bc

Dara

book_age18+
315
FOLLOW
2.9K
READ
one-night stand
family
love after marriage
fated
forced
pregnant
drama
tragedy
sweet
cheating
like
intro-logo
Blurb

Hidup Dara terlalu biasa ... sampai akhirnya dia bertemu dengan Danu. Dalam sekejap, semua berubah dan menempatkan Dara dalam posisi yang tidak pernah wanita itu bayangkan. Menjadi istri, menjadi ibu bagi anak pria yang tidak pernah dia duga, dan tertahan dalam posisi itu tanpa benar-benar diberi tempat layaknya keluarga pada umumnya.

chap-preview
Free preview
1. Danu
Hari sudah malam, Dara mulai mengemasi barang-barangnya. Pekerjaannya telah selesai dan saatnya pulang. Lampu satu per satu dimatikan, beberapa yang beranjak lebih dulu pun meneriakkan ucapan pamit. Sambil tersenyum, Dara berteriak mengucapkan ucapan pamit basa-basi pada tersenyum sambil melangkah menuju pintu keluar. Tangannya memainkan layar ponsel, mencari lagu yang akan dia putar dan dengarkan sepanjang perjalanan pulang. Setelah memasang headset di telinga dan lagu pun mulai memenuhi indra pendengarannya, Dara menaiki motornya. Mulai berkendara dalam keramaian jalanan pada malam hari yang lumayan dingin.  Bulan ini, gajinya full. Dia bisa memberikan uang saku lebih pada Laras yang dua minggu lagi akan pergi ke kota yang jauh, menempuh pendidikan di jenjang universitas. Adik kebanggaannya akan menjadi mahasiswa di universitas negeri sesuai dengan jurusan yang Dara sarankan. Betapa bangganya dia melihat adik kecilnya kini tumbuh menjadi wanita dewasa yang sedang mematangkan diri menjadi sosok yang lebih membanggakan. Membuktikan ucapan pesimis ibu mereka kalau sejauh apa pun merantau dan setinggi apa pun pendidikannya, mereka hanya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga karena itulah suratan takdir seorang wanita.  Sesampainya di rumah, Dara membuka kunci pagar dengan kunci duplikat yang menyatu dengan kunci motornya, begitu pula kunci rumah. Suasana sepi menyambutnya. Memang, dia tiba lebih lama dari biasanya karena berkendara dengan kecepatan pelan. Menikmati momen melamun sambil berkendara, berharap dengan memikirkan hal-hal yang tidak akan sempat dia pikirkan di saat lain. Memasuki kamar, Dara menekan sakelar kamar sehingga ruangan yang tidak terlalu besar itu langsung terang benderang.  Di saat sedang menjalani shift malam seperti ini, mau tidak mau Dara memang melanggar pantangannya--tidak mandi di malam hari. Tubuhnya terasa lengket meski bekerja di ruangan yang full ac. Dan saat keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya dibalut dengan handuk dari d**a sampai paha, wanita itu mendapati sang adik sedang duduk di ranjangnya. Dan di nakas, telah tersaji secangkir teh panas.  “Malem banget pulangnya, Kak?” Laras bertanya dengan mata yang sayu, memperlihatkan betapa mengantuknya gadis itu. “Tadi ... ada masalah sedikit di kantor,” dusta Dara.  “Oh ... ya udah. Itu tehnya jangan lupa diminum dulu biar badannya hangat. Kakak kebiasaan soalnya, males banget pake jaket padahal pulangnya malam begini. Masuk angin baru tau!”  Setelah menyampaikan gerutuannya itu, Laras pun keluar. Meninggalkan Dara yang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya atas sikap sang adik yang tidak pernah tidak perhatian padanya. Jarak usia mereka lumayan jauh. Tujuh tahun. Itu kenapa saat Dara sudah bekerja, Laras baru akan kuliah.  Setelah berpakaian, Dara pun menaiki ranjang sambil memeriksa ponselnya. Ternyata ada beberapa pesan, di mana salah satunya adalah dari sahabat karibnya. Wanita gila yang meski durhaka pada beberapa orang, telah menjadi malaikat bagi diri Dara. Lucy, wanita yang sudah menikah dan hampir saja memiliki anak itu, mengajak Dara untuk ke salah satu hotel ternama pada akhir pekan. Tanpa dijelaskan Dara sudah tahu tujuan sahabatnya itu. Lucy adalah wanita cantik nan seksi yang terbiasa hidup mudah dan mewah. Dia memanfaatkan keunggulan fisiknya itu untuk membuat kehidupannya sesuai dengan yang dia inginkan. Sejak mereka di bangku kuliah, Lucy memang terbiasa dengan kehidupan liar, terutama karena keluarga wanita itu mengajarkan sikap matrealistis padanya. Beberapa kali, Dara hampir mati jantungan karena terlibat dalam masalah Lucy. Menjadi tameng, ojek, dan mata-mata telah biasa Dara jalani demi sang sahabat. Balasannya setimpal, perlakuan baik, persahabatan, dan bantuan keuangan. Beberapa kali Lucy memberikan uang yang jumlahnya terasa besar karena diberikan di saat Dara benar-benar butuh. Saat ayah Dara operasi batu ginjal, contohnya. Saat itu Dara masih baru saja lulus dan belum memiliki pekerjaan sedangkan orang tuanya tidak memiliki asuransi dan tabungan. Saudara mereka hanya bisa meminjamkan sedikit, dan sisanya dibantu oleh Lucy, tanpa pernah bisa Dara bayar karena Lucy memang tidak mau menerimanya.  “Kali ini sama siapa?” balas Dara di aplikasi pesan singkat itu. “Berondong tua wkwkwk ....” Dara tertawa kecil. “Kenapa nggak nikah aja tuh brondong coba. Bisa ena-ena tiap malem. :D.” “Ya bagus dong doi g nikah, jadi gue tetep kepake :P.” “Sinting!”   “Gimana? Minggu bisa kan? Dari pagi sampe malem kita standbyenya.” “Bisa kok. Guenya pas free juga.”  Pesan-pesan itu terus mengalir sampai akhirnya Dara pamit undur diri karena sudah mengantuk. Saat matanya perlahan menutup, bibirnya menyunggingkan senyuman.  Dalam benaknya, dia menertawai dunia yang gila. Lucy dengan paras yang cantik, tetapi perbuatan yang buruk, mendapatkan banyak hal bagus dalam hidupnya. Sedang dia, telah menjadi manusia baik hampir seumur hidupnya, dan tidak mendapatkan apa pun. Bergelar sarjana dengan nilai lumayan lulusan universitas negeri di kota ini tidak membuatnya berhasil mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari kasir sebuah toko kue. *** Minggu pun tiba. Dara berpamitan kepada keluarganya untuk pergi menemani Lucy belanja dan setelah itu langsung ke rumah Lucy. Setelah berpamitan pada Adam--suami Lucy--mereka pun beranjak. Dara mengekor saja saat Lucy ke resepsionis dan membuka kamar. Mereka menunggu di kamar itu sambil mengobrol sampai akhirnya Dara jatuh tertidur. Dan ketika terbangun, Lucy sudah tidak ada. Dara mencoba menghubungi ponsel sahabatnya itu, dan saat baru saja akan menekan tombol merah karena panggilannya terlalu lama tidak dijawab, terdengar suara dari seberang. “Ahh .... ” Desahan Lucy terdengar jelas bagi Dara yang sedang menajamkan pendengarannya. Wajahnya memanas saat geraman kasar yang sudah pasti dari pria yang menjadi pemesan jasa Lucy pun terdengar. Buru-buru Dara mengakhiri panggilan dan menarik napas panjang. Lucy pasti tidak sengaja. Dara segera ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air dingin.  Sialnya, desahan dan geraman tadi kembali berputar di kepalanya dan itu membuatnya membasah di bawah sana. Naluri kedewasaannya terpanggil. Dara menolak keras panggilan untuk “menyentuh diirnya sendiri” yang terasa begitu kuat. Bahkan denyutan di bawah sana semakin cepat dan mendesak. Dengan gerakan kasar dia mengambil tas sandangnya setelah memasukkan ponselnya ke dalam dan keluar dari kamar, berjalan dengan langkah tergesa menuju ke tempat yang lebih ramai agar pikiran liarnya luntur. Lima belas menit dia duduk seperti orang gila yang berulang kali bergerak gelisah sambil mengecek layar ponselnya, menunggu konfirmasi dari Lucy bahwa wanita itu telah selesai. Lalu, akhirnya Dara memutuskan untuk menggunakan cara yang lebih ekstrim untuk menghentikan panggilan liar dari tubuhnya. Dia pergi ke area gym dan berolahraga. Membuat tubuhnya yang mendadak menjadi jalang kelelahan.  Saat telah tidak mampu lagi melanjutkan, Dara pun menyudahi olahraganya dan mengecek ponsel dan mengumpat karena ternyata ada 10 pesan dan 5 panggilan tidak terjawab dari Lucy. Sambil menggigit bibir, Dara mencoba menghubungi sang sahabat. “Ya ampun, Dar .... Gue nyariin loh dari tadi!”  Suara itu tidak dari ponsel, melainkan dari belakang tubuhnya. Membuat Dara memutar secara perlahan tubuhnya dan kembali diserang dentuman jantung yang begitu kencang seakan mau meledak karena di hadapannya, berdiri Lucy dengan seorang pria yang sudah hampir pasti adalah pria yang tadi menggeram dalam upaya mengejar kepuasan bersama sahabatnya. Bayangan nakal terlintas begitu saja dan denyutan menyiksa itu kembali terasa. Dara yang wajahnya kembali memanas pun menundukkan kepala, menghindar dari keinginan untuk terus menatap dan meneliti pria yang tampak begitu menggoda di hadapannya. Dara sedang gila. Benar-benar gila karena dalam situasi yang seperti itu malah sempat-sempatnya membayangkan pria itu memesan dirinya dan mereka pun menggila bersama. Menjadi dua manusia yang menentang semua norma demi kepuasan liar. Tidak pernah merasa cukup. Saling bergerak, meraih, dan menghancurkan. Bersuara dengan lantang sehingga kepuasan itu semakin tidak terkendali.  Dara memejamkan matanya kuat sambil mengutuk dirinya dalam hati karena pemikiran-pemikiran bodoh itu sambil menarik napas panjang. Dan saat membuka mata, di mana kepalanya masih menunduk, dia mendapati sebuah tangan dengan warna putih kecoklatan dengan urat yang terlihat jelas. Spontan, Dara menaikkan pandangannya meneliti tangan itu terus ke atas sampai akhirnya bertemu pandang kembali dengan pria tadi. Pria yang sedang menatapnya dengan pandangan jenaka sekaligus mengintimidasi dengan aura jantannya.  “Danu ....”  ucap pria itu dengan suara serak yang mampu membuat lutut Dara menjadi lemah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Everything

read
278.3K
bc

Noda Masa Lalu

read
184.2K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.0K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook