Pasang cctv

1044 Words
Tanpa berkata apa-apa, Axel mengulurkan tangannya mengusap pelan perut Viona yang masih rata. Ada getaran aneh yang dirasakan Axel ataupun Viona. Debaran jantung mereka berdua, seakan berpacu kencang. Viona menutup matanya menikmati usapan tangan Axel, perasaannya berubah tenang. Axel terus mengusap perut Viona, sampai kesadarannya hilang beralih ke alam mimpi. Viona yang tidak merasakan usapan tangan Axel lagi melihat ke arah Axel. Dia tertidur. Kasihan juga dia, apa dia tipe pria yang tidak suka banyak bicara, ya? Kalau aku perhatikan lebih dekat lagi, dia sangat tampan kalau sedang tidur begini, batin Viona, tangannya terangkat ingin menyentuh rahang tegas milik Axel. Eh, aku sedang apa? Kalau dia bangun tiba-tiba, bagaimana? Aku tidak mau dianggapnya murahan karena menyentuhnya duluan, batin Viona, segera menurunkan tangannya. Viona ikut memejamkan matanya, tangan Axel dibiarkan tetap berada di atas perutnya. Lambat laun, kesadaran Viona juga mulai hilang. Viona ikut berlayar menuju pulau mimpi yang begitu menenangkannya. Tidak ada yang sadar saat keduanya tertidur pulas. Posisi yang tadinya masih di tempat masing-masing. Besok paginya berubah drastis. Viona dengan nyamannya tidur memeluk tubuh kekar Axel. Axel yang mengira Viona adalah guling, juga ikut memeluk Viona. "Em, enak sekali gulingku ini," gumam Viona, mengelus-elus d**a bidang Axel dengan mata yang masih terpejam. Merasa ada yang menyentuh dadanya, Axel perlahan membuka matanya. Dilihatnya Viona masih terlelap, matanya menatap intens wajah wanita yang sudah berani membayarnya sebagai suami sewaan. Cantik, tapi sayang. Wanita ini sangat angkuh dan sombong, batin Axel, menutup kembali matanya saat Viona membuka matanya. "Hei, apa yang sudah kamu lakukan padaku? Kamu mau mencari kesempatan untuk menyentuhku, ya?" bentak Viona mendorong Axel menjauh. Axel membuka matanya perlahan, seolah-olah Axel baru saja terbangun. "Ada apa?" tanya Axel, mengucek matanya. "Ada apa kamu tanya? Kamu pasti sengaja kan?" tanya Viona, merasa deg-deg an. "Sengaja apa nya? Aku baru saja bangun, permasalahannya saja tidak tau," sahut Axel berbohong. "Jangan pura-pura tidak tau! Dasar pria m***m! Kamu mau mengambil kesempatan dalam kesempitan, kan? Kamu menyentuhku saat aku tidur," tuduh Viona, menyilangkan kedua tangannya di d**a. "Jaga cara bicara kamu, Nona! Untuk apa aku melakukan itu? Jangan asal menuduh kalau tidak ada bukti konkritnya. Aku sudah pernah menyentuh kamu, lihat saja perut kamu itu, itu hasil sentuhanku," ucap Axel kesal. Viona terdiam mendengar ucapan Axel. Matanya melirik tajam ke arah Axel yang masih dengan ekspresi datarnya. Merasa kesal, Viona langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Axel tersenyum sini menatap punggung Viona yang semakin menjauh. "Kalau kamu memang kaya, kenapa tidak memasang cctv saja untuk melihat siapa yang salah dan yang benar. Jadi, tidak ada lagi tuduh menuduh," sindir Axel. Viona menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Axel yang masih duduk santai di atas tempat tidurnya. Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, Viona menatap tajam pria sewaannya itu. Axel terkekeh melihat ekspresi istrinya, baru hari pertama menikah. Axel sudah hampir dibuat gila dengan keangkuhan dan kesombongan Viona. Axel semakin yakin untuk melanjutkan pernikahannya ini. Suatu saat nanti, apa kamu masih bisa bersikap angkuh dan sombong, saat mengetahui kebenaran yang ada? gumam Axel, beranjak dari tempat tidurnya menuju balkon kamar. Viona menggerutu di dalam kamar mandi, rasa malu sekaligus kesal bercampur jadi satu. Apa aku salah mencari suami, ya? Kenapa pria bernama Dipta itu sangat mengesalkan? Kata-katanya selalu dingin, dan pedas. Apa dia tidak bisa berkata lebih lembut lagi dengan wanita?Tingkahnya sombong sekali, seolah-olah dia itu pria terkaya di kota ini. Dasar pria tidak tau terimakasih. Aku sudah berbaik hati menjadikan dia suami dari wanita terhormat seperti aku. Apa kurangnya aku? Aku sudah cantik, kaya, berpendidikan, apa mata dan hatinya itu buta? Bekerja sebagai tukang bersih-bersih hotel saja songong! Untung kamu tampan dan aku masih memerlukan kamu. Kalau tidak, sudah aku pastikan membuang kamu ke tempat asal kamu! Umpat Viona, menghentakkan kakinya. Melihat Viona tidak keluar-keluar dari dalam kamar mandi. Axel memutuskan untuk keluar kamar mencari kamar mandi yang lain. Sesampainya Axel di ruangan makan, Axel tidak sengaja bertemu mertuanya yang sedang duduk bersantai menikmati secangkir kopi panas di teras belakang. "Xel, sedang apa kamu di sini? Viona mana?" tanya Ayah Viona heran. "Putri Om yang sombong luar biasa itu sedang menguasai kamar mandi di kamar. Aku tidak tau, apa yang sedang dia lakukan di dalam sana. Sudah hampir setengah jam aku menunggu, dia masih belum keluar juga. Badanku sudah sangat gerah, aku juga harus berangkat ke hotel sekarang," Adu Axel, kesal. "Yang sabar Xel. Viona memang seperti itu kalau mandi. Biasa, wanita muda. Terlalu banyak ritual sebelum mandi yang mereka lakukan. Kamu mandi di kamar mandi dapur saja, setelah itu langsung pergi ke hotel!" perintah Ayah Viona. "Oh iya Xel, jangan memanggil Om lagi. Panggil Ayah saja, kamu sudah jadi menantu Ayah sekarang," sambung Ayah Viona, melempar senyum ke arah Axel. "Iya Yah, aku ke kamar mandi dulu," sahut Axel bergegas menuju kamar mandi di dekat dapur kotor. *** Satu jam berlalu, Viona keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sudah cerah. Dilihatnya ke sekeliling kamar, suami sewaannya tidak terlihat di mana pun. Viona bergegas memakai pakaian kantornya, wajahnya hanya dipoles riasan tipis dan natural. Dengan rambut yang di sanggul ke atas, Viona berjalan menuju ruang makan dengan penampilan yang selalu saja terlihat cantik. "Pagi, Yah!" sapa Viona, mencium pipi sang Ayah. "Pagi juga, Sayang. Kenapa baru keluar kamar?" tanya Ayah Viona. "Biasa Yah, mandi dan dandan dulu. Oh iya Yah, Ayah ada melihat Dipta?" tanya Viona, matanya sibuk mencari keberadaan Axel. "Suami miskin kamu itu? Sudah Ayah suruh pergi kerja," jawab Ayah Viona memainkan dramanya. "Kenapa Ayah memanggilnya itu? Dia punya nama, Yah," tegur Viona merasa tidak senang. "Ayah tau itu. Tapi, apa yang Ayah ucapkan itu memang benar adanya, Vio. Dia hanya seorang pria miskin yang licik, yang sudah memanfaatkan kamu," ejek Ayah Viona. "Berbeda jauh dengan Axel," sambung Ayah Viona, menatap remeh. "Ayah keterlaluan! Biar bagaimana pun, Dipta itu suami Vio, Yah. Mau dia kaya atau tidak, yang penting Vio sudah menikah dengan dia. Dari pada berdebat pagi-pagi seperti ini, lebih baik Vio berangkat kerja saja," ketus Vio, beranjak dari tempatnya. Ayah Viona terkekeh melihat putrinya, tawa yang sedari tadi dia tahan, kini terlepas sudah. Setelah Viona sudah semakin jauh dan tidak terlihat, Ayah Viona tertawa lepas. Viona, Viona! Kamu menolak perjodohan itu. Tapi sayang, kamu malah mengeluarkan uang untuk menggaji pria yang sama untuk jadi suami sewaan kamu, batin Ayah Viona.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD