bc

Cinta Setelah Benci

book_age18+
1.5K
FOLLOW
7.3K
READ
family
friends to lovers
like
intro-logo
Blurb

_________________________

Melati seorang yatim piatu ia hidup bersama neneknya berjualan kue, neneknya memiliki seorang anak angkat, hidupny menjadi lebih baik ia hidup di biaya dari anak angkat dari neneknya melati. Dan beruntung melati memiliki sahabat dari kecil,

ia terpaksa menerima perjodohan dengan laki laki yang sama sekali tak mencintainya justru mencintai sahabat anak dari paman angkatnya.

"jangan pernah menyentuh aku, melayani aku,masuk ke kamarku dan memasak untuk ku, jangan pernah menampakan dirimu dihadapan ku aku tak akan pernah mencintai dan aku tak tertarik sedikit pun padamu"

Bian Adiguna '

akan kah melati berpisah dengan suaminya atau takdir mengatakan lain. batin yang tersiksa selama satu tahun akankah mampu melupakan semuanya demi meraih kebahagiaan.

chap-preview
Free preview
Part. 1 Pernikahan Terpaksa
Melati bekerja sebagai buruh di sebuah toko kue. Setiap hari Melati harus berjalan kaki, jarak dari toko kerumahnya berjarak satu kilo meter, Melati menyeka peluh yang menetes di keningnya, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun karena ia sudah terbiasa membantu neneknya untuk berjualan Kue, meskipun terkadang ia merasakan kakinya yang pegal, namun ia senang bekerja karena ia bertemu banyak orang dan ia juga senang bertemu dengan teman-teman ditempat kerjanya. Toko kue tempat ia bekerja terkenal dengan rasanya yang enak dan lembut, ia mendapatkan pekerjaan dari informasi temannya sewaktu SMA, sebenarnya ia ingin melanjutkan studinya untuk melanjutkan Strata satu, namun ia merasa tidak enak dengan neneknya, ia juga tidak enak dengan anak angkat neneknya yang sudah dianggap paman oleh Melati yang terus-menerus membiayai sekolahnya, paman angkatnya adalah ayah dari sahabat Melati yaitu Sazkia. Sazkia dan Melati berteman sejak kecil, Melati tahu cintanya Bian hanya untuk Sazkia, Awalnya memang Sazkia dan Bian sempat dekat namun karena Bian seorang Playboy akhirnya Sazkia lebih memilih orang lain yaitu Raffi, meski usianya terpaut jauh 7 tahun lebih tua dari saskia mereka hidup bahagia. Melati tidak enak hati jika ia dan neneknya selalu dibantu oleh ayah Sazkia sebisa mungkin Melati tidak ingin merepotkan ayah Sazkia, ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko kue dekat dengan rumahnya. Sampai akhirnya ia harus menikah karena sebuah perjodohan meski hatinya menolak namun ia juga tidak ingin mengecewakan hati neneknya, orang tua Bian adalah anak angkat dari neneknya Melati sebelum Kakek Melati meninggal mereka hidup berkecukupan, nek siti ijah merawat orangtua Bian sejak kecil, orangtua Bian sudah tidak memiliki keluarga sehingga nek ijah mengadopsinya sebagai anak angkat begitu pula dengan ayahnya Sazkia sampai akhirnya nek siti ijah memiliki anak yaitu ibu dari Melati. Pernikahan Melati dan Bian dilaksanakan secara sederhana, Bian tidak ingin teman-temannya mengetahui dirinya sudah menikah, pernikahan mereka hanya dihadiri kerabat dekat serta keluarga inti saja. Hal ini sebagai syarat Bian menerima perjodohannya dengan Melati. Satu minggu setelah menikah Melati diboyong oleh Bian dirumah barunya, namun tidak disangka oleh Melati, Bian justru berubah dihadapan keluarganya Bian begitu manis namun setelah tinggal satu rumah Bian justru bersikap dingin, Bian tidak ingin satu kamar dengan Melati. Bian tidak ingin Melati masuk kedalam kamarnya, bahkan pakaiannya saja bian tidak ingin Melati yang mencucinya. Melati sempat sakit hati pada Bian dengan perkataannya seolah ia jijik dengan Melati, “Tidak usah kamu repot-repot untuk menyiapkan segala keperluanku, jika kamu ingin masak cukup masak untuk diri kamu sendiri, dan pakAian kotorku tidak usah kamu cuci, oh iya satu lagi jangan pernah kamu tampakan wajah kamu didepanku sebelum aku berangkat kerja dan sesudah aku pulang kerja!.” Melati menahan Air matanya untuk tidak jatuh dipipinya “Oh, iya satu lagi kamu tidak usah khawatir biaya hidupmu akan aku tanggung.’ Melati sudah tidak tahan lagi dengan perkataan Bian. “Tidak perlu, mas tidak perlu repot-repot menanggung biaya hidupku, aku bisa hidup tanpa uang dari mas!.” Melati tidak kuat menahan emosinya, “Kalau begitu aku permisi.” Melati meninggalkan Bian. Melati langsung menuju kamar dan menutup pintu kamarnya, ia berdiri dibalik pintu sambil menahan tangisnya, Melati berusaha tabah, setelah selesai menangis ia kemudian mengambil Air wudhu ia hendak berdoa dan menceritakan keluh kesahnya kepada sang pencipta. Melati bangun lebih pagi dari Bian, ia hendak menuju dapur namun ia teringat perkataan dari Bian bahwa Bian tidak ingin bertemu dengannya, ia kemudian mengurungkan diri. Diambilnya ponsel dari atas meja riasnya, ia mencari nomer temannya ia berharap temannya dapat membantu mencarikan pekerjaan yang halal untuknya. Setelah berbincang-bincang dengan temannya Melati merasa beruntung teman masa SMAnya tinggal tidak jauh dari rumahnya, dan ia meminta tolong untuk dicarikan pekerjaan bersyukur temannya memiliki informasi bahwa tantenya memiliki sebuah toko kue yang sedang membutuhkan karyawati, Melati langsung menerima tawaran temannya. *** Hampir 5 bulan Melati menjadi karyawati di toko kue milik Bunda Ai tante dari teman SMAnya, sesampainya ia dirumah yang sekarang ia tinggali dengan suaminya, ia membuka pintu pagar dan mengunci pintu pagar, baru ia mengambil kunci untuk pintu depan rumahnya, setelah terbuka ia menguncinya kembali dan mencabutnya agar suaminya bisa masuk tanpa harus mengetuk pintu lagi. Langsung ia menuju dapur yang dirasakannya kini yaitu haus setelah berjalan kaki, ia meletakan wadah bekal makannya, tiap hari ia membawa bekal untuk mengurangi biaya hidupnya. Ia mengambil botol dari lemari pendingin dituangnya Air ke dalam gelas yang ia ambil dari rak piring. Ia kemudian duduk di kursi yang ada di dapur sebelum minum tidak lupa ia membaca basmallah terlebih dahulu, ia menarik napas panjang karena jarak dari rumahnya lumayan membuat kakinya pegal dan kerongkongan menjadi kering, tidak lama ia mendengar suara mobil yang masuk ke dalam garasi rumahnya suara mobilnya cukup membuat dirinya merasa kaget dan takut, ia langsung berdiri dari tempat duduknya ia mengambil botol Air mineral untuk dibawanya ke kamar. Melati mengunci pintunya ia tidak ingin jika suaminya melihat dirinya, berbeda dengan pasangan rumah tangga lainnya jika suaminya pulang pasti akan disuguhkan minum dan senyuman manis dari sang istri namun berbeda dengan pasangan ini Melati justru menghindari suaminya karena ia tidak ingin terlibat dalam konflik yang tidak pernah usai ia justru memilih untuk mengabaikan suaminya, ia tidak ingin rasa sakit dihatinya terus menerus menjadikan dirinya sebagai wanita yang bodoh dan terlihat lemah. 5 bulan berlalu pernikahan Melati dan Bian berjalan, namun belum ada perubahan, andai saja ia menolak perjodohan ini dan jika ia tidak ingat perasaan neneknya mungkin ia sudah meminta berpisah dari suaminya, ia merebahkan tubuhnya sesekali ia juga mengangkat kakinya agar aliran darahnya mengalir, awalnya Melati berfikir pernikahannya meski tanpa cinta ia akan mampu menjadikan pernikahan yang bahagia, namun justru kenyataannya ia tidak mendapatkan kebahagiaan. Setelah 5 bulan pernikahannya suaminya masih mencintai wanita yang sudah dianggapnya sebagai adik sepupunya bahkan sahabat, karena paman angkatnya adalah ayah dari Sazkia, wanita yang disukai Bian adalah Saskia meski Saskia sudah memiliki Suami dan seorang putra Bian masih mendambakan sosok wanita bernama Sazkia, Bian tidak pernah menyentuhnya bahkan menatap dirinya saja seolah jijik. Melati merasakan badannya penuh dengan keringat ia akhirnya berdiri dan berjalan mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi agar badannya terasa segar dan harum. Bian masuk ke dalam kamarnya ia mendengar suara gemercik air dari kamar sebelah itu tanda bahwa istrinya sudah pulang, sebenarnya Melati tidak perlu capek untuk bekerja yang mengharuskan dirinya setiap hari berjalan kaki, namun ia tidak ingin pemberian dari Bian. Ia ingin mendapatkannya dari hasil keringatnya sendiri meski Bian adalah seorang pengusaha, mungkin jika Bian mau menerima Melati akan berbeda ceritanya. Bian tidak ingin dilayani oleh Melati untuk makan, dan minum saja ia tidak ingin Melati yang melayani apalagi untuk kebutuhan biologisnya Bian seperti tidak nafsu melihat Melati. Kamar bian tidak boleh Melati bersihkan, untuk mencuci pakaian saja bian yang melakukannya sendiri. terdengar aneh memang selama lima Bulan Melati harus merasakan kucing dan tikus meski tinggal dalam satu atap ia tidak saling kenal bahkan jika bertemu Bian selalu memalingkan wajahnya. Selesai sholat magrib dan mengaji biasanya Melati memasak untuk makan malam meski terkadang hanya mie instan yang ia masak, ia memasak untuk dirinya sendiri, Melati menuju dapur namun ia melihat Bian yang masih berada di dapur ia kemudian mundur dan berbalik, biasanya bian makan malam tidak pernah ada dirumah ia selalu makan diluar, namun ketika Melati hendak berjalan Bian menghentikan langkah Melati "Sudah aku sudah beres membuat kopinya," baru kali ini Melati mendengar lagi suara dari laki-laki yang dianggapnya suaminya, namun tidak untuk suaminya. Bian tidak menganggap Melati adalah istrinya melainkan orang asing yang sedang ngekost dirumahnya. Melati berhenti sejenak untuk mendengar perkataan Bian . "Mamah menelfon aku, ia ingin kita pulang karena ada acara keluarga." Bian menatap punggung Melati. "Oh, tapi sepertinya aku tidak bisa karena ada acara yang mengharuskan aku tidak boleh ijin minggu-minggu ini." Melati menolak karena ia tidak enak dengan bu Ai. Melati melintasi Bian, “Harus! Kamu jangan bantah.” Bian terlihat egois, namun Melati mencium aroma segar dari kopi tersebut membuat perut Melati semakin berguncang. Melati masih menunduk ia tidak ingin Bian melihat wajahnya karena bagi Bian wajah Melati tidak menarik sama sekali. “Tapi.” Melati tidak melanjutkan perkataannya karena melihat wajah Bian yang begitu menyeramkan. “Oke, kalau kamu menolak berarti kamu sudah tahu konsekwensinya, jangan sampai kamu kehilangan nenek kamu akibat ulah cucunya.” Bian pergi meninggalkan Melati, seketika Melati hancur perasaannya rasa lapar seolah hilang ia teringat neneknya, tanpa sadar Air mata Melati menetes kepipi terasa sesak didada Melati. Melati sadar ia tidak sebanding dengan wajah Saskia, terlihat dari cara merawat wajah saja Saskia lebih cantik dibanding dirinya, Melati sadar dirinya hanyalah seorang anak yatim piatu ia tinggal bersama neneknya yang tiap hari berjualan kue ditengah teriknya matahari, untuk membiayai hidup mereka, beruntung Melati masih punya paman angkat yang membiayai dirinya berkat keluarga Saskia dirinya dan neneknya hidupnya menjadi lebih baik dibanding sebelumnya. Melati membuka mie instan ia merebusnya dan ia memecahkan dua buah telur agar dirinya tidak kelaparan malam harinya, setelah matang ia membawa mie instan beserta nasi kedalam kamarnya ia makan sambil menonton drama korea yang ia sukai meski terkadang tv nya mengeluarkan gambar tidak jelas karena antena tv sering berputar tertiup angina, ia juga membeli radio yang dibelinya di tempat jual beli barang bekas namun setidaknya bagi Melati ia sudah mendapatkan hiburan dari tv dan radio, ia tidak ingin menerima uang sepeserpun dari Bian. Ia tidak ingin mendapatkan julukan materialistis, cukup ia merasakan sakit hatinya karena mencoba untuk melayani suaminya namun hanyalah kepedihan yang didapat Melati akhirnya memutuskan untuk mengabaikan Bian padahal ia takut akan dosa dan pertanggung jawabannya sebagai seorang Istri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mengikat Mutiara

read
142.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Broken

read
6.4K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
526.2K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook