BAB 6 : TAMPAN TAPI HANYA SOPIR

1108 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  "Sayang..."   Rara memanggil Queen yang tengah ada di kamarnya. Sejak pulang dari kampus siang tadi   Queen tidak keluar dari kamarnya, bahkan hanya sekedar makan. "Ada apa Mi?"  "Di luar ada temannya Queen."  "Teman siapa Mi? Tidak biasa nya ada teman Queen datang, Queen tidak ada janji mengerjakan tugas Mi." Jawab Queen dengan nada yang sangat malas. "Kenapa sayang, kamu masih sakit kok lemas gitu?"  "Queen malas Mi." "Temui dulu temannya sebentar. Nanti kalau Queen lelah mau tidur minta dia pulang." Rara membujuk Queen untuk mau bertemu dengan temannya. "Siapa sih Mi?"  "Siapa ya tadi namanya, Ardan atau Adan gitu lupa mami."  "Hahhh ngapain si Ardan datang Mi?"  "Ya Mami tidak tau sayang, makanya Queen temui dulu." Akhir nya dengan berat hati Queen keluar dari kamar untuk menemui Ardan. "Ardan ngapain kesini?"  Queen melihat Ardan tengah duduk di ruang tamu rumah nya sendiri.  "Aku cuma mau main aja Queen, kamu tidak suka aku datang?"  "Ardan tau dari mana rumah Queen?"  "Mencari tau alamat rumah mu itu mudah Queen." "Lalu Ardan mau apa ke rumah Queen? Maaf ya Ardan, Queen ngantuk mau tidur. Bukannya Queen tidak suka Ardan main kesini tapi Queen benar - benar lelah." Bersamaan dengan itu, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Tak lama kemudian Rey masuk kedalam rumah, bersama 4 orang pengawal nya.  "Papi baru pulang?" Queen bertanya saat melihat Rey masuk.  "Iya sayang, ini siapa?" Rey memandang tajam ke arah Ardan yang tengah duduk. Ardan yang menerima tatapan tajam dari Rey sedikit segan dan takut. "Ternyata yang di bicarakan anak- anak di kampus bukan hisapan jempol, papi Queen benar - benar mengerikan." "Saya Ardan Om, teman nya Queen." Ardan memberanikan diri untuk bersalaman dengan Rey. Melihat sikap Rey yang menyeramkan menurut Ardan membuat nyali Ardan yang awal nya bergelora untuk datang kerumah Queen seketika menciut. "Saya Papi nya Queen," ucap Rey pendek.  "Papi masuk Sayang. Jangan keluar malam, dan jangan begadang. Panggil penjaga atau Papi kalau butuh sesuatu."  "Iya Papi," jawab Queen. Ardan yang melihat kepergian Rey merasa sedikit lega, dia dapat melihat tatapan yang tajam sarat ketidak sukaan kepada nya. "Ya sudah kalau begitu Queen, Aku pulang dulu ya sudah malam juga." "Iya Ardan hati- hati ya.  " Setelah berpamitan Ardan pun memutuskan untuk pulang. Setelah melihat mobil Ardan keluar pekarangan rumah Queen, tiba – tiba pandangan mata Queen melihat Sakti yang tengah duduk di gazebo sibuk memainkan ponsel nya. “Kok baru tau ya kalau Mas Sakti punya handphone, selama ini tidak pernah lihat dia pegang handphone." Queen pun memutuskan untuk pergi kekamarnya. Dari jendela kamarnya Queen kembali mengamati Sakti yang masih duduk di tempatnya yang tadi. "Belum tidur baby?" Rey masuk kekamar Queen dan Melihat Queen yang sedang berdiri di dekat jendela.  "Papi…"  "Sudah pulang teman mu Sayang?"  "Sudah Pi..."  "Ada apa dia datang?"  "Kemarin dia bilang suka sama Queen Papi."  "Lalu?" Rey meminta putrinya untuk meneruskan ceritanya. "Dia datang kesini Papi."  "Queen suka sana dia?" tanya Rey. "Queen Tidak tau Papi, tapi seperti nya tidak." "Apa Queen menyukai orang lain?"   "Sepertinya Queen mulai menyukai orang lain Papi "  "Sekarang Queen tidur, jangan pikir kan yang lain."  "Selamat malam Papi ..."  "Selamat malam sayang ..." **** Queen mengamati Sakti yang sejak tadi fokus dengan kemudi nya. Queen benar - benar gugup, apa yang terjadi dengan jantung nya yang terus berdetak tidak menentu. Kemana dia kemarin- kemarin, kenapa baru sekarang jantung nya tidak normal ketika berada dekat dengan Sakti. Kenapa ketampanan Sakti semakin meningkat, dan Queen selalu terbayang pelukan hangat Sakti ketika memeluknya.  Queen beberapa kali menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pemikirannya tentang segala hal tentang Sakti. Semalaman dia tidak tidur, dan kepalanya sedikit pening pagi ini. "Mas Sakti boleh Queen bertanya?"  Akhir nya Queen memberanikan diri untuk bertanya, memutuskan untuk menjawab rasa penasarannya. Sakti hanya mengangguk sebagai jawaban. "Apa Mas Sakti sudah menikah?" Queen berusaha mengeluarkan suaranya setenang mungkin. Berharap- harap cemas dengan jawaban yang akan Sakti berikan. Sakti tidak menjawab, namun hanya sebuah gerengan kepala yang dia berikan sebagai jawaban. Queen merasa lega, entah kenapa inilah jawaban yang dia inginkan. "Tapi saya punya calon istri Non."  Tambahan jawaban yang Sakti berikan seketika memutus senyuman yang Queen berikan. "Apa cantik?" Tanpa Sadar Queen mengeluarkan pertanyaan tersebut  "Sangat," jawab Sakti pendek. Queen sangat kesal ketika mendengar jawaban Sakti. "Hei Queen memang nya apa yang kamu harapkan. Ya dia hanya tampan, tapi dia hanya seorang supir. Kenapa Queen suka dengannya, kalau Queen mau Queen bisa mendapatkan yang lebih dari dia. Kenapa Queen harus sedih hanya karena hal seperti ini, cihhh biarkan saja dia bersama calon istrinya.." Batin Queen bersuara. Bagian dari diri Queen yang lain mengingatkan akan harga diri Queen dan posisi Sakti. Seolah tidak lah pantas jika Queen bersama Sakti ataupun Sakti bersama Queen. Mereka bagaikan langit dan bumi, dan lagi Queen tidak yakin dengan papi nya.  “Apa salah nya langit dan bumi, toh mereka hidup saling berdampingan.” Sisi lain diri Queen berkata. Queen semakin merasa kesal dengan diri nya sendiri, kenapa dia bisa sampai memiliki perasaan dengan supir nya itu dan kacaunya perasaan itu sudah tumbuh dari awal dan semakin berkembang hingga Queen menyadari setelah perasaan nya sangat besar untuk Sakti.  Queen tidak sadar jika dia merasa nyaman ketika bercerita dengan Sakti, bersama Sakti dan tidak  ada keraguan serta kecangguan pada diri Queen dan puncak nya saat Sakti berusaha menenangkan Queen yang tengah menangis, Queen merasakan perasaan yang teramat asing menurut nya namun dia mampu mengenalinya karena dia sering mendengar  kisah cinta kedua orang tua nya  yang tak lain Rey dan Rara. Tidak ini tidak boleh Terjadi ... Queen hanya diam membiarkan suasana kembali sunyi hingga dia sampai kampus.  Sesampainya di kampus pun, Queen langsung turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun seperti biasanya. “Queen ..." mendengar ada yang memanggil nya Queen menoleh. Ternyata Ardan lah yang memanggil. "Ada apa Ardan?" Tanyak Queen tanpa minat, dia sama sekali tidak tertarik untuk berbasa basi saat ini. "Pulang dari kampus mau jalan-jalan sama aku tidak?"  "Maaf Ardan, Queen harus pulang cepat hari ini ..." Queen ingin segera pergi dari tempat itu, dia benar- benar malas meladeni Ardan yang sama sekali tidak membuat Queen tertarik. "Queen please, beri aku kesempatan." "Maaf Ardan, sejak awal Queen hanya mau berteman. Kemarin, sekarang ataupun nanti kita hanya akan berteman, tidak lebih. " Queen menjelaskan dengan Tegas kepada Ardan. Dia tidak ingin Ardan terlalu berharap dengan dia, sedangkan dia sama sekali tidak tertarik, menurut Queen akan sangat jahat jika dia hanya memberikan harapan palsu. "Maaf Ardan Queen ingin masuk kelas." Queen meninggalkan Ardan yang masih terdiam di tempat nya. Sepanjang pelajaran, tidak ada satu pun materi yang berhasil masuk ke dalam otak Queen. Pikirannya sedang kacau dan dia benar- benar tidak berminat untuk mendengarkan dosen bercerita. Hingga akhir nya dia membolos di jam terakhir kuliahnya. keinginannya hanya pulang dan tidur, berharap setelah bangun tidur dia akan melupakan semua hal yang memberatkan pikirannya, dia ingin seperti kemarin- kemarin, hidup damai fokus kuliah tanpa memikirkan yang lainnya. Sesederhana itu lah harapan seorang Queen. Queen berencana pulang dengan taksi, karena belum waktu nya dia pulang pasti Sakti tidak akan menjemput nya. Namun pikiranmu salah, begitu Queen keluar dari gedung fakultas nya Queen melihat Mini Cooper nya terparkir dengan cantik di parkiran samping Gedung fakultas nya.  *******BERSAMBUNG*****  WNG, 8 SEP 2020  SALAM E_PRASETYO 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD