3. Diterima

1010 Words
Dasha menarik napasnya dengan kasar. Sebisa mungkin dia menahan emosi yang menggebu-gebu dalam dirinya ini, tentu saja dia tak ingin mengamuk saat ini karena hanya melihat wanita sialan itu. Dia lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya dan menolak melihat kemesraan yang ada di depannya saat ini. "Bukankah mereka sangat cocok sekali, tampak dan cantik," ucap wanita yang ada di sebelah Dasha, tampak sangat menyukai hubungan Luna dan Bara. "Ya." Dasha menjawab seadanya. "Dasha Reninta!" Namanya telah dipanggil, membuat wanita itu langsung mengalihkan pandangannya. Dia membangunkan tubuhnya dan langsung masuk ke ruang HRD untuk langsung wawancara. Sementara itu, Luna yang tadinya tersenyum dengan lebarnya mulai menunjukkan wajahnya yang datar. Dia menengok, melihat ke arah ruang HRD di mana ada beberapa orang yang tengah menunggu di depan ruangan itu. "Hey, ada apa dengan mu?" tanya Bara saat dia melihat Luna tampak terdiam secara tiba-tiba. "Aku tadi mendengar nama seseorang yang tak asing di telinga ku." Bara ikut menengok ke arah ruang HRD, dia mengangkat bahunya, berusaha untuk tak peduli. "Mungkin hanya perasaan mu saja." Bara berucap. Luna mengangguk, berusaha untuk mempercayai ucapan Bara. Hanya perasaanya saja. Nama itu memang sangat tak asing di telinganya, tetapi dia tak mengingat siapa pemilik nama tersebut. Luna mengangkat tangannya, melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. "Sepertinya aku harus pergi saat ini." Luna berucap, dia sudah hampir terlambat dan wanita itu harus cepat-cepat pergi dari sini, karena ada beberapa pekerjaannya yang tak bisa ditinggalkan. Bara mengangguk, dia membiarkan Luna yang pergi demi pekerjannya. Wajahnya yang tadi tampak ceria, kini kembali datar. Dia menatap ulang ke arah ruang HRD. "Semoga saja mereka memilihkan sekertaris yang cocok untuk ku," ucapnya. *** "Untuk pengemuman siapa yang akan menjadi sekertaris Bara nanti, akan ada email yang terkirim," ucap Dasha. Dia mengambil burger yang ada di depannya dan langsung melahap nya dengan mulut yang penuh. "Kau yakin, 'kan sudah menjawab setiap pertanyaan mereka dengan baik?" tanya Alex. "Kau meragukan otak cerdas ku?" Alex menyengir, dia lupa kalau adiknya ini adalah salah satu wanita yang sangat cerdas. Mungkin menjawab pertanyaan para HRD itu sangat mudah untuknya. "Aku harap kau menerima email itu dan akhirnya diterima di perusahaan besar tersebut. Aku dengar-dengar, gajih yang kau dapatkan di sana bisa mencapai 20 juta perbulannya atau bahkan lebih." Dasha menelan makannya dengan cepat. Dia bahkan baru teringat akan hal gajih saat ini. Kemarin, ke mana saja dirinya? "Kau benar, ini yang namanaya keberuntungan. Aku akan membalaskan dendam dan aku juga akan mendapatkan uang." Dasha tersenyum senang, kalau sudah seperti ini, maka hidupnya akan terasa lebih mudah. Terdengar suara bel yang menandakan kalau ada seseorang yang baru saja masuk ke dalam restoran ini. Dasha menengok, dia melihat pada seorang pria yang saat ini tengah berjalan menuju ke meja yang kosong. Dasha menatap pria itu dengan lekatnya, pria yang memiliki nama Bara dan salah satu orang yang termasuk ke dalam incarannya. Dia pasti bisa memiliki Bara setelah ini. Pria itu, memang sulit untuk ditaklukan. Namun, ada kemungkinan. Dia berhasil bukan? "Incaran mu ada di sini." "Ya. Lalu, aku harus apa?" "Cukup diam saja dan pura-pura tak mengenalnya. Kau akan mulai bergerak saat sudah menjadi sekretaris nya saja." Dasha menurut. Lagian juga dia sangat malas bergerak sekarang, dia masih ingin menghabiskan burger jumbo yang ada di depannya ini. Wanita itu langsung menggigit burger nya dengan porsi yang besar, hingga mulutnya menjadi penuh. Dia menengok ke arah Bara, tak sengaja pandangan mereka berjumpa, membuat Dasha hanya bisa terdiam saat ini. Dengan cepat, dia mengunyah makanannnya dan menelannya. "Astaga, tatapan pria itu sangat tajam sekali." *** Menunggu di depan laptop, itulah kegiatan Dasha saat ini. Dia melihat ke arah jam, bahkan sampai sekarang saja dia belum mendapatkan email juga. Apakah dirinya tak diterima? Namun, Dasha merasa kalau dia tadi sudah menjawab pertanyaa dari para HRD itu dengan benar, tanpa memerlukan celah sedikitpun. Tak mungkin juga otak nya yang cerdas dan jenius ini ditolak oleh mereka. "Otak yang cerdas, akan kalah dengan sesoerang yang menyogok." Alex datang dengan membawa secangkir kopi, dia duduk di pinggir ranjang Dasha dan memberikan secangkir kopi itu kepada Dasha. "Kau tahu, bagaimana jalan mainnya dunia ini. Jika kau tak berbuat curang, mungkin semua usaha mu akan kalah." Dasha terdiam mendengar apa yang Alex ucapkan, memang ada benarnya dengan apa yang pria itu ucapkan, kemungkinan besar, dirinya akan kalah jika berhadapan dengan orang yang licik. "Kalau sudah seperti ini, aku pasrah saja." Baru mendapatkan kebenaran itu saja, entah mengapa membuat semangatnya yang tadinya menggebu-gebu, langsung patah begitu saja. Dasha menidurkan tubuhnya. Dia lebih memilih untuk menutup matanya saja dan menuju ke alam mimpi yang jauh lebih indah dibanding dengan alam nyata nya. Namun, suara denting dari laptop nya, membuat dia langsung membuka matanya. Wanita itu menatap pada kakaknya yang tampak terdiam saat ini dan menengok ke arah laptop yang ada di depannya. Tangan Dasha mengambil laptop itu dan melihat ada email yang masuk. Langsung saja dia membuka email tersebut dan membaca pesan yang telah terkirim untuk dirinya ini. "Selamat kau diterima menjadi salah satu karyawan di sini." Dasha berucap dengan bahagia. Dia menutup mulutnya tak percaya akan apa yang baru saja dibacanya tadi. Mimpinya itu menjadi nyata, dengan begini, maka dia akan lebih mudah menggoda Bara. "Sepertinya, sekarang keadilan tengah memihak kepada mu. Kakak ucapkan selamat untuk mu." Dasha mengangguk, dia langsung membangunkan tubuhnya dan memeluk Alex dengan eratnya. Kalau saja kakak nya ini tak membantunya, pasti dia tak akan berhasil untuk memberikan dendam nya kepada Luna. Dengan optimis, dia pasti bisa mendapatkan Bara. Dasha menyeringai, dia sudah sangat tak sabar untuk memulai drama nya di esok hari. "Aku akan merebut Bara dari wanita sialan itu." Memikirkan kehancuran Luna saja, entah menatap membuat hati Dasha merasa senang dan tenang. Tak seperti dulu, dia akan merasa takut dan depresi. "Sekarang kau tidur dah besok, kau harus bersiap-siap untuk bekerja." Dasha menurut, dia juga ingin tampil fit untuk besok hari, agar semangat kerja nya meningkat. Besok adalah hari pertama dia akan memulai bekerja dan sepertinya, Dasha kan merayakan kejadian ini kepada teman-teman terdekatnya nanti. "Sekarang, aku hanya perlu memikirkan cara untuk menggoda Bara saja."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD