna mereka sudah tinggal bersama sejak Tika masih bayi.
"Selamat pagi sayang." sapa Ana pada Raka.ia baru saja keluar dari kamar tamu.
Tika yang saat itu tengah menyiapkan s**u untuk Raka pun segera menyingkir dari hadapan mere berdua.
Raka menatap kepergian Tika dengan wajah datar.
Namun Raka masih bisa melihat aktivitas yang Tika lakukan di dapur.
"Makanlah dan sopir ku akan mengantarmu pulang Ana." ucap Raka saat Ana sudah duduk di sampingnya.
"Tapi aku masih ingin bersamamu sayang" Ana memanyunkan bibirnya sok imut.
"Aku sibuk aku harus bekerja, akan aku transfer uang karna kau sudah menghiburku pagi ini." ucap Raka tanpa menatap Ana.
"Tapi aku masih ingin bersamamu sayang" ucap Ana lagi. Ana segera meraih lengan Raka dan bergelayut manja.
Raka segera berdiri dan pergi meninggalkan meja makan tanpa menyahuti ucapan Ana.
"Dasar jutek. Nggak ingat tadi pagi sudah aku puaskan? Untung tampan dan juga kaya." gumam Ana sambil membereskan barang barangnya untuk segera keluar dari rumah Raka.
Setelahnya Ana di antar sopir menuju apartement nya.
Di dapur Tika menyibukan diri.
"Murahan sekali. Kasihan sekali laki laki yang akan menjadi suaminya kelak, cuma dapat barang second." gumam Tika pelan saat mengingat apa yang sudah Ana dan Raka lakukan.
"Tapi kasian juga perempuan yang jadi istri tuan nanti, dia juga dapat barang second." gumam tika lagi sambil menggelengkan kepalanya.
"Gak usah sok suci, memangnya kamu belum pernah melakukannya?." kata Raka yang mendengar gumaman Tika.
Tika terlonjak kaget lagi karna lagi lagi Raka sudah berdiri di belakang punggungnya sambil bersedekap.
"Apa mengagetkanku adalah hobi baru anda Tuan?." sewot Tika karna sudah dua kali di buat kaget di pagi hari.
"Jawab saja pertanyaanku." jawab Raka datar.
"Pertanyaan apa?." Tika tak begitu mendengar apa yang di katakan Raka barusan.
"Apa kau belum pernah melakukanya dengan pacarmu?." tatap Raka mengintimidasi.
"Saya tinggal di rumah ini sejak saya bayi Tuan. Dan anda pasti tau banyak apa saja kegiatan saya di rumah ini. Pagi sebelum berangkat sekolah dan sepulang sekolah kegiatan saya hanya di rumah ini. Dan setelah lulus sekolah pun kegiatan saya hanya di rumah ini.jangankan pacaran, mengobrol dengan teman wanita pun hanya saat di sekolah. Bagaimana anda bisa bertanya saya melakukan itu dengan pacar saya? Apa anda lupa ketika saya sakit di sekolah dan di antar pulang oleh teman laki laki saya dan anda malah memukuli teman saya itu? Bagaimana ada laki laki yang mau mendekati saya kalu belum apa apa saja sudah dapat bogeman dari Anda?."
Tika menjawab pertanyaan Raka dengan sedikit emosi. Karna merasa bahwa Raka menganggap Tika sama saja dengan perempuan perempuan yang Raka tiduri.
Sedangkan Tika sama sekali belum Pernah jatuh cinta apalagi pacaran.
Di usianya yang sudah menginjak 24 tahun memang terdengar sedikit aneh jika dia belum pernah pacaran.
Apalagi mengingat tika tinggal di ibu kota.
Dan paras cantik Tika pasti bisa dengan mudahnya memikat laki laki di luar sana.
Namun kenyataannya memang Tika belum pernah pacaran, dia hanya sibuk membantu ibunya bekerja melayani keperluan Raka.
Raka yang mendengar penjelasan Tika panjang lebar pun hanya tersenyum.
Dia pun mengingat kelakuan nya saat dulu memukuli teman laki laki Tika saat mengantar Tika.
Dulu Raka berfikir bahwa laki laki itu telah melakukan sesuatu kepada Tika.
Dan tanpa ba bi bu Raka langsung memberi bogem mentah kepada laki laki itu.
Tika sudah tinggal sejak bayi bersamanya jadi Raka berfikir harus melindungi Tika saat itu.
Meskipun mereka sekolah di sekolah yang berbeda karna Tika selalu tidak ingin satu sekolahan dengan Raka namun Raka selalu mengawasi Tika.
Namun Raka yang sekarang sudah berumur 28 tahun dan di sibukan dengan pekerjaan di kantor, dan juga dunia gilanya membuat dia sudah tak se intens dulu mengawasi Tika
Dan itu membuat Raka berfikir bahwa Tika pasti bisa berpacaran dan lain di luar sana.
Raka memang selalu melihat Tika saat ia baru bangun tidur dan sebelum tidur di rumah itu.
Namun saat dia di kantor tika bisa melakukan hal gila seperti Raka.
Itu menurut pemikiran Raka mengingat kini mereka sama sama sudah dewasa.