Beberapa hari setelah pagi yang tenang itu, udara Semarang mulai menghangatkan kembali dedaunan yang basah oleh sisa hujan malam. Burung-burung beterbangan di langit, menyambut matahari yang perlahan menanjak dari ufuk timur. Di rumah kecil mereka, Nayla tengah sibuk menyiapkan baju Rafa dan anak-anaknya. Di meja makan sudah tersusun kotak kecil berisi brownies kukus buatan sendiri, masih hangat, aromanya memenuhi ruangan dengan wangi cokelat dan mentega. “Abbie, ini acaranya di Salatiga ya?” tanya Nayla lembut sambil melipat sajadah Rafa ke dalam tas. Rafa, yang sedang menyalakan mobil di garasi, menoleh dan tersenyum. “Iya sayang, di Masjid Raya Al-Muhajirin. Undangan dari teman lama waktu di universitas dulu.” Nayla mengangguk pelan. “Abbie, nanti aku boleh mampir ke pesantren Al-Fir

