bc

AL-IVIA

book_age0+
3.9K
FOLLOW
32.0K
READ
scandal
badboy
badgirl
powerful
student
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

SUDAH TAMAT!

Bisa dibilang Al itu manusia empat dimensi, dia bisa jadi lucu, jahil, super baik, tapi bisa jadi jahat juga. Al berharap dia bisa punya pacar yang lemah lembut, baik, terus romantis. Tapi takdir gak berpihak, Al malah ketemu sama cewek yang kelakuannya gak jauh beda dari dia, sebelas dua belas.

chap-preview
Free preview
Chapter 01
"Tuh orang sumpah ganteng nya gak manusiawi banget," "Dia manusia bukan sih?" "Gue gak peduli dia mau selingkuh, mau duain, tigain, empatin bahkan seratusin gue gak masalah yang penting gue bisa jadi ceweknya." "Bodo amat ya dia tukang bikin onar yang penting hati gue udah nancep di dia." "Ya ampun Al, manusia jenis apa sih lo?" Lima orang perempuan yang terkenal karena kecantikan mereka menatap seorang laki-laki yang sedang berlari kesana-kemari sambil mengejar ataupun menggiring bola. Menonton murid laki-laki bermain bola di jam istirahat memang sudah biasa, namun menonton bola sambil berteriak hanya karena satu orang sungguh tidak biasa. "AAAAAAA!" Teriakan murid perempuan terdengar kian histeris saat laki-laki yang memiliki tinggi badan sekitar 178 cm itu membuka seragam sekolahnya yang basah dan menyisakan kaus berwarna putih. Dengan santainya laki-laki itu terus berjalan ke tengah lapangan setelah menenggak air mineral, sadar akan pesonanya yang luar biasa memikat ia pun tidak pelit membaginya kepada cewek-cewek yang sedang berdiri di pinggir lapangan dengan cara mengedipkan matanya. Banyak dari mereka yang langsung bengek setelah mendapatkan kedipan maut dari sang most wanted, prince charming, and the most handsome face for ever, dimana ketiga gelar tersebut diberi atas rasa kagum para kaum hawa kepadanya. "Al!" Orang yang baru saja dipanggil langsung menoleh menatap bola yang tengah melambung ke arahnya. Laki-laki itu tersenyum seraya mempersiapkan kedua tangannya untuk segera menangkap bola basket yang semakin dekat dengannya dan langsung melemparkan bola tersebut ke ring. Shot! PRAAANG! "ALVARO RASYANDRA MATTHEW!!!!!" "Ck, saos tartar!" (()) "Berapa kali saya bilang kalau mau main basket itu di lapangan dalam jangan di lapangan luar!" "Lapangan di luar itu untuk anak futsal bukan untuk anak basket!" "Udah yang kesepuluh kalinya jendela yang ada di sekolah pecah karena ulah kalian berlima!" "Terutama kamu, Alvaro!" "Yang jadi pertanyaan saya, buk. Kenapa di lapangan futsal ada ring basket? Jiwa anak basket saya suka meronta-ronta ingin sege..." "Diam kamu!" "Oke," Al mengangguk mengunci rapat mulutnya. Wanita yang tak lain adalah kepala sekolah mereka langsung menghembuskan napas panjang sebelum ia menoleh pada laki-laki yang ada di sebelahnya. "Urus mereka, terserah mau kamu apakan." Katanya seraya berjalan keluar dari ruang BK. Laki-laki yang merupakan bagian dari guru BK langsung mengangguk lalu mengambil alih untuk berdiri di depan kelima muridnya yang terkenal badung. Namun tampan. Wajah kelima murid itu terangkat ke atas menatap berani guru BK mereka yang sedang memperhatikan mereka secara satu persatu. "Jujur saya gak tau lagi harus apa, saya tahu betul kalian. SPO aja gak cukup," Kelima murid itu mengangguk setuju. "Sayang kertas HVS nya pak tiap hari harus keluar cuma buat kita, kasihan murid lain gak kebagian jadinya." "Iya Dewa, lebih baik kamu diam sebelum tangan saya yang melayang." Dewa mengangguk. "Baru aja kalian jadi anak kelas dua belas dan seharusnya kalian bisa jadi contoh untuk adik-adik kelas kalian, tapi kenapa gak ada perubahan sama sekali?" "Pak, pak!" Guru BK serta kelima murid laki-laki itu langsung menoleh. "Minta kunci UKS soalnya ada yang pingsan," "Lho anak PMR gak ada yang megang kunci UKS?" "Gak ada pak," "Emang siapa yang pingsan?" Tanyanya sambil keluar untuk mengecek ruang UKS. Kosongnya ruang BK langsung dimanfaatkan untuk segera kabur oleh kelima murid laki-laki tersebut. Tak lama mereka pergi guru BK sudah datang, melihat ruangannya kosong tidak ada kelima murid tadi ia hanya bisa menghela napas. (()) Pulang sekolah, Al tidak langsung pulang melainkan duduk di pos satpam. Al tidak langsung pulang bukan karena ingin nongkrong atau apapun melainkan sedang menunggu ayahnya datang menjemput. Al tidak sendirian, ada dua orang satpam yang sedang mengobrol serta satu orang cewek yang merupakan adik kelasnya. "Sama Felly aja yuk kak, kan Felly juga ngelewatin perumahan kakak." Al menggeleng, "gak usah Fel. Gue di jemput," kata Al sambil menyunggingkan senyum. "Kalo boleh tau sama siapa?" "Supir," Gadis bernama Felly itu terlihat mengangguk. "Felly temenin sampe jemputan kakak dateng, gimana?" Di dalam hati Al sudah membatin serta dirinya yang mulai merasa risih, muak, bosan. "Gak usah lo pulang aja ntar dicariin," "Abang kakak ya yang jemput?" Tanya Felly sambil menunjuk ke arah gerbang sekolah. Al mengerenyit lalu menoleh ke arah gerbang dan mendelik. Bapak gue buset, Abang! "Sama-sama ganteng kayak kakak," Felly tertawa malu. Al ikut tertawa dengan nada terpaksa. "Pasti abangnya kak Al, ya?" Sama seperti Al, kedua mata Rafa mendelik namun tak lama ia tersenyum senang. Al melompat turun dari pos satpam kemudian merangkul Rafa. "Ayok bang kita pulang," ajak Al seraya membawa Rafa untuk segera keluar dari lingkungan sekolah tanpa pamit pada Felly. Untuk apa pamit, toh Felly bukan siapa-siapa Al. "Abang!" Al mencampakkan tas nya ke jok belakang mengabaikan anak perempuan yang baru saja menyapa nya sedangkan di depannya terdengar suara tawa dari ibunya dimana Rafa tengah bercerita tentang Felly menganggap Rafa sebagai Abang Al. "Ih Abang!" Al mengerucutkan bibir menyuruh adiknya untuk menciumnya. "Gak mau Abang bau," anak kecil dengan rambut dikuncir dua menutup hidungnya dengan kedua tangan mungilnya. "Wangi tau wangi!" Al mendekatkan ketiaknya ke hidung adiknya membuat sang adik menjerit keras. "Abang," tegur Aya dengan suara lembutnya. Al menjauhkan ketiaknya dan tertawa melihat rambut adiknya sudah acak-acakan, rambutnya yang dikuncir tepat di tengah melenceng ke depan. "Dih makin jelek kayak orang gila," Pipi anak perempuan itu semakin chubby setelah ia menggembungkan pipinya. Al membuka seragam sekolahnya menyisakan kaus putih yang ia pakai untuk bermain basket di jam istirahat kemudian menarik adik kecilnya ke pangkuannya. "Gak mau, gak mau! Abang bau iiih kelinget nya!" Katanya sambil mendorong d**a Al untuk menjauh dari tubuhnya. "Tapi Abang mau bobok!" "Atha gak mau di peluk!" Anak itu langsung turun dari pangkuan abangnya. Al menatap adiknya dengan sinis. "Oke fine, cukup tau." Al mengambil tas nya lalu memeluknya. "Gak pake adek kayak Agatha!" "Kok gitu ciiih?" Al diam dengan kedua mata yang sudah terpejam. "Abang!" "Bangun!" "Ih bangun Abang!" "Tendang nih bulung nya!" "Eh-eh!" Aya langsung membekap mulut anak perempuan dan wajah yang syok. Kedua mata Al juga langsung terbuka sempurna dengan mulut yang menganga sementara Rafa sedang tertawa keras. "Siapa yang ngajarin ngomong kayak gitu? Ih Mi, masih tiga taun udah ngerti soal tendang burung." Kata Al menatap tidak percaya adiknya. "Papi yang ajalin," "Kamu!" Aya mencubit lengan Rafa membuat Rafa mengaduh kesakitan. "Aawww! Aku bilang sama Agatha kalo ada laki-laki yang nyakitin dia tendang burungnya." Ucap Rafa sambil mengelus-elus lengannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Noda Masa Lalu

read
184.2K
bc

T E A R S

read
312.8K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

MOVE ON

read
95.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook