bc

Awan

book_age12+
14
FOLLOW
1K
READ
family
opposites attract
heir/heiress
sweet
mystery
campus
like
intro-logo
Blurb

Menjadi mahasiswa tingkat akhir dengan segala tanggung jawab akhir yang harus di selesaikan membiat Rania buntu. Tak hanya itu, skripsinya yang sudah lama ia kerjakan terus mendapat penolakan dari dosen -taktaudiri-nya. Geram? Tentu saja. Kalau begini caranya, Rania nggak akan lulus. Dan hal paling buruk yang akan terjadi adalah ia harus selalu bertatap muka dengan dosen menyebalkan itu. Arghh! Itu mimpi buruk! No way!

chap-preview
Free preview
"Saya dengar, Narnia."
Benda pipih diatas nakas itu bergetar, menampilkan alarm dengan ringtone Tak Gendong Kemana-mana milik salah seorang penyanyi berambut gimbal. Wanita dengan tubuh yang masih tertutup selimut hingga pucuk kepalanya itu menggeliat pelan. Tangannya meraba nakas disebelahnya, bermaksud mematikan alarm yang berbunyi sejak 3 menit lalu. Setelah mendapatkan ponselnya, wanita itu lalu mengerjap pelan saat cahaya dari ponselnya menerobos masuk ke retinanya. Untuk sesaat pandangannya mengabur karena belum sepenuhnya sadar. 06.15 a.m. Wanita itu kembali menggeliat. Mengerjapkan matanya sebentar, wanita itu lalu menarik nafas dalam. Ah, wangi tanah bercampur air hujan selalu menjadi favoritnya. Apalagi di pagi buta seperti ini. Sangat mendukung sekali untuk melanjutkan aktivitas tidur. Pagi ini suasana sedang sangat bersahabat dengannya, cuaca mendung dengan rintikan gerimis sisa hujan lebat semalam. Wanita itu kembali menarik selimutnya agar menutupi tubuhnya saat hawa dingin mulai menyapa. Senyum lebar terkembang dari kedua sudut bibirnya, "Nggak jadi kuliah, ah. Enakan tidur." gumamnya dengan mata yang kembali terpejam. Brak! Baru saja ia akan menggapai mimpinya, suara dobrakan pintu membuatnya langsung terjaga. Wanita itu berjengit kaget kala mendengar suara ribut dari arah pintu kamarnya. Kedua kelopak matanya seketika terbelalak saat tahu siapa biang kerok yang mengganggu acara tidur paginya. Tubuhnya refleks menegak saat melihat mamak tercintanya berdiri di ambang pintu dengan muka garangnya. Dan, jangan lupakan sapu yang sudah teracung tinggi padanya. "Hehe... ada Ibu." cengiran khas milik wanita yang belum genap 22 tahun itu menguar, menampilkan sederet gigi semu kuning yang sepertinya jarang ia gosok. Ck, sebenarnya bukan karena jarang digosok, hanya saja kan gigi yang sehat seharusnya berwarna semu kuning, bukan gigi putih mengkilat mirip kain kafan. "Jam berapa ini?" sentak ibunya. Wanita yang masih terduduk di kasurnya itu meringis pelan saat ibunya sudah mengeluarkan tanduk seperti ini. Apalagi melihat gagang sapu panjang yang sejak tadi teracung padanya. Aduhai, kalau sampai gagang sapu itu mampir ke punggungnya, pasti terasa sangat mantap. "Jam berapa ini, ha?" ulang ibunya lagi, kali ini dengan nada suara yang lebih rendah namun terdengar menusuk. "Ini udah jam enam lebih, Nia." Dingin, tajam, menusuk. Wanita yang dipanggil Nia itu menatap ibunya takut-takut. Pasalnya, sudah sering ibunya memarahinya seperti ini, hingga ia hafal apa yang akan dilakukan ibunya setelah ini. "Kamu kuliah jam berapa?" Tanya ibu dengan senyum miringnya. Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Keringat sebesar biji jagung mulai membasahi pelipisnya. "Ja-jam tujuh, bu," Brak! Ibu menghentakkan gagang sapunya ke pintu. Wanita diatas ranjang itu segera berlari masuk kamar mandi, sebelum benda keramat ibunya itu membelai lembut punggungnya. Ah, berhadapan dengan ibu selalu berhasil membuatnya jantungan. Tak butuh waktu lama, dalam 15 menit wanita itu telah rapi dengan setelan formalnya. Pagi ini wanita itu memakai set kemeja putih polos dengan rok payung warna cokelat. Seakan melupakan peristiwa 15 menit lalu, wanita itu mematut diri di depan cermin. Senyum lebar berbalut lipmatte warna nude itu terkembang. "Emang ya, jadi cewek cantik itu ribet." Jangan heran, tingkat percaya diri wanita itu memang melebihi ambang batas normal. Jadi jangan kaget apabila wanita itu lebih sering memuji dirinya sendiri. Katanya sih sebagai bentuk self reward. Tapi, bukankah self reward yang ia lakukan terlalu berlebihan? Merasa sudah cantik maksimal, wanita itu lalu melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. Netranya seketika melebar sempurna. Aduhai sayang, 10 menit lagi mata kuliah bapak galak dimulai. Wanita itu segera menyambar tas dan menuruni tangga dengan jurus seribu kilat. "Mas Akmal! Ayo anterin aku sekarang juga." serunya panik. Sangking paniknya, wanita itu tak sadar telah menepuk bahu kakaknya terlalu keras hingga membuatnya tersedak minuman. "Uhuk! Uhuk! Mi-num." Akmal, kakaknya berseru tertahan. Mata lelaki itu memerah karena rasa sakit di tenggorokannya. "Mas tadi udah minum, masa minum lagi, sih," balas Nia jengkel. Pasalnya, lelaki itu kan tersedak karena minuman, masa minuman di balas minuman. Namun tak ayal, wanita itu akhirnya mengisi gelas Akmal dengan air putih dan segera memberikannya pada kakaknya. "Heh curut! kamu mau bikin Mas mati keselek?" sembur kakaknya setelah rasa sakitnya reda. "Hash! Nggak usah banyak ngomong. Aku udah telat. Cepetan!" wanita itu segera menarik tangan Akmal menuju garasi, meminta kakaknya agar segera mengantarnya ke kampus. "Woe wedhus, yakali Mas nganterin kamu ke kampus cuma pake kaos dan boxer," Akmal melerai cengkeraman Nia pada lengannya. "Minggir, Mas mau ganti dulu," Wanita itu mendengus kesal, "Alah, nggak usah ganti. Aku udah beneran telat, nih," protesnya. "Udah anterin aku cepetan! Kalau nggak mau, Nia bilang ibu sekarang juga, nih." ancamnya. For your information, Akmal, kakak tersayangnya itu kalau nggak diancam, nggak akan mempan. Haduh, Nia jadi gemas sendiri. Ingin rasanya ia menendang Akmal hingga ke laut selatan, biar dimakan paus sekalian. --- Wanita itu berjalan lesu. Totebag yang menggantung ditangannya ia biarkan menganga. Lagi dan lagi kawan-kawan, seorang Rania harus di usir dari kelas dosen mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan. Kesal? Sudah pasti. Sebagai mahasiswa semester tua, tak seharusnya ia diusir dari kelas. Terlebih lagi, tak kurang dari setengah tahun lagi ia akan lulus. Tentu saja tidak etis dong. Apalagi dirinya hanya telat 3 menit dari semenjak kelas di mulai. Argh, ingatkan dirinya untuk tidak menjedotkan kepala Pak Awan, dosen Manajemen Lembaga Pendidikannya itu. Dan hal yang paling membuat hati wanita itu panas adalah saat Pak Awan rela menghabiskan setengah jam waktu mengajarnya hanya untuk mempermalukannya di depan kelas. Hah! Terkutuklah Bapak Awan! Dan akhirnya, disinilah dirinya berakhir, kantin FKIP yang di gadang-gadang oleh sejuta umat lulusan Sekolah Menengah karena prospek masa depan yang menjanjikan. Menjanjikan? Menjanjikan apanya? Setiap ingin masuk kelas saja selalu di usir. "Eh jomlo, ngapain lo disini?" Aryan, lelaki yang berstatus sebagai sahabatnya itu tiba-tiba saja sudah duduk di hadapannya sembari membawa semangkuk mie ayam dan es jeruk. "Aku minta." Tanpa pikir panjang, Nia langsung merebut segelas es jeruk yang terlihat menggoda tenggorokan itu. "Eh, k*****t, pesen sendiri sana! Punya duit, kan?" Aryan menatapnya galak. "Apasih, pelit banget jadi orang." Nia menatap Aryan tak suka. Sudah suasana hatinya mendung, laki-laki dihadapannya itu malah menambah-nambahi. "Ya gimana gue nggak murka, setiap gue pesen makanan pasti selalu di habisin sama lo." Aryan menyuapkan mie ayam ke dalam mulutnya. Nia berdecak pelan. "Ih, perhitungan banget." "Gue nggak budeg ya." Aryan balas memelototi wanita itu. Wanita itu memilih diam, tak ingin membalas kalimat Aryan. Meladeni lelaki itu sama saja mengulur urat emosinya. Wanita itu lalu memutuskan untuk kembali menekuni es jeruknya, yang mungkin saja bisa menaikkan suasana hatinya. Semoga saja. "Lo kenapa? Di usir lagi?" Aryan menatap Nia geli. "Iyalah. Ih, kesel banget aku sama tuh dosen. Nggak bosen apa nyeramahin aku mulu." Serunya bersungut-sungut. "Ya, kan Pak Awan nggak mungkin nyeramahin lo kalau lo nggak bikin kesalahan." "Ya aku tau. Tapi apa dia nggak capek mulutnya ngoceh mulu tiap hari." Wanita itu mencebikkan bibir mengingat cara Pak Awan menceramahinya pagi tadi. "Emang kenapa sih kok bisa sampai di usir?" Desahan berat lolos dari bibir mungil milik wanita itu, "Aku telat semenit doang, semenit, Yan. Se-me-nit loh, nggak sampai lima belas menit. Heran aku sama Pak Awan. Kok datangnya selalu tepat waktu terus gitu loh. Padahal dosen lainnya aja kadang ngaret." Sekalian saja Nia menyemburkan unek-uneknya pada sahabatnya itu. Lagian ia yakin Aryan tidak akan membocorkan ceritanya. Mengingat mereka berdua sudah bersahabat sejak masih tinggal di ibu kota dulu. Tumbuh bersama dalam lingkungan yang sama membuat mereka dekat bagaikan saudara kandung. "Yah, itu namanya lo yang salah. Walaupun cuma telat semenit, tapi itu juga termasuk telat, kan?" Nia memutar bola mata malas. Sesi ceramah kali ini akan kembali di mulai. Namun bukan dengan Pak Awan, melainkan dengan Aryan. Wanita itu sampai tak habis pikir, doyan sekali orang-orang menceramahinya. Sebegitu tersesatnya kah dirinya hingga membutuhkan banyak bimbingan kerohanian? Ck, menyebalkan. "Iya-iya aku tau. Udah jangan ceramah. Otakku udah panas nih gara-gara Pak Awan." Tolaknya dengan ketus. Aryan terkekeh pelan. "Hush! Nanti kalau Pak Awan denger bisa habis lo." "Ah, biarin aja. Gedeg banget aku sama Pak Awan. Nggak ada bosennya bikin masalah terus sama diriku yang polos ini. Udah tua juga, bentar lagi pasti perutnya buncit, kayak om-om, banyak gaya amat." Cibir wanita itu. "Saya dengar, Narnia." Seketika punggung wanita itu menegak kala mendengar suara serak khas laki-laki yang sangat ia kenali. Kepalanya berputar mencari sumber suara dengan gerakan lambat. Kakinya seketika melemas kala menangkap kehadiran sosok yang sejak tadi menjadi topik gunjingannya. "Eh, ada Pak Awan. Hehe, mau sarapan ya, Pak?" Tangan wanita itu mulai berkeringat saat menatap dosennya itu yang juga tengah menatapnya dengan tajam. "Bikin makalah tentang pengelolaan sekolah, siang nanti harus sudah ada di meja saya." Mati saja kau, Rania.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.8K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.3K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.3K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.5K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.2K
bc

Ayah Sahabatku

read
24.1K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook