bc

His Obsession [INDONESIA]

book_age18+
4.5K
FOLLOW
54.1K
READ
possessive
contract marriage
escape while being pregnant
love after marriage
pregnant
CEO
tragedy
sweet
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Claretta Rinjani, seorang pekerja pengantar minuman di salah satu club malam ternama di kota London. Gadis yang sangat menjaga mahkota berharganya.

Sebuah insiden di suatu malam membuat hidupnya berubah 180°. Seorang laki-laki asing yang tidak lain adalah p*******n di club, tega melecehkan dirinya ketika ia sudah selesai bekerja dan akan pulang.

Setelah kejadian mengerikan itu, Claretta merasa hidupnya benar-benar tidak berguna dan sangat kehilangan harapan. Mirisnya, ia mendapati dirinya hamil di luar nikah. Jika kehidupan sehari-harinya saja ia kesusahan mengelola keuangan, apalagi ketika ia punya bayi?!

Dapatkah Claretta mempertahankan calon bayinya ditengah perekonomiannya yang buruk? Ditambah kemunculan lelaki b***t yang melecehkan dirinya. Yang ternyata lelaki itu sangat berbahaya dan kejam. Lelaki yang rela mendapatkan sesuatu dengan berbagai cara, termasuk mengikat Claretta agar menjadi miliknya seorang.

chap-preview
Free preview
01. Something Bad
SELAMAT MEMBACA. *** Claretta menatap nampan di tangannya dengan pandangan kosong. Kini sudah hampir jam dua belas malam, tetapi pekerjaannya tak kunjung selesai sejak tadi. Sejak pagi tadi ia telah bekerja dan tenaganya benar-benar sudah terkuras sekarang, ia butuh istirahat. Tapi pekerjaannya tidak mengizinkannya beristirahat barang semenit. "Cla, antarkan minuman ini di ruangan 4 lantai dua!" seru Aston, sang bartender sekaligus teman dekat Claretta. Claretta tersentak lalu mengangguk kaku, ia menatap nampan ditangannya yang sudah berisi beberapa botol minuman dan gelas. Di dalam benak Claretta, ia menerka-nerka minuman jenis apakah yang akan ia antarkan ini? Pastilah sangat mahal, mungkin gajinya sebulan pun tak sanggup membeli minuman itu. "Hey, kau melamun?" Aston melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Claretta. Sekali lagi Claretta tersentak. "Maaf aku melamun. Akan ku antarkan." Dengan langkah lambat ia berjalan menuju lantai dua ruangan nomor empat. Sebelum masuk, Claretta merapalkan doa agar selalu dilindungi Tuhan dari beberapa p****************g yang berada di dalam ruangan. Tok... Tok... Tok... Tak ada sahutan, Claretta pun memberanikan diri membuka pintu dan masuk sambil menenteng nampan berisi beberapa botol alkohol. Matanya gadis itu terbelalak kaget melihat sekitar empat orang pria dengan beberapa wanita cantik di sebelahnya. "Hey, kemarilah gadis cantik!" seru salah satu pria yang duduk di sofa. Claretta tebak, pasti pria itu sudah setengah mabuk. Dengan ragu-ragu Claretta berjalan mendekat. Kepalanya menunduk, merasa merinding berada di ruangan ini, terlebih ia melihat beberapa tatapan pria mengarah padanya. Sungguh menyeramkan! Claretta menaruh nampan berisi minuman alkohol itu di meja dengan gerakan cepat. Setelah itu ia bersiap-siap pergi dari ruangan itu. "Hey, kau mau ke mana? Di sini saja lah dulu, jangan langsung pergi," cegat salah satu pria dengan wajahnya yang menyeringai tangan pria itu menahan tangannya. Claretta bergidik ngeri melihatnya. "L-lepaskan!" Ia menepis kasar tangan pria itu. "Sudahlah Jack, biarkan dia pergi," celetuk salah satu pria lainnya. Claretta hanya diam mematung. Pria yang dipanggil Jack itu mendengus lalu berbalik dan menjauh dari Claretta. Melihat pria bernama Jack itu menjauh, Claretta pun ngacir keluar dengan cepat. Ia tidak ingin hal buruk terjadi. Dengan langkah gontai, Claretta kembali ke lantai bawah menghampiri Aston yang masih sibuk membuat beberapa minuman yang ia kurang tahu minuman jenis apakah itu. "Cla, bos bilang kau sudah boleh pulang," ujar Aston tanpa menatap Claretta. Mata Claretta berbinar. "Benarkah?" Aston mengangguk. "Pulanglah segera, dan tidur. Besok kau lanjut pekerjaanmu," sahut Aston. Claretta mengangguk. "Baiklah aku pulang dulu, selamat bekerja Aston!" Aston mengangguk. "Hati-hati, Cla." Claretta pun mengacungkan jempolnya lalu memberikan kiss bye dari jauh untuk Aston. Setelah itu Claretta berjalan keluar dari Club. Claretta berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi, hanya sekitar satu atau dua kendaraan yang lewat di jalan itu. Claretta tidak takut sama sekali, karena ia sudah terbiasa pulang larut seperti ini. Sekitar dua puluh menit kemudian, ia sampai di sebuah flat kecil miliknya. Tanpa mengganti baju atau membersihkan dirinya terlebih dahulu, ia langsung merebahkan diri ke tempat tidur dan menutup matanya yang sudah mulai berat. *** Sinar matahari masuk lewat celah-celah tirai jendela membuat tidur Claretta sedikit terganggu. Claretta mengerang kecil lalu perlahan kelopak matanya terbuka. Ia merubah posisinya menjadi duduk lalu merentangkan tangannya. Matanya melirik jam di atas nakas samping tempat tidurnya. 07.30 a.m. Matanya terbelalak kaget melihat jam kini pukul setengah delapan pagi. Hei, pekerjaannya di cafe sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu! Tanpa membuang waktu lagi ia berlari kencang menuju kamar mandi dan bersiap-siap dengan cepat. Ia harap bosnya kali ini tidak marah karena dirinya terlambat lagi. Sepuluh menit kemudian dia sudah selesai dengan baju kemeja berwarna hitam putih dan dengan celana jeans. Ia langsung keluar dari flat kecilnya menuju cafe yang letaknya tak jauh dari flat. "Cla, kau terlambat lagi?!" pekik Sania heboh, penjaga kasir di cafe ini. Claretta mengatur napasnya yang terengah-engah lalu menatap Sania cemas. "Apa bos sudah datang?" Sania menggeleng membuat Claretta bernapas lega. "Aku akan menaruh tasku dulu. Jangan bilang pada bos kalau aku telat!" Sania hanya mengangguk kecil. Claretta berjalan ke salah satu ruangan belakang cafe di mana tempat loker pegawai berada. Ia memasang apron kecil di pinggangnya dan menyanggul rapi rambutnya yang tadinya tergerai. Setelah siap, ia langsung keluar dan membantu beberapa temannya yang lain melayani pelanggan karena cafe mulai ramai pengunjung. "Cla, antarkan ini ke meja nomor sembilan dekat jendela!" titah Barbara, sang chef di cafe ini. "Baik!" Claretta mengambil tiga piring yang berisi telur, sosis dan daging dan beberapa kue kering seperti croissant dan puff pastry. Dengan hati-hati ia menaruh nampan makanan itu di meja sang pelanggan yang hanya dua orang. Sepertinya mereka sepasang kekasih, pikir Claretta. "Selamat menikmati," ujar Claretta pelan. Setelah itu ia kembali ke pekerjaannya yang lain di belakang. Membantu Barbara dan melayani pelanggan yang baru datang. *** "Aku tidak mau tahu! Berita ini harus sudah lenyap dalam waktu satu jam!" Seorang pria bersetelan jas berwarna hitam dengan dasi yang sudah tak terpasang rapi membentak sekretarisnya. Ia melepaskan dasinya dengan kasar. Dia Axelino Maxwell, pengusaha muda yang sukses dan banyak digilai oleh para kaum hawa. Axelino memiliki semuanya, kekayaan dan kekuasaan. Ia bisa melakukan semua yang ia suka dan ia inginkan sesuka hatinya. Mood nya pagi ini yang baik tiba-tiba berubah buruk saat melihat suatu artikel sampah yang membicarakan tentang dirinya. Axelino Maxwell, sang pengusaha muda yang tampan dan sukses ternyata adalah gay. Hei, apakah ada lelucon yang lebih lucu daripada ini?! Ia masih normal, masih menyukai wanita. Hampir tiap malam bersama dengan wanita yang berbeda tiap harinya. Tentu saja untuk memuaskan dirinya dan melihat hiburan. Artikel sampah itu sungguh membuat harga dirinya sebagai pria benar-benar terinjak. "Apa kau dengar apa yang aku katakan, Adam?" desis Axelino dengan tajam. Adam, sang sekretaris sekaligus tangan kanan Axelino mengangguk dengan cepat. "Saya mengerti, akan saya selesaikan masalah ini, Tuan." Setelah mengucapkan kalimat itu, Adam langsung pergi keluar ruangan Axelino. Axelino tidak bisa fokus kembali pada pekerjaannya karena artikel sialan itu sungguh membuat mood nya hancur untuk bekerja. Axelino meraih kunci mobilnya yang terletak di meja dan pergi keluar ruangannya. Ia akan berjalan-jalan sebentar dan mungkin ia akan pergi ke club nanti malam. Langkah kaki Axel yang besar membuatnya sampai di parkiran dengan cepat. Ia pun mengendarai mobilnya mengelilingi kota Los Angeles yang tidak terlalu padat mengingat ini masih merupakan jam kantor. Drrttt... Drrttt... Axelino melirik ponselnya yang berbunyi di jok samping, ia meraih ponselnya dan menggeser icon berwarna hijau. Pria itu meletakkan ponselnya diantara tangan dan telinganya. "Ada apa?" tanya Axelino singkat. Ia memberhentikan laju mobilnya dan menepi. "Temui aku di cafe DaFlorist, Xel," ujar seorang wanita dari seberang. "Aku sedang sibuk, Ele," tolak Axelino dengan nada suara yang datar. Terdengar desahan kecewa dari seberang, tapi Axelino tidak peduli. "Ayolah, Xel. Temui aku di cafe itu, aku yakin informasi yang ku berikan pasti berguna untukmu," bujuk wanita yang dipanggil Ele tadi oleh Axelino. Axelino menghela napas pasrah. "Baiklah, sepuluh menit lagi aku sampai." "Okayy!" Setelah itu sambungan telepon pun putus. Axelino kembali melajukan mobilnya membelah jalanan. Sekitar lima belas menit kemudian, Axelino tiba di cafe DaFlorist. Ia. Mengedarkan pandangannya mencari sosok Eleanor di cafe ini. Mata Axelino terkunci pada satu titik yang sedang melambai padanya, itu Eleanor. "Ax, di sini!" seru Eleanor keras membuat beberapa tatapan pengunjung cafe mengarah padanya. Tapi wanita itu tak peduli. Axelino berjalan mendekati meja Eleanor, tapi seseorang tiba-tiba menubruk tubuhnya dan membuat jas beserta kemeja basah oleh minuman yang dibawa oleh orang itu. Axelino memejamkan matanya, berusaha untuk tidak emosi dan memaki orang yang menabraknya. Ia berbalik dan menatap sosok yang membuat bajunya basah. Sejenak ia terdiam saat melihat sepasang manik mata berwarna hazel seorang gadis menatap dirinya dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran. "Oh tidak, maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja," melas gadis itu, tangannya mencoba membersihkan sisa-sisa air dengan gerakan kaku. "Kalau tidak becus jangan kerja di sini dong! Kau lihat itu, baju temanku jadi basah!" semprot Eleanor, wanita itu datang menghampiri Axelino dan marah pada pelayan wanita yang ceroboh itu. Sungguh Claretta merasa bingung dan takut sekaligus. Apakah ia akan dipecat? Ya tuhan, kenapa ia ceroboh sekali sih?! "S-sekali lagi saya minta maaf Tuan, saya tidak sengaja." Lagi, Claretta meminta maaf. Axelino hanya diam, memandang gadis pelayan yang sedang cemas dan takut mungkin? Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Axelino berlalu pergi dan tidak lupa menarik tangan Eleanor agar berjalan mengikutinya. Melihat kepergian pelanggan cafe yang disebabkan oleh kesalahannya membuat Claretta benar-benar merasa bersalah. Terlebih Claretta melihat pandangan dingin pria itu, tapi ia bersyukur pria itu tidak meluapkan amarahnya pada dirinya. Lain kali kalau aku bertemu dengannya aku harus meminta maaf lagi padanya! ㅡbatin Claretta penuh tekad. *** To be continued... Thanks for reading guys! See you in next chapter! ^^

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.8K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.5K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
335.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook