bc

Unforgettable Mission

book_age18+
250
FOLLOW
2.5K
READ
spy/agent
powerful
confident
CEO
drama
tragedy
mystery
city
betrayal
secrets
like
intro-logo
Blurb

Risma, CEO cantik yang sedang menjalankan misi dengan cara menyusup ke perusahaan kompetitor. Ia ingin mencari tahu kenapa perusahaan tersebut bisa merebut sebagian pelanggannya. Untuk memudahkan misi, ia berusaha menaklukkan hati Nando, anak pemilik perusahaan.

Faktanya, Nando sulit ditaklukkan, selain sikapnya yang dingin dan selalu serius, juga karena lelaki itu sedang mendekati Desi, salah satu bawahannya.

Sayang, Desi lebih memilih untuk balikan dengan Hendi, mantan pacarnya.

Tapi, Hendi tidak mau kembali pada Desi. Bahkan ia sampai harus berpura-pura mendekati Risma agar mantannya tersebut berhenti mengejarnya.

Di antara kisah cinta rumit itu, sebuah insiden menggemparkan membuat Risma berada dalam masalah besar. Untuk menghadapinya, ia sampai menempuh jalur hukum.

Apakah misi dan penaklukkan cinta Risma kepada Nando akan berhasil?

chap-preview
Free preview
Misi Dimulai
Demi suksesnya misi, Risma rela mengenakan setelan baju-celana biasa yang jika ditotal harganya cuma separuh harga satu buah bra mahalnya. Baginya tidak lucu jika ia berpenampilan seperti ketika dirinya sedang menjadi CEO di perusahaannya. Ia pun jauh-jauh hari sudah menyiapkan mental untuk berperan sebagai bawahan di perusahaan saingannya tersebut. Semua demi misi, gumamnya menguatkan diri sendiri. Meskipun telah menyiapkan misi ini selama tiga minggu, tetapi Risma sedikit nervous. Bukan soal mental yang membuat kepercayaan dirinya sedikit terganggu, tetapi karena baru akan memulainya saja dirinya sudah merasa tidak nyaman. Soal pakaian, jelas Risma merasa tidak nyaman. Biasanya ia mengenakan gaun dari butik mahal atau pesan ke desainer kondang ibu kota. Kini ia harus mengenakan hem putih polos yang baru melekat di bajunya selama beberapa menit saja sudah membuatnya merasa gerah. Kulitnya tidak terbiasa bersentuhan dengan kain biasa. Begitu pula dengan celana hitam polos yang ia kenakan sekarang. Belum lagi sepatu pantofel dan kaos kaki yang entah bermerek apa sehingga kulit kakinya seperti mengalami iritasi ringan. Risma pun harus rela melepas semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya, menyisakan anting-anting emas dua gram saja. Kalau make-up, ia memang tidak terbiasa berdandan menor, meskipun peralatan kosmetiknya adalah yang biasa dipakai para artis. Wajah ovalnya yang terbungkus kulit kuning langsat masih tampak cantik meski hanya disentuh sapuan tipis bedak bayi. Bahkan demi misi, Risma rela naik bus kota, berdiri selama lima belas menit sambil tangan kanan berpegangan erat agar tidak jatuh dan tangan kiri mendekap erat tas yang juga murah. Bus kota di Tegal tentu saja tidak sebagus Trans Jakarta, namun setidaknya dilengkapi pendingin ruangan. Beruntung, halte berada persis di depan bengkel tujuan Risma. Jika tidak, ia pasti akan merasa tersiksa berjalan dengan sepatu yang sama sekali tidak membuatnya nyaman. Ia hanya perlu berjalan beberapa langkah saja sebelum memasuki area bengkel. Sekarang Risma sedang memasuki gerbang bengkel. Ia disambut senyum seorang lelaki yang usianya berkepala tiga. Dari seragamnya menandakan lelaki itu seorang sekuriti. "Selamat pagi, Mbak!" Sekuriti mendekati Risma. "Ada yang bisa saya bantu?" Risma balas tersenyum. Ia tipe gadis ramah. Jangankan kepada orang lain, kepada petugas cleaning service di kantornya saja ia murah senyum. "Saya diminta menemui Pak Faizin, ada interview bersama beliau." Sekuriti sigap. "Baik, mari saya antar mbak ke ruangan Pak Faizin!" Sekuriti memberi gestur agar Risma mengekornya. Mereka menuju ruangan Faizin, melewati pintu samping kanan. Padahal Risma ingin masuk melewati pintu utama agar bisa melihat-lihat situasi. Ia penasaran seperti apakah penampakkan bagian dalam bengkel saingannya. Misi Risma sederhana sebenarnya. Ia akan menyusup, berperan sebagai karyawan selama sebulan atau dua bulan. Ia akan menyelidiki apa kelemahan dan kelebihan bengkel tersebut kenapa sampai berhasil mengambil separuh pelanggan bengkel milik papinya. Misi ini resikonya cukup besar. Papinya tidak mengetahuinya. Jika gagal atau terbongkar, Risma tidak hanya akan bermasalah dengan bengkel target, tapi juga akan berurusan dengan keluarga besarnya. Semua bermula ketika Syahril, papinya Risma terkena stroke. Lelaki berusia lebih dari setengah abad itu menyerahkan semua perusahaan kepada ketiga anaknya. Yanuar, anak pertama mendapatkan perkebunan teh yang sangat luas di kaki gunung Slamet. Garin, anak kedua mendapatkan perusahaan properti di Jakarta. Dan Risma kebagian bengkel mobil. Risma memiliki pengalaman untuk mengelola bengkel mobil karena sudah empat tahun ikut membantu perusahaan bengkel mobil milik papinya yang memiliki brand SCS. SCS memiliki enam belas cabang, enam berada di Jabodetabek, lima di Jawa Barat, dan lima di Jawa Tengah. Semuanya maju dan menguasai pasar konsumen di kota masing-masing cabang. Tetapi selama setahun terakhir, cabang SCS di kota Tegal mendapat saingan berat dari bengkel Reyncar. Bengkel tersebut meskipun masih terbilang baru, berhasil merebut hampir separuh pelanggan SCS. Itu yang membuat Risma penasaran. Ia harus melakukan sesuatu. Hal pertama yang terlintas dalam pikirannya adalah mencari tahu penyebabnya. Ia lantas menggali ide gila yang selama ini hanya bisa ia tuangkan ke dalam cerita fiksi. Sejak kecil Risma selalu memiliki ide tidak biasa. Ide-ide itu biasanya ia tuangkan dalam fiksi novel dan puisi-puisi. Kegemarannya menulis membuat gagasannya tersalurkan dengan baik. Lima buku telah ia terbitkan, tiga novel dan dua kumpulan puisi. Sejatinya cita-cita Risma adalah menjadi penulis. Namun sejak lulus kuliah, papinya memintanya untuk terjun ke dunia usaha. Itu membuat kesempatannya bermain di dunia literasi semakin sedikit. Namun Risma tetaplah Risma. Gadis dua puluh enam tahun itu tetap memiliki ide-ide tidak biasa. Kadang jika situasinya tepat, ia menyalurkannya dalam pekerjaannya, termasuk misi yang sedang ia jalani sekarang. "Itu ruangan Pak Faizin!" Sekuriti menunjuk sebuah ruangan di bagian belakang bengkel. "Ketuk saja pintunya." Risma mengangguk sopan. "Terima kasih, Pak." "Sama-sama, Mbak!" balas sekuriti. Ia meninggalkan Risma, kembali ke pos. Risma memarik napas dalam-dalam. Misinya akan berhasil atau tidak tergantung bagaimana ia meyakinkan Faizin untuk mendapatkan pekerjaan di bengkel ini sesuai posisi yang ia incar. Risma mengetuk pintu dua kali. Tidak sampai satu menit, terdengar sahutan dari dalam. "Masuk!" ucap Faizin dari tempat duduknya. Ia sudah memantau monitor CCTV sebelumnya dan mengetahui kedatangan tamu. Risma membuka pintu. Begitu mendapati Faizin sedang duduk di balik mejanya, ia segera menyungging senyum sambil mengangguk sopan kepada lelaki berusia empat puluhan tersebut. "Silakan duduk!" sila Faizin. Risma menempatkan p****t ke kursi. Senyumnya terus terkembang seraya membetulkan posisi duduk. "Saya Risma dari Jakarta," beritahu Risma berharap Faizin langsung teringat dengan sesi interview yang diagendakan. Faizin melirik arloji di pergelangan tangan. Ia tersenyum puas. Sejurus kemudian ia menatap gadis di hadapannya. "Anda tampak lebih muda dari foto yang dilampirkan dalam berkas surat lamaran." Risma tersenyum simpul. "Wajah saya memang tidak fotogenis, Pak." "Bukan, bukan itu maksud saya!" Faizin meluruskan, seolah paham apa yang ada di benak Risma. "Saya hanya ingin memastikan Anda adalah orang yang memiliki pengalaman mengesankan seperti yang tertera dalan CV." "CV yang saya lampirkan berisi data valid. Saya yakin bapak sudah mengeceknya dengan baik," sahut Risma diplomatis. Faizin mengangguk sambil tersenyum penuh arti. "Baik, kalau begitu silakan persiapkan diri Anda untuk mengikuti sesi interview nanti. Yakinkan saya bahwa Anda layak mendapatkan pekerjaan seperti yang Anda lamar." Risma terkejut. "Nanti?" Faizin mengerjap. Ia melirik kembali arlojinya. "Saya sangat menghargai waktu seperti halnya saya menghargai pengalaman yang Anda sebutkan dalam CV." Risma masih belum paham dengan maksud Faizin. Tadi ia mengira kalau sesi interview akan segera dimulai, sehingga ia merasa terkejut campur kecewa ketika Faizin menyebut kata 'nanti'. "Saudari Risma, Anda telah membuktikan profesionalitas diri Anda dengan datang empat belas menit lebih awal. Anda mendapatkan satu nilai plus di mata saya." Faizin menegakkan badan, menatap Risma lekat-lekat. "Seperti yang saya sampaikan lewat telepon seminggu lalu, sesi interview akan dilakukan pukul 09:00 wib." Risma mengangguk paham, meskipun dalam hati sedikit sebal karena Faizin sangat saklek dalam urusan waktu. "Baik, saya mengerti, Pak. Jadi saya harus menunggu di mana, sampai tiba waktu pukul 09:00 wib nanti, Pak?" "Anda boleh menunggu di sini, tapi tolong jangan melakukan sesuatu yang mengganggu konsentrasi saya. Atau jika ingin sedikit rileks, Anda bisa menunggu di luar." Risma tersenyum kaku, rasa sebal dalam hati kepada Faizin semakin terasa. "Baik, saya tunggu di sini saja, Pak!" Faizin mengangguk tanpa menoleh kepada Risma. Pandangamnya sedang sibuk memeriksa monitor komputer. Risma mendesah tertahan. Dalam hati ia bertanya, 'jadi beginikah rasanya menjadi calon karyawan?' Meskipun ia juga salah satu karyawan pada perusahaan papinya, tetapi dulu ia tidak perlu melamar pekerjaan. Jabatan itu ia dapatkan begitu saja. Posisi pekerjaan yang Risma lamar sekarang adalah Kepala Administrasi. Ia sudah berpengalaman dalam bidang itu selama empat tahun di perusahaan papinya. Latar belakang pendidikannya juga sesuai, yaitu S1 Manajemen Perkantoran. Berbekal itu semua, ia sangat yakin akan diterima di perusahaan Reyncar karena ia merasa dirinya lebih baik dari orang yang mengisi jabatan itu sebelumnya. Sebelum melakukan misi, Risma telah menyiapkan segala sesuatunya. Ia telah menyewa seorang detektif dan ahli IT untuk menyelidiki profil Reyncar, termasuk orang-orang di dalamnya. Ia telah mempelajarinya mulai dari profil owner sampai petugas cleaning service. Setelah berhasil mempelajari data-data itu, Risma mengutus salah satu orang kepercayaannya untuk membujuk Hendra, kepala admin Reyncar, agar mau pindah ke SCS cabang Bekasi dengan iming-iming menggiurkan, agar posisi itu lowong. Dengan mudah Hendra berhasil diyakinkan dan langsung pindah ke SCS. Keluarnya Hendra, membuat manajemen Reyncar langsung membuka lowongan pekerjaan. Berkat detektif yang telah Risma sewa, ia pun bisa menjadi orang pertama yang memasukkan lamaran pekerjaan untuk posisi yang ditinggalkan Hendra. Menurut laporan tim detektifnya, total ada enam orang yang melamar pekerjaan tersebut, tetapi hanya dua yang dipanggil untuk sesi interview, salah satunya Risma. Risma merasa yakin dirinya yang akan dipilih karena berdasarkan data, ia lebih berpengalaman di bidangnya. Jam sembilan tinggal dua menit lagi. Risma menarik napas dalam-dalam. Ia hanya perlu menyiapkan mental saja. Segala sesuatu tentang pekerjaan itu telah ia kuasai. "Ehhemmh!" Faizin berdeham sambil pandangannya beralih dari monitor komputer ke arah Risma. Ia melepaskan mouse dari tangan kanannya. Tangan kiri ia gunakan untuk melepas kaca mata baca. Risma segera bersiap. Kurang dari satu menit lagi sesi interview segera dimulai. Faizin benar-benar tepat waktu. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, memastikan waktu benar-benar berada pada pukul 09:00 wib. Risma menjadi ingat data yang ia dapat mengenai profil lelaki itu yang katanya sangat ketat dalam disiplin waktu. Sudah banyak karyawan Reyncar yang dipecat hanya karena tidak menghargai waktu. Faizin menatap Risma. "Anda siap mengikuti sesi interview?" "Siap, Pak!" jawab Risma tegas." 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
10.0M
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
454.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook