"Napa lu? Tumben anteng."
Nevan menatap sekilas Tono yang baru saja berbicara kepadanya.
"Lagi galau bang karena gebetannya kagak peka-peka." Sahut Rangga.
Tono tertawa sambil mengelap kaca helm nya.
"Dia bukan gebetan gue." Kata Nevan.
"Masak? Terus ngapain coba Lo rajin banget deketin dia mulu? Suka Lo ya?" Tanya Akbar.
Nevan mengarahkan jari telunjuknya pada Rangga. "Gue gak suka sama Reya, kenapa? Karena emang seharusnya Reya yang suka sama gue, gue mau buktiin ke Lo semua kalo gak ada satupun cewek yang bisa nolak gue, termasuk Reya."
Ogik dan Rangga manggut-manggut.
"Sayangnya dia gak tertarik tuh sama lu." Kata Akbar sambil membuang abu rokoknya yang mulai memanjang.
Nevan tertawa kecil, "Lo liat aja." Ucap Nevan mengalihkan wajahnya ke arah lain.
Tono hanya tertawa kadang sesekali menggelengkan kepala melihat tingkah laku anak-anak SMA tersebut.
Nevan menghentikan motornya diantara pengendara lain saat lampu merah menyala. Seraya menunggu lampu hijau menyala Nevan memperhatikan ke kanan dan kirinya, kepala Nevan yang menoleh ke kiri dengan waktu yang singkat kembali ia tolehkan ketika tanpa sengaja matanya menangkap sosok laki-laki yang sangat ia kenali. Sebenarnya Nevan malas memperhatikan laki-laki yang merupakan rival nya namun seorang gadis yang berada di boncengan laki-laki itulah yang membuat mata Nevan terus tertuju ke arah mereka.
Nevan menarik gas siap untuk segera melepaskannya saat lampu hijau akan menyala nantinya.
"Ada kak Nevan, gimana ini?" Tanya Reya setelah mengetahui bahwa Nevan berada tidak jauh dari mereka, selain takut karena adanya keberadaan Nevan Reya juga semakin takut melihat tatapan mata tajam Nevan tertuju ke arah mereka.
Kevin memperhatikan raut wajah cemas Reya dari spion.
"Gak papa, ada gue." Balas Kevin meyakinkan Reya yang sedang ketakutan.
"Pegangan yang kuat, Ya. Kayaknya gue bakal ngebut." Lanjut Kevin seraya melirik Nevan yang sedang memperhatikan mereka dari ekor matanya.
"Aku takut, ntar di sekolah dia pasti cari-cari aku."
Kevin menjauhkan tangan kirinya dari stang motor mengulurkan tangannya ke belakang.
Reya memperhatikan tangannya yang sedang dipegang oleh Kevin membawa tangannya ke pinggang laki-laki itu.
"Kalo Lo mau aman, dengerin gue. Pegangan yang kuat." Ucap Kevin menoleh ke samping.
Reya menganggukkan kepala, tangan kanannya yang masih berada di pahanya berpindah melingkar di pinggang Kevin menggenggam tangan kirinya dibagian depan perut Kevin. Reya menjatuhkan kepalanya di bahu Kevin menyembunyikan wajahnya di bahu lebar laki-laki itu. Reya mengeratkan lingkaran tangannya setelah mendengar aba-aba dari Kevin bahwa lima detik lagi lampu hijau akan menyala.
Para pengendara yang lain dibuat terkejut melihat dua pengendara motor besar melaju dengan kencangnya saat lampu hijau baru saja menyala. Bahkan mereka menggelengkan kepala melihat kedua pengendara motor tersebut, apalagi suara motor mereka meraung dengan begitu kerasnya memekakkan telinga.
"s**l! s**l! s**l!" Umpat Nevan dibalik helmnya saat pengendara mobil yang ada didepannya berhenti sedangkan Kevin sudah menjauh bahkan hilang dari pandangannya.
Nevan menegakkan tubuhnya untuk melihat mengapa mobil yang ada didepannya tidak kunjung melaju, u*****n yang keluar dari mulut Nevan semakin menjadi-jadi saat mengetahui bahwa dirinya sedang terjebak dalam kemacetan.
Kevin memperlambat laju motornya setelah merasa yakin jika mereka sudah terlalu jauh dari Nevan. Kevin menatap spionnya untuk memastikan jika Nevan benar-benar tidak ada dibelakang mereka.
Kevin membelokkan motornya ke arah jalanan sepi yang dipinggir-pinggirnya ditanami pepohonan yang rindang.
Daun kering yang warnanya sudah berubah menjadi kecoklatan jatuh di aspal hitam membuat daun-daun tersebut berterbangan ketika ada pengendara yang melintas.
"Ya, Lo gak papa?" Tanya Kevin sambil menepuk-nepuk pelan punggung tangan Reya yang terasa sangat dingin.
"Reya." Panggil Kevin ketika Reya tidak kunjung menyahut.
"Nevan gak ada, jangan takut. Kita udah aman sekarang."
Mendengar kalimat itu barulah Reya menjauhkan wajahnya dari bahu Kevin.
"Astaga, muka Lo kenapa pucet banget." Kata Kevin sambil melepas helmnya dan turun dari motor seraya memegangi Reya yang masih berada di atas motor, Kevin membantu Reya turun dari motor secara perlahan-lahan karena bisa ia rasakan bahwa tubuh Reya sedang lemas.
"Sanggup berdiri?"
Reya mengangguk lemah.
Cepat-cepat Kevin membuka jaketnya dan membentangkannya di atas rerumputan yang ada di pinggir jalan.
"Duduk dulu." Ujar Kevin menuntun Reya untuk duduk di atas rumput yang beralaskan jaketnya.
"Lo bawa minum?"
Reya mengangguk.
Kevin membuka tas Reya dan mengeluarkan botol minum berwarna pink membuka tutup botol tersebut dan meminumkan air putih yang Reya bawa.
"Lo lemes karena gue kenceng banget bawa motornya?" Tanya Kevin.
"Enggak juga." Balas Reya dengan lirih.
Kevin menatap Reya menunggu kelanjutan dari ucapan gadis itu.
"A-aku... Aku belum sarapan." Lanjut Reya tanpa menaikkan volume suaranya.
"Lo belum sarapan ditambah lagi gue bawa motornya kayak orang kesetanan." Kevin mengangguk, dirinya yang sedari tadi berjongkok di depan Reya berpindah duduk di sebelah Reya.
Terjadi keheningan diantara mereka, namun tak lama Kevin kembali membuka suara.
"Lo masih mau ke sekolah?" Tanya Kevin.
Reya diam.
"Kalo Lo takut ketemu sama Nevan lebih bagus gak usah, biar gak dibikin absen atau cabut Lo telfon temen Lo suruh bilang ke sekretaris kalo Lo gak masuk karena sakit. Tapi kalo Lo tetep mau ke sekolah, gue anter, sampe depan gerbang sekolah Lo." Ucap Kevin.
Reya menundukkan kepala seraya memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil untuk saat ini.
Kevin menaikkan sebelah alisnya saat Reya menatapnya.
Reya menggeleng, "aku gak mau ke sekolah."
Kevin mengangguk mengeluarkan ponselnya dari kancing celana lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"Lo beliin sarapan pagi sekarang, anter ke tempat biasa kita nongkrong."
Setelah berbicara Kevin memasukkan ponselnya ke saku seragamnya menatap Reya yang kebetulan juga sedang menatapnya.
Reya tersenyum tulus, "makasih, Kevin."
"Bos, bos."
Nevan mendorong tubuh Ogik dengan kuat hampir membuat laki-laki itu tersungkur kalau saja ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Van, udah lah biarin aja." Kata Rangga sambil menarik jaket Nevan.
Nevan menjauhkan tangan Rangga dari jaketnya naik ke atas motor seraya memakai helmnya.
"Anak-anak gak siap kalo harus tawuran lagi sama anak Darpa, cuma gara-gara Lo."
Nevan menatap tajam Akbar yang sedang berdiri di depan motornya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke kantong celana.
"Lo bilang kalo Lo gak suka sama Reya, gak tertarik sama Reya, tapi apa? Ngeliat Reya di lampu merah sama Kevin aja Lo udah kayak orang dikejer-kejer setan." Lanjut Akbar dengan senyum yang tersungging di sudut bibirnya.
Dengan geram Nevan membuka helmnya. "Gue gak tertarik sama Reya, gak sama sekali! Gue bisa buat Reya bertekuk lutut sama gue, Lo liat aja, pegang kata-kata gue. Minggir Lo!" Ucap Nevan kembali memakai helmnya.
Rangga menarik Akbar agar menyingkir dari hadapan Nevan.
Akbar tertawa seraya menunduk melihat Nevan sudah pergi meninggalkan parkiran sekolah.
"Kenapa kalian di luar? Jam belajar sedang berlangsung, masuk!"
Tiga orang laki-laki itu berbalik menatap guru perempuan yang sedang membawa buku.
"Barusan nganterin Nevan cabut, buk." Kata Akbar sebelum melangkah pergi.
Bu Dila menghela napas kasar.
"Permisi buk, saya mau masuk dulu hehehe." Kata Ogik membungkukkan badannya saat melewati Bu Dila lalu diikuti dengan Rangga yang hanya menyunggingkan senyum.
"Dasar, anak-anak nakal!" Gumam Bu Dila sambil berjalan masuk ke dalam sekolah.
"Heh! Hati-hati dong! Liat-liat kalo mau belok!" Teriak seorang ibu-ibu.
Nevan yang belok sesuka hatinya hampir membuat seorang ibu-ibu pengendara motor terjatuh semakin mempercepat laju motornya, apalagi setelah melihat motor berwarna hijau yang sangat ia kenali berbelok ke arah jalanan yang sepi.
Brak!
Dua motor dengan berukuran yang sama namun beda warna tergeletak begitu saja di aspal setelah si pengendara motor berwarna hitam menendang sisi body motor yang berwarna hijau membuat si pengendara dan juga motornya terjatuh di aspal.
Nevan membuka helmnya mencampakkan helmnya begitu saja ke aspal melayangkan berbagai tinjuan ke wajah tampan Kevin. Menendang motor Kevin hingga Kevin terjatuh ke aspal dan sekarang secara membabi buta memukuli wajah Kevin seperti orang kesetanan adalah cara Nevan dalam melampiaskan emosi yang sudah ia tahan sejak pagi tadi.
Tidak ingin tinggal diam Kevin mendorong tubuh Nevan yang berada di atasnya dengan sekuat tenaga berbalik memukul Nevan yang sekarang sudah berada di bawah kekuasaannya, pukulan yang Kevin layangkan juga tidak tanggung-tanggung kerasnya.
"Stop buat nakut-nakutin Reya anjing!" Ucap Kevin dibalik tangannya yang terus memukuli wajah Nevan.
Merasa semakin geram dengan Kevin, Nevan mencengkeram kerah seragam Kevin seraya bangkit berdiri.
"Stop buat deketin Reya karena dia punya gue!"
Kevin tertawa mengejek, rasa nyeri di bagian bibirnya yang sedikit berdarah tidak menjadi halangan bagi Kevin untuk tidak mengejek Nevan.
"Punya Lo? Boleh gue tanya Reya dulu bener gak dia itu punya Lo?"
Rahang Nevan terlihat semakin mengeras bersamaan dengan cengkeraman di kerah seragam Kevin yang semakin menguat.
"Lo gak iri sama gue? Di saat Lo mati-matian buat Reya ngeliat ke arah Lo di saat itu juga seluruh perhatian Reya tertuju ke arah gue. Reya mau ngomong bahkan cerita banyak ke gue, Reya mau senyum ke gue, Reya mau naik ke atas motor gue duduk manis di belakang gue padahal gue sama Reya baru kenal. Sedangkan Lo?" Kevin tertawa.
Kevin mendorong tubuh Nevan membuat Nevan mundur beberapa langkah.
"Dan barusan Lo bilang apa ke gue? Reya punya Lo?" Tanya Kevin sambil berjalan mendekati Nevan.
"Hampir semua cewek yang ngeliat Lo langsung jatuh hati karena pesona Lo yang katanya... Keren?! Tapi, enggak buat Reya. Ngeliat Lo untuk yang pertama kalinya Reya langsung kabur, gak kayak cewek-cewek murahan yang ada di luar sana. Reya punya Lo? Wake up dude!" Ucap Kevin seraya mencecapi ujung bibirnya dengan lidah yang mengeluarkan darah sebelum pergi dari hadapan Nevan.
"Wah, motor gue ancur, lecet semua nih." Kata Kevin sengaja menguatkan suaranya.
"Bro, gue gak minta ganti rugi karena Lo udah nendang motor gue sampe ringsek gini. Mau seberapa ancur nya motor gue, gue gak akan minta ganti karena Lo terlalu banyak uang untuk sekedar ganti rugi. Itung-itung buat nebus kesalahan Lo, Reya buat gue aja gimana?" Tanya Kevin sambil tertawa.
Nevan mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Kaki Nevan menendang helm nya yang berada di aspal saat Kevin sudah pergi. Di dalam hati Nevan tiada henti-hentinya mengumpat menyumpah serapah Kevin.