Namanya Rania

1556 Words
Eh, Na, Ana.. Itu Rayhan kan? tapi siapa sih gadis berhijab itu? Dari kemarin-kemarin kok suka bareng Rayhan terus ya?" tunjuk Luna ke arah di mana Rayhan berada. Ana dan Clarissa yang awalnya sedang asyik berkutat dengan gadget-nya, kemudian menoleh ke arah Rayhan. Benar saja, Rayhan sudah hampir tiba di dekat mobilnya. Tapi ada satu pemandangan yang amat mengusiknya saat ini. Gadis berhijab merah itu, kenapa gadis berhijab itu berjalan di belakang Rayhan? Dan tunggu, kenapa dia masuk ke dalam mobil Rayhan? Dan duduk di kursi penumpang depan? Fix sudah, rencana Ana untuk kembali pulang bersama Rayhan kali ini gagal. "Lho, Rayhan bilang kemarin kursi penumpang depan hanya untuk istrinya nanti, tapi kenapa gadis berhijab merah itu dibiarkan saja duduk di kursi penumpang depan oleh Rayhan?" tanya Clarissa entah kepada siapa, dengan nada heran yang sangat jelas menunjukkan kebingungan dan keanehannya. Hatinya pun kini merasa sakit melihat pemandangan itu. Padahal kemarin dia baru saja berharap bahwa kelak dirinya yang akan duduk di tempat itu, tempat khusus yang hanya boleh diduduki oleh mahram dan istrinya Rayhan. "Kalau Kakaknya Rayhan nggak mungkin, karena aku tahu wajahnya seperti apa, kalau Adek, Rayhan kan nggak punya Adek. Kalau sepupu? Setahuku sepupu Rayhan kebanyakan laki-laki, kalau gitu dia siapa dong?" ucap Clarissa bingung. "Jangan-jangan gadis berhijab itu calon istrinya Rayhan lagi," tebak Luna seraya menggerakkan tangan menutupi mulutnya yang terbuka lebar, kemudian melirik ke samping di mana sahabatnya, Ana, tadi berada. Tapi nihil, Ana sudah tidak duduk di sampingnya lagi. Tanpa mereka berdua sadari, Ana sudah lebih dulu meninggalkan tempat itu. Ketika melihat gadis berhijab merah itu duduk di kursi penumpang depan. Dirinya kini kembali melangkahkan kakinya menuju taman kampus. Tempat favoritnya saat butuh ketenangan. ********** Setelah hampir setengah jam Ana berdiam diri, menenangkan hati dan pikirannya di taman, terdengar olehnya suara langkah kaki mendekat ke arahnya dari belakang. Tap Tap Tap "Menyendiri bukan berarti nggak butuh teman kan?" ucap seseorang di belakangnya. tanpa menoleh pun Ana bisa menebak siapa sosok ini. Ana pernah mendengar suara ini. Putra. siapa lagi yang tahu kalau Ana senang menyendiri dan menenangkan diri di sini selain dia? "Aku boleh duduk di sini?" tanya Putra seraya duduk di sebelah Ana. "Kalo udah duduk kenapa harus minta izin lagi? He he he," heran Ana sambil terkekeh yang dibalas Putra dengan kekehan juga. Kekehan yang terdengar renyah garing gimana gitu, wkwk. "Kamu lebih terlihat cantik kalo senyum kayak gitu, Na," ucap Putra seraya tersenyum manis ke arah Ana. "Apa?" "Kamu lebih terlihat cantik kalo lagi senyum dan ketawa, Na. Daripada tadi muka kamu kayak baju gak disetrika, lecek, wkwkwk," ucap Putra seraya tertawa, meledek Ana yang kini cemberut mendengar ejekannya. "Oke, oke. Aku minta maaf. Kamu kenapa lagi sekarang?" tanya Putra yang dibalas gelengan oleh Ana. "Adakalanya masalah harus kita simpan sendiri, dan adakalanya juga masalah harus kita bagi. Dan kamu berhak untuk itu semua, Na. Aku siap kok kalau kamu mau berbagi masalah kamu ke aku," ucap Putra, yang kini kembali menoleh menatap Ana, disertai dengan senyuman hangatnya. "Aku lagi jatuh cinta sekaligus putus cinta hari ini. Memang kita belum ada ikatan saat ini, tapi melihat dia bersama orang lain, aku merasa udah ditolak sebelum berjuang lebih," curhat Ana. "Belum tentu apa yang kita lihat itu yang sebenarnya terjadi lho, Na. Daripada kamu mengambil kesimpulan sendiri dan itu membuat kamu sakit hati, apa bukannya lebih baik kamu tanyakan langsung sama orang itu apa yang terjadi?" ucap Putra memberi saran. "Tapi rasanya aku nggak punya hak, Put, untuk bertanya sama dia," jawab Ana seraya menghela nafas. "Itu sih pilihan kamu, Na. Tapi apa kamu nggak lelah terbelenggu oleh prasangka kamu sendiri?" "Jujur aku lelah, Put. lelah, sangat-sangat lelah. Saking lelahnya, aku bahkan ingin menyerah saja saat ini, dan aku ingin melupakan semua rasa yang sudah mendarah daging terhadapnya. Tapi semakin aku berusaha untuk melupakan rasa ini, kenapa rasanya semakin sesak dan sulit, Put," lirih Ana yang masih bisa didengar oleh Putra. Putra sebenarnya kasihan dengan gadis cantik di sebelahnya ini, sepertinya Ana amat tersiksa dengan perasaannya. Andaikan orang yang dicintai Ana itu dirinya, sudah pasti dia akan sangat senang dicintai dengan begitu dalam dan tulusnya oleh seorang Rayana Az-Zahra. Ingin rasanya Putra memeluk Ana untuk menguatkannya, tapi dirinya sadar jika dirinya ini bukan siapa-siapa bagi Ana. Dia hanya orang asing yang jauh dari kata dekat. "Aku pulang dulu ya Put, udah sore," pamit Ana yang langsung berdiri dan bersiap pergi meninggalkan taman. "Boleh, aku antar kamu pulang?" izin Putra. Berharap Ana mengizinkannya. "Lain kali aja ya, Put. Sorry, aku lagi pengen sendiri dulu saat ini," tolak Ana halus. "Oke, kalo gitu. Hati-hati ya," ucap Putra seraya tersenyum manis, yang dibalas Ana dengan senyuman dan anggukan kecil. Padahal Putra ingin sekali mengantar Ana pulang, berduaan bersama Ana lebih lama, dan dia ingin lebih dekat lagi dengan Ana. Putra berharap dirinya bisa menjadi obat untuk rasa sakit Ana, sehingga Ana lupa akan semua sesaknya, dan bisa merasakan manisnya cinta yang tersambut. ********** Di mobil Rayhan... "Ray, kamu kenal Putra nggak? Anak bisnis, satu semester sama kamu kayaknya," tanya Rania seraya menatap antusias ke arah Rayhan. Rayhan yang merasa ditatap seperti itu hanya melirik sekilas, kemudian mengangguk sebagai jawaban iya, dan kembali fokus menyetir mobilnya. Ya, gadis berhijab merah yang kini berada satu mobil, dan duduk dibangku penumpang bagian depan adalah Rania. "Ish, kamu ke yang lain boleh cuek, dingin, dan datar, Ray. Ke aku bisa biasa aja nggak sih? Jawabnya gitu amat, ngerusak mood baik aku tau nggak!" omel Rania, yang sebal melihat respon yang ditunjukkan Rayhan kepadanya. "He he, sorry-sorry. Jangan ngambek gitu dong Ran, perasaan daritadi ceria banget. Kenapa memangnya sama Putra?" ucap Rayhan seraya mengusap puncak hijab Rania. "Nggak apa-apa sih, aku penasaran aja dia orangnya kayak gimana. Tadi pas aku lagi nyari-nyari dompet yang sepertinya jatuh di dekat koridor. Disaat yang lain pada acuh tak acuh melihat aku yang lagi nyari sesuatu, tiba-tiba dia datang dan nawarin bantuan. Padahal kita nggak saling kenal lho, baik banget gak sih si Putra itu," cerita Rania antusias disertai dengan senyumannya yang merekah. Flashback "Duh.. Mana sih dompetnya. Pake acara jatuh lagi, perasaan tadi langsung aku masukkin tas deh," gerutu Rania, seraya melihat-lihat ke bawah di sekitaran koridor, mencari dompetnya yang hilang. "Lagi nyari apa?" tanya seseorang, yang sepertinya sedikit aneh melihat tingkah Rania. "Eh.. Aku lagi nyari dompet. Kayaknya tadi jatuh, cuma udah aku cari-cari dari tadi nggak ketemu-ketemu juga." "Yakin jatuh? Bukan ketinggalan?" "Aku yakin jatuh kok. Tadi pas sebelum berangkat aku masukkin ke tas soalnya, tapi tadi pas mau ke kantin aku cari-cari di tas nggak ada, kayaknya jatuh deh." "Kamu kesini bawa mobil?" "Nggak, tadi aku naik taxi." "Kalo gitu, coba deh kita cari di daerah kamu turun taxi tadi. Siapa tau jatuh pas kamu bayar taxi," ucap seseorang itu. Rania yang mendengar ide itu langsung tersenyum. "Kenapa nggak kepikiran nyari di tempat turun taxi tadi ya, kan memang bisa jadi jatuhnya di sana. Semoga kalau beneran jatuh di sana belum diambil orang deh," ucap Rania dalam hati. "Iya, yaa. kok aku nggak kepikiran sih dari tadi. ya udah aku cari ke sana dulu ya, makasih," ucap Rania seraya tersenyum, kemudian beranjak pergi ke tempat dirinya turun dari taxi tadi, tak disangka seseorang itu ternyata mengikutinya dari belakang. "Ya ampun, alhamdulillah ketemu. Aku pikir udah diambil orang karena tempatnya di pinggir jalan. Ya Allah, makasih. Rania seneng banget, bisa-bisa kena omel mama kalau tau aku teledor kayak gini," ucap Rania penuh syukur. "Itu artinya masih rezeki kamu berarti." "Eh,.. I..yaa alhamdulillah, kamu ngikutin aku ke sini? Ngomong ngomong makasih ya, udah bantuin aku," ucap Rania yang sedikit kaget. Dia pikir orang itu tidak mengikutinya ke sini. Rania pun langsung berterimakasih kepada seseorang itu yang dijawab dengan anggukkan singkat. "Santai, ya udah aku duluan ya, ada kelas soalnya," Pamitnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Rania. "Aku Rania, kamu?" ucap Rania menghentikan langkah seseorang itu yang mulai menjauh. "Putra" Flashback end "Jarang tau Ray, anak zaman sekarang yang gampang bantuin orang, padahal aslinya dia lagi buru-buru ada kelas. Udah mana ganteng, tinggi, baik, kayaknya juga sopan orangnya. Beruntung banget tuh yang jadi istrinya nanti," ucap Rania panjang lebar. "Ya, ya, ya," ucap Rayhan, yang langsung dibalas dengusan oleh Rania. Sesampainya di halaman rumah Rania, terlihat seorang perempuan berhijab berusia sekitar empat puluhan, yang sedang asyik menyirami tanaman di taman luas depan rumahnya. Mobil pun berhenti, dan keduanya turun langsung menghampiri perempuan berhijab itu. "Assalamualaikum, Ma," ucap Rania dan Rayhan bersamaan. "Astaghfirullah, kalian berdua ngagetin aja. Lho, kamu minta anter Rayhan lagi, Ran? Kasian tau, takut Rayhan kelelahan gimana? dari kemarin bolak balik nganterin kamu mulu. Kamu ini ya, emang mobilnya masih dibenerin di bengkel? Nak, Ray, maafin Rania ya, emang bener-bener ini anak. Makasih lho udah dianterin," ucap Laras panjang lebar. Mamanya Rania. "Ih, Mama. Biarin, Rayhannya juga mau aja kok nganterin Rania. Tenang, besok pulang kuliah Rania ambil deh mobilnya ke bengkel. Kayaknya udah selesai dibenerinnya." "Nggak apa-apa kok, Ma. Ya udah Rayhan pamit dulu ya, Ma, udah mau maghrib," pamit Rayhan, kemudian menyalami tangan mama Laras. "Oh iya, hati-hati ya bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut. Sekali lagi makasih ya, Ray, udah nganterin anak ini, salam buat mama kamu," ucap mama Laras. "Siap, Ma, nanti Rayhan salamin. Assalamualaikum." "Waalaikumussalam" ucap kompak Rania dan Mama Laras. Setalah berpamitan kepada Rania dan Mamanya, Rayhan pun mulai melangkahkan kakinya menuju mobil, lalu melajukan mobilnya meninggalkan halaman luar rumah Rania, menuju ke rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD