bc

Suamiku Duren Meresahkan

book_age18+
99
FOLLOW
1K
READ
revenge
second chance
self-improved
drama
bxg
icy
city
office lady
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

[ Konten mengandung 18+, Bisa jadi ada adegan s*x, adegan gore, adegan penyalahgunaan narkoba, atau kata-kata kasar yang saru, jadi harap lebih bijak dalam memilih bacaan]

Bagaimana rasanya apabila kamu berada di posisi paling awkward dalam sebuah hubungan? Berada di posisi serba salah akan segala hal namun, masih berusaha terlihat baik-baik saja?

Ditinggal menikah dengan wanita lain oleh tunangan yang sebentar lagi menjadi suami secara sah, adalah sebuah kenyataan layaknya nightmare berkepanjangan tanpa celah.

Una, gadis itu harus menerima kenyataan pahit ketika baru saja merasakan angin segar akan hubungannya dengan tunangannya direstui dan akan menikah beberapa bulan mendatang setelah Una lulus dari kampusnya.

Ternyata kekasih hati yang membuatnya setia selama ini sudah melaksanakan pernikahan dengan wanita lain tepat di hari kelulusannya. Hal itu tentu saja membuatnya luar biasa sakit hati, bersumpah serapah di depan setiap orang yang tak mengerti keadaannya.

Waktu terus berlalu hingga ia bertemu seorang pria bernama Zidna Ilman, seorang pria biasa saja yang mampu membuatnya kembali merasa seperti manusia pada umumnya. Una mengetahui bahwa perasaan itu tak bisa dibohongi, lambat laun akan memuncak juga.

Setahun lamanya mereka menjalin hubungan, Una kembali menemui kebuntuan karena masa lalunya kembali ke kota itu, kembali menyapanya dengan cara yang sama seperti yang lalu dengan status ‘Duda Cerai Mati’

Note : Update tergantung pembaca, pembaca melimpah author bisa sampai kesurupan buat ngetik chapter demi chapter, ditambah lagi kalau pembaca menambahkan cerita ini ke perpustakaannya author bakal daily update kalau bisa^^

* Tambahkan cerita ini ke perpustakaan dengan menekan ikon Love di pojok kanan bawah agar mendapat pemberitahuan ketika cerita di update

** Tinggalkan masukan di kolom komentar jika sempat ☆

chap-preview
Free preview
Prolog
       Suasana di dalam ruangan itu tampak sudah sangat sepi, beberapa mahasiswa sudah sudah pulang bersama keluarga besar mereka dengan rasa gembira karena telah lulus dengan  title ‘Sarjana Sastra’         Begitu pun dengan Una, gadis itu tersenyum semringah saat menerima piagam wisudawati, ia sangat senang bukan karena mendapatkan piagam dan title sarjana di usia yang cukup muda saja.  Namun, ia juga sangat senang karena sebentar lagi ia bisa menikah dengan kekasihnya.           “Kamu telepon Fano dulu, kabari dia kalau kamu sudah lulus,” pinta Arumi, ibu kandung Una.            “Sebentar, Ma.” Tanpa pikir panjang Una segera mengeluarkan smartphone miliknya lantas mencari sesuatu di smartphone tersebut.            Saat itu Una hanya merias diri ala kadarnya, hanya memakai kebaya brukat hitam pinjaman dari Kakaknya Eliza, rok span dengan kain songket tenun berwarna senada, sepatu wedges setinggi tiga sentimeter dengan warna silver. Namun, walaupun terkesan apa adanya, penampilannya hari itu tampak sedikit elegan ditunjang dengan riasan wajah yang fresh.            “Tersambung atau tidak?” tanya Arumi lagi.            “Masih belum, Ma. Mungkin dia lagi sibuk mengurusi pekerjaannya,” jawab Una mencoba menenangkan pikirannya.            “Ya, sudah, coba kirim pesan chat saja. Siapa tahu dia memang sedang sibuk,” kata Arumi lagi.           Una mengikuti saran Arumi karena ia juga tak mempunyai pilihan lain selain itu. Ia mengabarkan kelulusannya kepada Theofano, kekasihnya. Tanpa lupa menanyai apa yang sedang dikerjakan oleh Fano saat itu.            Setelah pesan itu terkirim, Una di datangi oleh beberapa temannya yang juga sama-sama lulus hari ini namun, dengan title yang berbeda. Mereka meminta Una untuk ikut berfoto bersama mereka agar bisa memiliki kenang-kenangan.           Awalnya Una tak ingin melakukan hal itu, hingga beberapa kali dibujuk oleh Arumi agar bisa bersosialisasi dengan baik dengan teman-temannya walaupun tidak dekat.           Una terpaksa ikut, berdiri di samping seorang gadis tinggi menjulang bernama Atikah Isada yang mengenakan kebaya bernuansa broken white berpadu warna bronze.           “Say cheers, ya! Senyum terbaik!” teriak salah satu dari mereka yang memegang kamera.                    Cekrek!            Satu foto terpotret, membuat Una sedikit gugup karena ia sendiri yang tidak mengenakan hijab di tengah teman-temannya. Arumi tersenyum jahil ketika melihat Una yang gelisah.           “Sudah ... jangan berpikir yang macam-macam dulu, sayang. Ayo, kita pulang sekarang.” Arumi tersenyum kepada Una.          “Perasaan Una enggak enak, Ma. Dari tadi Una gelisah banget tapi, Una enggak tahu apa yang membuat Una gelisah sampai keringat dingin begini,” kata Una kemudian.           “Mungkin kamu terlalu bahagia karena sudah lulus, ditambah sebentar lagi akan menjadi pengantin,” ucap Arumi.           Arumi dan kedua orang tua Fano memang sudah sepakat untuk menikahkan kedua anak mereka setelah Una lulus kuliah agar pendidikan Una tidak terganggu mengurus rumah tangga sekaligus belajar untuk berpikir lebih dewasa lagi. Una dan Fano sudah berpacaran sejak sekolah menengah atas, saat mereka bertemu Una adalah murid kelas sepuluh sementara Fano sudah kelas dua belas yang akan lulus.            Umur mereka terpaut tiga tahun namun, sampai sekarang Una dan Fano tak pernah saling meninggalkan apa lagi bertengkar sampai berhari-hari. Fano memiliki sifat penganyom, dewasa, dan baik budi pekertinya.           Mungkin hal itulah yang membuat Una betah untuk setia dengan satu pria selama beberapa tahun ke belakang.           “Tapi, Ma ... enggak biasanya di susah dihubungi seperti ini,” ucap Una.           “Mungkin memang lagi sibuk, kamu enggak perlu khawatir ... Mama tahu kalau pasangan yang akan menikah pasti akan mendapat beberapa cobaan,” gumam Arumi mengelus puncak kepala Una perlahan mencoba untuk memahami perasaan Una saat itu.           “Tapi ....”            “Sudah ... sekarang Mama akan menelepon kakak kamu agar menjemput kita, kamu tenang sedikit ya ....”             Una mengangguk perlahan, lantas mereka berjalan beriringan meninggalkan ruangan aula hotel bintang lima itu. Una kembali mengecek ponselnya berharap ada balasan dari Fano.             ---          Una terpaku saat melihat laki-laki di hadapannya, batin Una hancur sehancur—hancurnya saat menyadari bahwa laki-laki di depannya sudah memakai cincin kawin di jari manisnya. Ia benar-benar tak habis pikir bahwa lima tahun lamanya mereka menjalin hubungan akan kandas dengan hal seperti ini.           Hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, bahkan tak akan pernah mau ia bayangkan. Una menangis dalam diam melirik undangan di genggamannya, bahkan air mata itu turut terjatuh membasahi kertas itu.            “Maaf, Una. Aku benar-benar minta maaf akan hal ini, aku—“           “Maaf? Kita sudah lama berhubungan ... kenapa begini?” tanya Una dengan suara bergetar.           Fano mengulurkan tangan hendak menyapu butiran air mata yang saat ini membasahi wajah bulat Una, wajah tembam itu kini semakin suram tak seperti biasanya.            “Jawab saja kenapa!” bentak Una, menampik tangan Fano.            “Maaf ... aku benar-benar minta maaf ... aku terpaksa menikahinya karena suatu hal dan—“           “Kita sudah sampai sini, kenapa kamu malah menikah dengan wanita lain? Kamu egois, aku sudah berusaha mati-matian agar lulus lebih awal dan kita bisa menikah di tanggal serta bulan yang kita pilih, Fano ... dia siapa? Kenapa tiba-tiba begini?” tanya Una panjang lebar.              Fano hanya terdiam, tak bisa menjawab hal itu karena ia sendiri merasa sangat jahat akibat mengkhianati Una setelah sekian lama berada di sisinya.           “What are you doing, Theofano? Why ... aku ....”            Fano tak bisa berbuat banyak selain menarik Una ke dalam pelukannya, pelukan yang mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya karena malam ini juga ia akan terbang ke Singapura. Meninggalkan  Una, meninggalkan kenangan yang sudah lima tahun ia rekam, meninggalkan sebuah mimpi dan harapan yang nyaris tercapai.           “Kamu tahu selama ini aku sudah berjuang untuk percaya dengan setiap bait kata-kata yang keluar dari mulut kamu,” ucap Una.           “Maaf, mungkin jodoh kita Cuma sampai di sini, Una. Maafkan aku karena menyakiti perasaan kamu, aku benar-benar merasa bersalah akan hal ini. Tapi, aku juga enggak bisa berbuat apa-apa,” balas Fano.          “Fano ....”           Fano melepaskan pelukannya, lantas menyapu air mata yang masih membekas di mata Una.             Tentu saja hal itu membuat Una semakin terisak, tak sanggup menahan rasa tak ikhlas yang sudah menguar di hatinya. Ia menggenggam erat tangan Fano saat itu tak ingin melepaskannya namun, Arumi segera datang dan memeluk Una. Menyadarkan Una dari mimpi buruk itu, Una masih menangis dalam dekapan Arumi yang juga terpukul akibat kejadian itu.         Fano datang bersama kedua orang tuanya dan tiba-tiba membatalkan pertunangan dengan alasan yang tak bisa di terima mentah-mentah. Mereka mengatakan bahwa tadi pagi Fano sudah resmi menjadi suami dari wanita lain.           “Bu Arumi, saya minta maaf, Bu. Saya enggak berniat memainkan perasaan Una. Selama ini saya tulus mencintai Una tapi, saya benar-benar enggak bisa menikahi Una,” kata Fano mengambil tangan Arumi, lantas menciumnya.          “Ibu sudah memaafkan kamu, sekarang lebih baik kamu pulang. Semakin lama kamu di sini, akan membuat Una merasa terpukul juga. Terima kasih telah menjaga anak saya selama lima tahun ini, Fano.” Arumi mengatakan hal itu dengan  berlinang air mata.            

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook