Chapter 3

1417 Words
"Wow---" mulut Devian terbuka begitu lebar, anak lelaki itu begitu terpukau melihat banggunan hotel di hadapanya. Ia harus berterima kasih dengan suami Rose yang telah memberikan mereka voucer menginap di hotel bintang lima di negara ini. "Tutup mulutmu Vian." Devian melirik saudari perempuannya. "Kau terlalu kampungan." Sindir Daya. "Diam kau." Devian berdecak. "Itu bukan urusanmu." Daya memutar bola matanya malas, lalu kembali tersenyum, ulang tahunnya kali ini akan dirayakan disini, senangnya. "Mom, apakah aku boleh berenang disana." Evelyn menganggukan kepalanya. "Jangan jahil dengan kedua saudaramu." Daya mengangguk-anggukan kepalanya, "mom tau, kalau aku anak yang baik." "Ada apa sayang? Kau tidak senang." Evelyn mendekat kearah Dean, anak bungsunya itu tiba-tiba menjadi pendiam tidak seperti kedua saudaranya. "Entahlah mom, dadaku berdebar semenjak masuk ke hotel ini." Evelyn tersenyum lembut, lalu mengusap kepala Dean. "Mungkin kau hanya gugup saja." "Mungkin mom, baru pertama kali aku kesini." Dean menatap Evelyn berbinar. "Ikut Daya dan Devian, mom harus chek in dulu." Dean menganggukan kepalanya, lalu mendekat kearah saudaranya yang nampak berdebat. "Mom, apakah kita tidak salah kamar?" Daya bertanya setelah mereka di antar kesalah satu kamar Presidential Suite. "Tidak, memang ini kamar kita." Evelyn mengajak ketiga anaknya untuk masuk kedalam. "Hadiah dari Drew terlalu mahal mom." Dean bersuara, anak laki-laki itu terpana melihat ruangan yang akan menjadi tempatnya menginap kali ini. Ia kira kamar yang ia dapat seperti kamar hotel biasa yang kunjungin. "Di sini, ada tiga kamar tidur. Kalian bisa pilih sendiri." Ketiga anak Evelyn terdiam. "Mom sepertinya kita harus berganti hotel, ini terlalu mewah." Devian bersuara, ia terlalu takut, entah perasaan tiba-tiba aneh semenjak masuk ke dalam kamar ini. "Jadi kalain mau pulang? Bukankah kalian merengek untuk datang kesini." Evelyn menatap ketiga anaknya bergantian. "Entahlah mom, aku merasakan akan terjadi sesuatu nanti malam. Apakah kita bisa menukar voucer tadi dengan uang? Kalau bisa aku akan memilih uang daripada menginap disini." Daya bersuara, lalu diikuti anggukan kepala kedua saudaranya. "Benar mom, lebih baik ulang tahun kami, dirayakan di restauran cepat saji, daripada di hotel ini." Ujar Dean. Evelyn memijat keningnya, kenapa tiba-tiba ketiga anaknya berubah seperti ini. "Mom janji, besok pagi kita pulang, setidaknya jangan saat ini, hari sudah sore." Ketiganya mengangguk. "Kita tidur bersama mom, aku takut tidur sendirian." "Tentu, mom takut juga membiarkan kalian berpisah. Bersiap-siaplah, Rose dan Drew akan datang sebentar lagi." ... Happy Birthday to You Happy Birthday to You Happy Birthday, Happy Birthday Happy Birthday to YouOne more candle to light On your birthday cake Hope your wishes all come true Now let’s celebrate "Make wish--" Devian, Dean dan Daya memejamkan matanya, ketiganya berdoa untuk tidak terjadi apa-apa dengan ibu mereka. Ketiga meniup lilin berbarengan. "Yeea" Teriakan Rose dan Evelyn bergema. "Happy birthday sayang." Evelyn memeluk ketiga anaknya bergantian, bahkan ia meneteskan air mata, ia tidak bisa menahan rasa haru. "Thank you mom," kata Dean dengan suara serak, ia menjadi cengeng disaat seperti ini. "Potong dulu kuenya." Evelyn memberikan pisau pada Daya, anak perempuanya itu bertugas untuk memotong kue ulang tahunnya. "Kuenya terlalu besar mom." Daya berseru. Kue ulang tahun yang sangat indah. "Terima kasih Rose," Dean memeluk Rose. "Drew kau juga." Lelaki paruh baya itu memeluk Dean erat. "Sama-sama, dan kue ini dari bosku. Yang memberikan voucer, kue dan hadiah ini juga bosku. Ulang tahun kalian bertetapan dengan ulang tahun perusahan tempatku bekerja." Tubuh Evelyn mendadak kaku, pantas saja ketiga anaknya merasakan hal aneh. Hotel ini milik Max, dan kemungkinan pria itu telah merencanakan sesuatu. "Mom!" Teriak Daya saat menyerahkan kue ulang tahun pada ibunya. "Kau kenapa?" Evelyn menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak apa-apa sayang." Evelyn mengambil kue yang Daya berikan, dalam hati ia berdoa semoga Max tidak menemukannya. Pesta kecil-kecilan yang Rose buatkan untuk triplest sangat sukses, ketiganya sudah tertidur pulas. "Kau mau ikut Eve? Pesta ulang tahun perusahan Holmes dirayakan di bawah." Evelyn menelan ludahnya susah paya, keringat dingin membahasi tubuhnya. "Aku--" belum selesai Evelyn berbicara, Drew menyela perkataannya. "Kau bisa ikut dengan kami, setidaknya kau harus menyapa mrs Holmes." Kepalanya Evelyn mendadak pening, ia tidak ingin ke pesta itu, namun ia segan untuk menolak ajakan Drew dan Rose. "Tapi aku tidak membawa dress," kata Evelyn, tentu saja ia jujur, ia memang tidak membawa dress atau sejenisnya. "Tak apa, aku sudah membawakanmu dress." Tubuh Evelyn melemas, tidak tidak bisa menolak kali ini. "Aku berganti pakaian dulu." Rose dan Drew menganggukan kepalanya, Evelyn segera masuk ke dalam kamar. "Apakah ini akan berhasil? Semoga tidak." Rose berbisik, "semoga saja, aku kasihan terhadap Evelyn." Drew menatap cemas istrinya. Kalau bukan karena hutang budinya terhadap keluarga itu ia tidak akan mengorbakan Evelyn. "Kau sangat cantik Evelyn." Rose memuji wanita itu, long drees semata kaki, sangat pas melekat di tubuh Evelyn. Evelyn mencepol asal rambutnya, ia hanya mengunakan lipstik merah, tanpa make up lainnya. "Pakailah." Drew menyerahkan sebuah topeng kepada Evelyn. "Setelah kau bertemu dengan Mrs. Holmes begegas kembali dan jangan meminum apapun." Evelyn mengangguk singkat, ada sesuatu memang, namun Drew mungkin tidak bisa menjelaskannya. ... Ballroom yang luas itu, kini penuh sesak dengan ribuan manusia. Holmes memang perusahan besar, namun ia tidak meyangka kalau semua karyawanya di undang juga, bahkan ia melihat beberapa artis yang berseliweran di hadapanya, meskipun menggunkan topeng Evelyn dapat mengenalinya. "Eve, ikuti aku." Evelyn segera mengikuti Drew dan Rose, penuh sesak akhirnya Evelyn bisa bernapas lega, sesaat setelah sampai di sebuah ruangan yang cukup besar. suasana diruangan ini lebih santai tidak seperti tadi mirip seperti pub. "Kau bisa melepas topengmu." Rose berbisik. Awalnya Evelyn ragu, namun terpaksa ia lepas. Beberapa kali Evelyn mencoba nencari sosok Max, namun pria itu tidak terlihat disini, tentunya saja Evelyn, ruangan ini khusus untuk para petinggi dengan usia rata-rata 49 keatas, yang tidak ingin ikut bergabung dengan pesta anak muda. "Mrs. Holmes." Seorang wanita paruh baya ada di hadapanya, meskipun sudah lanjut usia, kencantikan wanita itu masih terpancarkan. "Drew, kau datang dengan siapa?" Wanita tua itu menatap Evelyn begitu dalam. "Kau Ms Evelyn." Evelyn mengangguk ragu. Wanita paruh baya itu tertawa, lalu mendekat kearah Evelyn. "Jadi mantra apa yang kau ucapkan, sehingga cucuku menjadi impoten." Tubuh Evelyn meremang, kerasukan apa wanita tua ini, sehingga bisa menunduhnya seperti itu. "Aku tidak mengerti--" perlahan jemari Mrs Holmes menyentuh pipi Evelyn. "Tanpa polesan apapun, kau sudah sangat cantik," ucapnya dengan pelan. "Aku dengar ketiga anakmu berulang tahun hari ini." "Itu benar, terima kasih atas hadianya." Wanita tua itu tertawa, ia mendudukan tubuhnya di salah satu kursi. "Duduklah, Max tidak ada disini." Akhirnya Evelyn memilih duduk di hadapan wanita tua itu. "Bisakah aku pergi?" "Kau baru saja datang sayang, setidak minumlah dulu." Evelyn menggeleng, ia mengingat jelas pesan Drew. Evelyn menolehkan kepalanya, Drew dan Rose menjauh dari tempatnya, namun ia bisa melihat Drew tetap mengawasinya. "Panggil aku Sarah. Jangan takut, aku hanya ingin mengobrol dengan mu sebentar saja." Sarah menyesap red wine sejenak. "Aku hanya ingin mengatakan padamu, kau bisa pergi menjauh dengan ketiga anakmu." Evelyn mengerutkan keningnya, apalagi saat Sarah mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini tiket pesawat untuk besok pagi, kalau bisa pergi ketempat yang telah aku siapkan, aku tidak berniat jahat padamu, namun jika Max menemukan aku tidak bisa berbuat apapun menyelamatkan mu, apalagi ketiga anakmu itu." Ketakutan menerjang perasaan Evelyn. "Kenapa baru sekarang Max mencari ku?" Pertanyaan Evelyn membuat Sarah tertawa. "Well, seperti aku harus jujur, yang menyembunyikan mu dari Max adalah aku, anak itu bahkan seperti orang gila mencarimu. Bagi Max kau adalah candu yang membangkitkan jiwa terdalamnya." Evelyn menelan saliva kuat-kuat. "Kau pernah mendengar isitlah Mate?" Evelyn menganggukan kepalanya singkat. "Kami memang bukan keturanan werewolf, namun kepercayan turun temurun keluarga Holmes, mereka akan punya satu pasangan seumur hidupnya, Max tidak mempercayai itu, cucuku bilang itu hanya bualan yang aku buat." "Namun setelah kejadian kalian, di rumah hutan itu, keperkasaan Max menghilang, ia tidak b*******h kepada wanita manapun, bahkan dokterpun sudah memerikasnya, tidak ada yang dapat memastikan kenapa Max bisa seperti itu," "Lima tahun silam ia mendatangiku, dia mengatakan ada tiga pohon baru tumbuh di sekitar rumah hutan, dan artinya ada tiga orang anggota baru Holmes telah lahir dan usianya sudah lebih dari tiga tahun. Aku mendesak cucuku itu, ia mengatakannya, ia membawa seorang gadis ke rumah hutan, dan mereka melakukan mateting. Tanpa Max sadari wanita itu adalah matenya." "Kau adalah Mate Max, dan cucuku marah akan hal itu, gara-gara kau hidup Max menjadi gelap, tujuan utama Max sekarang hanya menemukanmu." "Jadi apakah aku bisa pergi sekarang?" Evelyn tidak ingin berhubugan dengan keluarga Holmes, ia hanya ingin hidup tenang dengan ketiga anaknya. "Tentu, jangan biarkan Max menangkapmu, akan aku pastikan kau akan dikurung oleh cucuku itu." Evelyn segera menyambar amplop yang diberikan Sarah. Ia ingin pergi dari sini. TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD