Part 5

2669 Words
* * * * * * * * * Part 5 * * * * * * * * *   Ah, kayaknya Vale masih dendam sama Bhisma. Awas aja nanti, ia pasti akan membalas dendam pada cowok itu bagaimana pun caranya. Vale tengah berpikir keras untuk aksi balas dendamnya pada Bhisma  yang  j e l a s   akan lebih parah dari apa  yang ia dapatkan hari ini. Akan ia buktikan pada cowok curut itu, siapa lawannya  yang sebenarnya agar Bhisma  tidak  bisa semena mena lagi. Ia kesal setengah mampus, kenapa sih masa SMA nya harus ada nama Bhisma  yang  h a n y a   membuatnya menjadi emosi berkepanjangan? Bagaimana jika selepas lulus SMA, bukan mendapat ilmu  yang melimpah ruah sebagai bekal untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya, Vale malah darah tinggi  karena  terlalu sering berhadapan dengan Bhisma  yang selalu sukses memancing emosinya untuk keluar hingga ke puncak. Nyaris  tidak  pernah Vale  tidak  terbawa emosi jika hal itu berurusan dengan Bhisma, segala sesuatu, tindak tanduk cowok itu, selalu sukses membuatnya ingin menghajar Bhisma detik itu juga. "Tumben--" kata Lala  yang  tidak  sempat menyelesaikan ucapannya saat Vale baru saja duduk di bangkunya beberapa detik, lalu berusaha mengatur pernapasannya agar se tidak nya ia menjadi seDikit waras setelah meladeni manusia sakit jiwa macam Bhisma. "--Jangan tanya! Lagi gak mood!" Vale segera memotong cepat. Suaranya terdengar dingin  dan  jutek, pertanda bahwa cewek itu memang se dan g  tidak  suka di ajak bicara  karena  rasa kesalnya  yang suda membuncah. Jika Lala memaksa untuk bicara, bisa bisa cewek itu menjadi korban amukan Vale  yang se dan g terbawa emosi  karena  ulah Bhisma. Vale  j e l a s   tidka mau menyeret manusia tak berdosa seperti Lala ke dalam pusaran amarahnya, terlebih Lala merupakan temannya  yang se tidak knya masih waras.  tidak  seperti Vio  yang kewarasannya bersisa separuh. Jika bisa memilih, Vale ingin seribu teman seperti Lala, pasti hidupnya akan damai  dan  tentram. "Oke, oke, tapi--" Lala masih berusaha untuk berbicara, terlihat  tidak  rela  karena   tidak  menemukan jawaban apa pun sejak Vale terlihat datang terlambat seperti orang kesetanan. Pasalnya Vale jarang terlambat, cewek itu sepenuhnya sadar bahwa rumahnya lumayan jauh dari sekolah, maka dari itu Vale selalu berangkat lebih pagi dari rumah agar  tidak  sampai ke sekolah dengan terlambat. Sudah pasti ada  yang  tidak  berse kan jika seolah Vale bisa terlambat dengan raut wajah sebete ini. Meski Lala bisa menebak satu satunya alasan  yang pasti bisa membuat Vale seperti ini. The one and only, tentu saja siapa lagi jika bukan Bhisma si manusia tengil  yang memiliki hobi tertinggi untuk mengganggu Vale. Seolah hidup Bhisma memang di dedikasikan untuk mengusik ketenangan hidup Vale. "--Lala... gue cape. Pengen istirahat bentar, lo gak tau sih apa  yang gue alamin tadi pagi." Vale menjatuhkan kepalanya keatas meja, menutup matanya sebentar,  dan  membukanya lagi untuk melihat kedua sahabatnya itu dengan tatapan malas. "Kalo ada Madam Nano-Nano, bangunin gue ya." Pintanya pada kedua temannya  yang cukup akrab di kelas. Cewek itu memastikan sejenak ke depan kelas, untuk melihat apakah madam nano nano sudah kembali ke kelas atau belum. Ia bernapas lega saat melihat keberadaan madam nano nano belum di temukan,  yang artinya guru itu belum kembali lagi ke kelas. Sebisa mungkin Vale memanfaatkan waktu itu untuknya berisitrahat meski  h a n y a   dalam waktu singkat, sebab madam nano nano sudah pasti akan kembali lagi ke kelas mengingat jam pelajarannya belum habis. Jika sampai guru itu sudah kembali, sudah pasti Vale akan duduk tegak bak angkatan prajurit  yang siap perang, sudah di bilang kan Vale  tidak  mau mencari gara gara dengan guru tersebut. Perjalanan akademis Vale harus aman aman saja  dan   tidak  akan mencari kehebohan  karena  membangkang terhadap guru di kelas. Sebab jika nanti hal tersbeut membuat heboh, lalu orang tuanya di panggil ke sekolah, siapa  yang akan datang? Pembantu? Vale terkekeh geli dengan jalan pikirannya sendiri saat mengingat kedua orang tuanya  yang sibuk  l u a r   b i a s a  , sehingga waktu mereka di rumah  h a n y a   tersisa untuk ribut  dan  ribut sepanjang hari. Peman dan gan tersebut nyaris menjadi hal  yang lumrah, Vale menyaksikannya nyaris setiap hari, seperti menonton cuplikan sinetron Indonesia  yang gemar berteriak dengan dramatis. Bagus juga Vale dapat tontonan drama gratis setiap harinya. "Vale kayak orang mabuk ya, La. Serem deh. Vio takut." Vio si anak maha lemot itu mulai bersuara,  yang rasanya menambah kepala Vale makin sepaneng. Vale  yang se dan g menjatuhkan kepala di meja nyaris bangkit lagi  dan  akan melemparkan Vio dengan tasnya  yang berisi banyak buku. Vio ini otaknya gak bisa di upgrade Dikit apa ya. Biar seumur hidup kerrjaannya gak C u m a bikin orang kesel terus menerus. Mungkin Vale akan sujud syukur jika Vio bisa seDikit saja lebih cepat konek dengan segala sesuatu  yang dibicarakan orang orang. Entah orang tua Vio memakan apa saat ngidam anak itu, hingga Vio seolah kekurangan vitamin sehingga daya pikirnya menjadi selemah ini. Ya ampu, Vale sudah kelewatan. Pikirannya memang sering jahat tanpa perlu di utarakan. Vale buru buru meminta maaf dalam hatinya  karena  sudah keterlaluan mengomentari Vio. Biar bagaimana pun juga, Vio adalah sahabatnya  yang tentu saja baik hati. Vale merasa bersalah telah berpikiran hal tersebut. Maafkan aku yaa Vioku sayang, Vale jahat dalam hati doang kok, gak sempet ngomong malah. "Vio.... Gue denger apa  yang lo omongin!" bentak Vale galak. Hormonnya hari ini memang se dan g  tidak  baik, sehingga segala sesuatunya jadi terlihat serba salah. Seolah  yang benar di dunia ini  h a n y a   Vale doang. Tapi Vio memang nyebelin, lemotnya keterlaluan, Vale sampai ingin meremas wajahnya jika se dan g kesal setengah mati, tapi tentu saja hal tersebut  tidak  mungkin dilakukannya. Bisa bisa Vale di anggap psikopat  karena  bertindak seperti itu terhadap teman sendiri. Padahal Vio sungguh sungguh kebingungan  dan  memang cara kerja otaknya  yang  l u a r   b i a s a   lambat. Sementara Lala berusaha untuk  tidak  tertawa demi menjaga ketenangan kelas ini, Vio malah menundukan kepalanya, kalo udah kayak gini pasti nih anak takut. Kasian juga Vio, udah lemot harus tertekan  karena  Vale  yang sering bersikap galak. Ya abis Vio juga nyebelin sih, coba pinter Dikit. Rickyiit aja. Mungkin Vale gak akan emosi terus. Ini boro boro, setiap perkataan orang lain serasa harus di j e l a s  kan pada Vio agar cewek itu memahaminya. Kan jika se dan g kesal, emosi, ya pasti Vio kena bentak  dan  omel dong. Ka dan g Vale juga kasihan sih, tapi ya gimana, lumayan deh buat melatih mental Vio. Hem, gue aja sempet bingung, kenapa Vale bisa milih orang lemot sekaligus penakut kayak gini jadi sahabatnya. Tapi, iya sih, ka dan g-ka dan g Vio itu lucu. Menghibur. Batin Lala tersenyum. Mengingat sosok Vio  yang memang seperti itu a dan ya. Hal baiknya, Vio sangat jujur. Jika ada  yang mengajak Vio berbohong, hal tersebut akan sulit berjalan dengan baik. Sudah pasti Vio akan membocirkan semua rahasia  yang ia ketahui. Vio memang gak akan pantas jadi agen rahasia  yang menyelinap di kan dan g lawan, bisa bisa kelompok  yang dimiliki Vio akan menjadi tumbal sang lawan lantaran kepolosan cewek itu  yang malah menjerumuskan orang lain ke dalam masalah  yang sulit. Vio sungguh harus di jaga ekstra hati hati jika  tidak  ingin terjebak ke dalam lingkup pergaulan  yang salah  dan  menyesatkan. "Dia lagi dateng matahari, Vio." Kata Lala berusaha menjawab pertanyaan Vio, agar cewek itu  tidak  cemberut akibat dibentak Vale. Haduh, Vale salah nyebut lagi. Mana ngerti Vio pake perumpamaan kedatangan matahari, bakal panjang nih urusan. Vio pasti bakal bahas kebingungannya, kan jadi aneh kalo diper j e l a s   lagi. Kenapa Vio gak langsung mencerna pada pernyataan pertama aja sih? Nasib banget harus punya temen kayak gini, kayaknya Lala juga mulai gak sanggup untuk menanggapi Vio  yang lemot  l u a r   b i a s a  . Tapi ia buru buru mengusik pikiran itu, ya ampu mereka kan berteman sudah sejak lama. Baik lah ini  h a n y a   terbawa emosi aja  karena  Vio benar bener bikin orang kesal terus dengan kelemotannya  yang tiada akhir. Rasanya kalo ada obat buat mengatasi kelemotan Vio, Lala akan membelikannya dengan segera. Vio  yang duduk dibelakang Vale  dan  Lala  h a n y a   menatapnya bingung. Pasti lagi lola, batin Lala lagi. "Emang, bisa gitu, matahari datengin Vale? Panas dong pasti." Sahutnya lagi semakin  tidak  masuk akal, namun ucapannya terdengar polos, membuat  yang mendengarnya mempercayai bahwa Vio memang  tidak  mengerti dengan ucapan Lala. Ampun banget emang ngadepin Vio, diperlukan kesabaran ekstra  l u a r   b i a s a  . Beruntumg Vale  dan  Lala sudah berlatih sabar setiap kali menghadapi Vio, meski sesekali masih merasa emosi tapi mulai bisa lah di atur Dikit Dikit,  dan  mensugesti diri sendiri untuk  tidak  marah,  tidak  marah. Vio lemot natural, Vio g****k dari lahir, jadi gak boleh marah. Tarik napas  yang dalem, tahan, keluarkan. Oke. Vio udah biasa kayak gitu jadi gak boleh marah, mereka juga sudah biasa kan menghadapi kelakuan aneh Vio. Hal tersebut berusaha ditanamkan Vale  dan  Lala jika mulai kesal dengan Vio,  dan  beruntung sampai saat ini masih bekerja dengan baik sehingga mereka masih sanggup menghadapi Vio. "Iya,  dan  bentar lagi, mataharinya bakalan datengin lo juga,  dan  bakar lo sekalian." Kata Lala mencoba menakuti Vio. Yaudah lah ya, sekalian aja di isengin. Paling juga Vio gak sadar  dan  takut benera, lumayan juga kan hiburan. Dari pada di bawa stres  karena  kesal, mending seenggaknya di bawa asik saja deh. Lala benar benar sudah berdamai dalam menghadapi sikap Vio  dan  bisa menanggapinya dengan seperti itu. Namun, berbeda dengan Vale  yang masih sering mengedepankan emosinya  karena  tak sabar dengan ulah Vio  yang semakin hari semakin aneh saja  dan  Vale sulit sekali memahaminya. Tapi Vale tetap kuat, Vale hebat kan bisa bertahan temenan sama Vio hingga detik ini. Ia harus mengapresiasi dirinya sendiri atas pencapaian  yang sangat  l u a r   b i a s a   ini. Setelah diam beberapa saat, Vio menyadari bahwa dirinya telah dikerjai oleh Lala, sambil mengembungkan pipinya  yang chubby itu, dia menatap Lala kesal,  dan  langsung memalingkan wajahnya untuk  tidak  menatap Lala  yang sekarang sudah siap untuk menyemburkan tawanya. Ah, Vio oon dasar! Vale akhirnya turut tertawa melihat wajah Vio  yang tampak kesal  karena  sadar dikerjai. Kalo lagi gini emang kelihatan lucu sih Vio, gak ngeselin banget. Emang enak dikerjain Lala, gak tau aja kita latihan mempertebal keimanan setiap di dekat Vio  karena  emosi banget. Kalo gini kan seenggaknya seimbang, gak C u m a Lala  dan  Vale  yang kesel sendirian. Ia bisa merasakan balas dendam  karena  Vio juga ikut kesal diisengi oleh temannya itu. Padahal yaa salah Vio juga kenapa gak paham, itu kan C u m a masalah matahari, ya kalo kedatangan matahari artinya dateng bulan dong. Itu  j e l a s    j e l a s    h a n y a   plesetan, tapi Vio tak mampu memahaminya. Ia jadi penasaran cowok kayak apa  yang bakal tabah buat nemenin Vio kelak. "Gak lucu tau, Lalaaaa....!!!" teriak Vio sebal, dengan matanya  yang memicing  dan  bibir mengerucut. Cewek itu melipat kedua tangannya seraya bersedekap, menunjukan bahwa Vio benar benar bete dengan sikap Lala  dan  vale  yang turut menertawainya. Se dan g menurut Vio  tidak  ada  yang lucu. Lala emang jahat, bisa bisanya bohongin  dan  mainin Vio kayak gini. Padahal Vio kan beneran gak paham, tinggal  j e l a s  in Dikit aja kek. Padahal kan gak ada salahnya menolong orang, nanti Lala bisa dapet pahala  yang berlimpah  karena  sudah menolong Vio. Vio akan teringat selalu jasa jasa Lala, sehingga Vio akan berdoa tentang Lala seumur hidupnya. Dari samping jendela, tepatnya di luar kelas, Lala menangkap bayangan madam nano nano  yang sudah tengah berjalan di koridor untuk kembali memasuki kelas. Langkahnya tampak cepat untuk bisa mencapai ke pintu kelas  yang sebenarnya masih jauh, tapi  karena  langkahnya  yang panjang panjang membuat guru tersebut kini sudah menyentuh gagang pintu untuk memasuki kelasnya  yang ia tingga beberapa saat lalu untuk keperluan  yang lebih urgent. Tubuh Lala seketika menegak, lalu tangannya segera bergerak untuk mengguncang bahu Vale  yang kini masih merebahkan kepalanya di atas meja  karena  kelelahan saat datang tadi,  dan  mereka gak tau apa alasan Vale kelelahan  karena  belum cerita. “Val! Val! Vale! Madam nano nano dateng, cepet bangun!” seru Lala seraya mengguncang bahu Vale  yang masih menyender di meja. Kepalanya terasa berat sekali untuk terangkat seolah sudah lebih nyaman berada dalam posisi tersebut dari pada menegak. Seperti ada magnet  yang diletakan di meja, sementara kepala Vale sebagai kutub  yang bersebrangan dari meja tersebut sehingga membuat kepalanya dengan meja di kelas ini tarik menarik menguatkan diri. Pikiran Vale semakin melantur dengan pembahasan  yang  tidak  berguna, vale juga menyadarinya. Maka dari itu, Vale  tidak  memberikan usul apa pun. Cewek itu  h a n y a   buru buru menuruti perintah Lala untuk segera bangun dari rebahannya. “Oke, thank you Lala.” Sahut Vale tanpa banyak komentar  dan   h a n y a   bangun dari rebahan kepalanya. Tubuhnya segera menegak  dan  melihat ke depan kelas, ia menangkap sosok madam nano nano  yang sudah kembali ke singgasananya  yang  tidak  mewah itu. Madam nano nano terlihat mengedarkan pan dan gan ke seluruh isi penjuru kelas seolah mengabsen satu persatu siswa  yang ada di kelas ini dengan matanya, Vale jadi takut  dan  khawatir madam nano nano menyadari ke tidak  hadirannya sebelum ini. Semoga saja madam nano nano gak sadar  dan  gak merhatiin amat. Vale berdoa dalam hati dengan sungguh sungguh agar doanya di ijabah Tuhan. Pa dan gan madam nano nano kini benar benar mengarah kepa dan ya, Vale berusaha tenang  dan  tetap santai,  tidak  boleh terlihat mencurigakan. Vale harus percaya diri meski ia salah, sebab jika Vale ketakutan  yang ada dirinya malah makin di serang, Maka dari itu Vale memasang wajah serius seolah olah se dan g mendengarkan pen j e l a s  an Madam nano nano sejak tadi. Tentu saja agar  tidak  terlihat mencurigakan, seperti kata pepatah, biar salah  yang penting sombong. Pepatah mana sih  yang bilang gitu, kayaknya Vale ngarang deh, gak ada  yang ngomong gitu kok. Oke Vale bener bener udah ngelantur pembahasannya  dan  gak  j e l a s   ngomongin apa. “Valena?” panggil madam nano nano seraya menyebutkan namanya, sambil membenarkan kaca mata milik guru tersebut. Vale  yang terkejut seketika menegak. Matik! Matik! Jangan jangan madam nano nano menyadari absennya ia sejak tadi  dan  baru muncul. Namun, Vale berusaha menyembunyikan ketakutannya  dan  memilih untuk menjawab ucapan Madam nano nano terlebih dahulu. “Ya, Madam?” tanya Vale berusaha terlihat  tidak  berdosa. Madam nano nano tampak diam sebentar,  yang membuat Vale merasa deg degan banget  karena  takut ketahuan. “Tolong hapuskan papan tulis.” Kata Madam nano nano lagi seraya menunjuk papan tulis  yang sudah banyak coretan akibat dari pen j e l a s  annya. Ucapan tersebut kontan membuat mata Vale membulat. Ya ampun, Dikira apaan. Vale sudah panih aja, takut diingat  dan  di omeli di depan kelas. Ternyata C u m a mau ngapus papan tulis, Vale bersyukur sebanyak banyaknya  karena  doanya  yang diijabah itu. Ternyata ketakutannya  tidak  menjadi nyata  dan  madam nano nano  tidak  menyadari tentang keberadaannya  yang memang baru datang itu. Beruntung madam nano nano  tidak  seteliti itu, mungkin guru itu  h a n y a   berusaha terlihat galak agar ditakuti murid murid, padahal ia gak teliti amat. Padahal tadi madam nano nano sempat bertanya pada Vio,  dan  tempat duduk Vale kan dekat Vio. Tapi madam nano nano lagi lagi  tidak  menyadari hal itu. Bagus deh ! bagus banget malah, jadi Vale bisa bernapas dengan tenang. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD