bc

GAIRAH & DENDAM ANAK BUANGAN

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
billionaire
revenge
dark
family
system
dominant
kickass heroine
mafia
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
serious
mystery
brilliant
campus
musclebear
like
intro-logo
Blurb

Judul : Gairah Dan Dendam Anak Buangam Sinopsis: noted (18+) Adhyaksa adalah anak remaja 20 Tahun Mahasiswa Fakultas Teknik IT. Dia hidup dengan kakeknya Yaseer dan Neneknya Helena. Sementara Ibundanya Almira bekerja sebagai TKW di luar negeri untuk membiayai hidup mereka. Adhyaksa adalah anak yang baik dan mudah bergaul, wajah tampan dan manis, membuat dia mudah didekati oleh siswa dan siswi di kampusnya . Adhyaksa dekat dan suka dengan seorang gadis anak semester 1 bernama Tania, dia cantik dan baik, mereka menjalin hubungan asmara anak kampus, tapi kedua orang tua Tania sangat tidak setuju mereka pacaran. Hingga suatu hari Adhyaksa diculik oleh sekelompok orang , dia disekap dan disiksa, ternyata pelaku utama dalah ibu dari Tania. Tubuh penuh luka dan tergeletak dijalan, Adhyaksa diselamatkan oleh seorang gadis (Rebecca 35 thn ) dari keluarga pembunuh bayaran yang terkenal kaya raya. Adhyaksa dirawat dan disembuhkan oleh keluarga itu, namun bukan untuk di jadikan anak atau pegawai, tetapi dijadikan b***k s*x Rebecca. Adhyaksa sesekali mempelajari teknik teknik membunuh dari rahasia keluarga itu dikala Rebecca teridur. Dari kejadian itu Adhyaksa sudah sangat mahir dalam membunuh,.bertarung dan siap menjadi pembunuh bayaran. Untuk membiayai hidup dan kuliahnya dia sering menerima job untuk jadi eksekutor. Suatu saat dia pulang pada ibunya dan keluarganya, dia bercerita bahwa dia memiliki usaha sampingan, dan minta penjelasan tentang ayah kandungnya . Ibunda tercinta menceritakan sejarah pahit keluarga mereka. ( Almira bercerita bahwa dia adalah selingkuhan dari pemuda kaya raya, anak konglomerat. Bernama Jonathan wibisana, Almira dan Jonathan nikah siri dan mendapatkan baayyi bernama Adhyaksa, Setelah Adhyaksa lahir, Jonathan kembali pada istri tuanya. Mereka berdua dicampakkan tanpa diberi kebebasan untuk hidup. Akhirnya Almira bertekad untuk menghidupi keluarganya dengan menjadi TKW ke luar negeri. Adhyaksa dibesarkan oleh kakek dan neneknya.) Dari cerita itu dendam dan amarah Adhyaksa semakin menjadi jadi... Membalaskan dendam untuk ibu dan dirinya. Tapi dendam itu tidak bisa langsung dia lakukan, kenyataan pahit diterima, kekasihnya yang bernama Tania adalah anak dari Jonathan dan Winda. Yang berarti dia berpacaran dengan adiknya sendiri. Adhyaksa melampiaskan dendam pada Darren putra tertua Jonathan yang memasang suka pesta dan s*x sesama jenis. Adhyaksa harus bisa membuat Jonathan sakit hati dan frustasi. Dia mencoba menjadi lelaki panggilan untuk Tante kesepian, Winda ibu dari Tania yang pernah menculik dan menyiksa Adhyaksa kini terjerat cinta selingkuh dengan Adhyaksa.

chap-preview
Free preview
BAB 1 NASIHAT DAN SURAT DARI IBU
Adhyaksa duduk di anak tangga teras rumah, tangannya cekatan menggosokkan sikat gigi bekas pada permukaan sepatu kets putihnya. Gerakannya rapi, hampir obsesif. Ia memastikan tidak ada noda sedikit pun yang tersisa. Di sebelahnya, cahaya petang mulai meredup, menyisakan langit oranye yang terasa damai. Kakek Yasser, dengan rokok kretek terselip di jemari, menatap Adhyaksa dari kursi rotannya. Ekspresi wajahnya keras, khas seorang pekerja keras yang tak pernah mengenal lelah. “Kau sedang membersihkan sepatu atau menyikat batu permata, Adhyaksa?” sindir Kakek Yasser, mengembuskan asap tipis. Adhyaksa mendongak, tersenyum lebar. Senyumnya selalu tampak tulus, mampu meredakan ketegasan kakeknya. “Menyikat nasib, Kek. Ini sepatu untuk kuliah. Katanya, kalau sepatu bersih, pikiran ikut jernih. Aku tidak mau terlihat seperti anak kemarin sore di kampus. Aku harus terlihat serius.” “Serius itu ada di otak, bukan di kulit sepatu,” balas Kakek Yasser, mematikan rokoknya di asbak kaleng. “Sejak kau masuk universitas itu, kau semakin banyak alasan. Kau habiskan waktu terlalu banyak untuk penampilan luar.” Adhyaksa meletakkan sikatnya dan berdiri, mendekati Kakek Yasser. “Bukan alasan, Kek. Tapi strategi. Aku sudah janji pada Ibu, dan aku janji pada Kakek dan Nenek, aku akan lulus cepat dan dapat pekerjaan bagus. Aku harus tampil meyakinkan, agar orang melihatku sebagai potensi, bukan sekadar mahasiswa dari ‘gang kecil’ ini.” “Potensi sejati tidak perlu dipoles, Nak. Ia bersinar sendiri,” ujar Kakek Yasser, nadanya melembut, tetapi matanya tetap tajam. “Tapi sudahlah. Apa kabar tugas Kimia Dasar mu yang kau bicarakan tadi pagi?” “Sudah selesai, Kek. Tadi aku selesaikan sebelum senja. Aku ingin memastikan nilaiku A. Aku tidak boleh membuang satu pun Rupiah yang Ibu kirimkan untuk remedial,” jawab Adhyaksa, ada ketegasan yang terdengar saat ia menyebut Ibunya. Pintu rumah terbuka. Nenek Helena keluar membawa aroma surgawi: pisang goreng yang baru diangkat. Ia meletakkan nampan di meja kecil, dan sepotong pisang goreng langsung disodorkan ke mulut Kakek Yasser. “Sudah, Yasser. Jangan membuat cucu kita stres. Dia sudah bekerja keras,” tegur Nenek Helena, menyeka dahi Adhyaksa dengan punggung tangannya yang hangat. “Tubuhnya semakin kurus. Kau harus makan yang banyak.” “Aku baik-baik saja, Nek. Hanya sedang hemat makan agar uangnya cukup,” canda Adhyaksa, tapi di balik candaan itu ada kebenaran. Nenek Helena menggeleng, raut wajahnya berubah serius. Ia meraih sebuah amplop coklat tebal yang tadi ia letakkan di dekat cangkir teh. “Adhyaksa, ini untukmu. Tadi Pak Kurir mengantar. Lihatlah, cap posnya tebal sekali. Dari negara yang jauh,” kata Nenek Helena, menyerahkan amplop itu. Saat melihat cap pos luar negeri, denyutan kerinduan yang selalu ia sembunyikan langsung menyeruak di d**a Adhyaksa. Itu adalah kiriman dari Ibunya, Almira. Ia membuka amplop itu dengan sangat hati-hati, seolah takut merusak isinya. Di dalamnya, ada beberapa lembar uang kertas asing, dan selembar kertas tipis. Adhyaksa menarik napas dalam-dalam sebelum membaca. Kakek Yasser dan Nenek Helena menatapnya penuh harap. “Apa kata Ibumu, Nak?” tanya Nenek Helena lirih. Adhyaksa mulai membaca, suaranya pelan dan sedikit bergetar: ...Ibu bangga sekali. Setiap kali Ibu merasa lelah membersihkan rumah majikan, atau merindukanmu hingga sakit d**a, Ibu selalu ingat, kau sedang berjuang di sana. Kau harus jadi orang pintar, Nak. Kau harus lebih sukses dari Ibu... Adhyaksa berhenti sejenak, menelan ludah. Ia melanjutkan, membaca bagian yang paling penting. ...Uang ini... ini untuk membayar biaya semesteran-mu dan sedikit sisanya untuk jajan. Jangan boros, ya. Ibu harus lembur tiga minggu untuk mendapatkan ini, tapi tidak apa-apa. Kau layak mendapatkan yang terbaik... Ia melipat surat itu dan menyimpannya di saku kemeja. Matanya kini berkaca-kaca, tetapi ia memaksakan diri untuk tersenyum. “Ibu bilang, aku harus makan yang banyak, Nek,” Adhyaksa mencoba bergurau, tapi suaranya terdengar terlalu serak. Nenek Helena mendekat dan memeluknya erat. “Almira... dia adalah wanita paling kuat yang pernah Nenek kenal. Dia melepaskan segalanya demi masa depanmu, Nak.” “Aku tahu, Nek,” bisik Adhyaksa dalam pelukan neneknya. Ia menarik diri, menatap uang yang dipegangnya. “Ini bukan hanya uang. Ini adalah tiga minggu keringat dan waktu Ibu yang hilang. Aku tidak akan pernah membiarkan ini sia-sia.” Kakek Yasser berdehem keras, mencoba mengalihkan fokus dari kesedihan. “Lalu, kau akan gunakan uang ini untuk apa selain membayar kuliah? Jangan coba-coba membelikan Kakek rokok mahal. Kakek sudah bilang, yang penting itu fokus.” “Aku akan menabungnya, Kek. Sisanya,” jawab Adhyaksa cepat. “Aku ingin segera punya modal agar Ibu tidak perlu bekerja lagi. Aku ingin dia pulang saat kontraknya habis, dan setelah itu dia istirahat. Dia tidak perlu tahu soal usaha sampingan, tapi aku harus mulai merencanakan sesuatu.” “Itu rencana yang bagus,” puji Kakek Yasser. “Tapi ingat, Nak. Kita ini orang kecil. Jangan pernah terlibat urusan orang kaya. Jangan dekati mereka. Mereka punya cara sendiri untuk menghancurkan kita tanpa menyentuh. Jauhi masalah, dan jauhi orang-orang yang bisa membawa masalah. Itu prinsip hidup di kota ini.” Adhyaksa mengangguk, memahami betul pesan itu. Almira pernah bercerita sekilas tentang bagaimana ayahnya—seseorang dari kalangan atas—mencampakkan mereka, meninggalkan luka yang sangat dalam. Kakek Yasser selalu takut Adhyaksa akan bernasib sama jika berurusan dengan ‘golongan atas’. “Aku mengerti, Kek. Aku tidak akan mencari masalah,” janji Adhyaksa. “Duniaku hanya kuliah, kalian, dan Ibu.” “Bagus. Sekarang habiskan pisang goreng mu. Nenek akan menyiapkan air hangat untukmu mandi,” kata Nenek Helena, lega melihat cucunya kembali ceria. Setelah Nenek Helena masuk ke dalam, Adhyaksa kembali duduk di teras, menggigit pisang goreng yang hangat. Meskipun ia berjanji pada kakek-neneknya, pikirannya malam itu terasa gelisah. Ia meraih ponselnya, mengecek pesan yang masuk. Ada pesan dari Bima, teman kuliahnya. Bima: “Bro, kau harus lihat. Tania dari Fakultas hukum itu cantik banget. Dia tadi senyum ke arahmu pas di kantin, sumpah! Kau kenapa tidak merespon? Jangan jadi cowok dingin, Bro.” Adhyaksa mendengus pelan. Tania. Gadis itu memang cantik. Parasnya manis, matanya besar dan bersih. Ia adalah juniornya di kampus, mungkin setahun lebih muda. Adhyaksa bisa merasakan perhatian yang ia dapatkan dari banyak siswi, termasuk Tania. Kenapa kau harus muncul sekarang? Batin Adhyaksa, menatap layar ponselnya. Ia tahu, jatuh cinta, atau sekadar berpacaran, adalah kemewahan yang tidak bisa ia beli. Itu akan memakan waktu, energi, dan emosi yang seharusnya ia fokuskan untuk menyelesaikan kuliah dan menjemput ibunya. Ia mengetik balasan singkat untuk Bima: Sibuk. Tugas. Cari yang lain. Namun, saat ia menekan tombol kirim, ia teringat sekilas adegan di kantin: Tania tertawa kecil, rambut hitamnya yang panjang bergerak lembut, dan senyum itu—senyum yang benar-benar memancarkan kepolosan yang kontras dengan kekejaman dunia yang ia rasakan melalui cerita ibunya. Adhyaksa, untuk pertama kalinya sejak Almira pergi, merasa ingin sedikit melunak, sedikit menikmati kehidupan remaja yang seharusnya ia miliki. Ia ingin menjadi seseorang yang penting bagi Tania, seseorang yang melindunginya. Hanya melihatnya dari jauh, tidak apa-apa kan? Pikirnya. Ia menepis jauh-jauh bayangan itu, kembali pada realitas: Surat Ibunya, janji suksesnya, dan pesan Kakek Yaseer. Ia memaksakan diri untuk percaya bahwa Tania hanyalah pengganggu kecil dalam rencana besarnya. Padahal, ia tidak tahu. Tania, si gadis polos yang menarik perhatiannya, akan menjadi jembatan pertama yang menyeretnya masuk ke dunia gelap yang dihindari Kakek Yaseer: dunia masalah besar dan kehancuran yang ditimbulkan oleh ‘orang kaya’. Dan itu semua akan dimulai dengan cinta monyet yang sederhana. Adhyaksa menghela napas panjang, bangkit dan masuk ke dalam rumah. Langkahnya kini penuh tekad. Ia harus fokus. Ia akan jadi orang sukses. Ia akan menjemput ibunya. Tidak ada ruang untuk romansa.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
311.6K
bc

Too Late for Regret

read
294.3K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
138.6K
bc

The Lost Pack

read
410.6K
bc

Revenge, served in a black dress

read
148.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook