Dijodohkan

1985 Words
Suara notifikasi pesan muncul di ponselnya, arah mata Nicho pun langsung tertuju pada layar ponselnya dan melihat bahwa itu pesan drai sang Mamah. || Mamah. ("Nicho, Mamah harap kamu datang ya ke Cafetaria Lexy, untuk memenuhi permintaan Papah kamu. Mamah tahu, kami sayang Mamah, Nak. Maka Mamah minta tolong ke kamu, turuti apa yang Papah kamu ucapkan ya.") Nicho langsung menghela nafasnya, begitu ia selesai membaca pesan tersebut. "Papah selalu memperalat Mamah supaya gue luluh dan ikutin keinginannya." Monolognya. Nicho memang sangat menyayangi Mamahnya, ia gak rela siapapun itu menyakiti Mamahnya termasuk itu Papah kandungnya sendiri. ***** Pukul 20.00. di Cafetaria Lexy. Damian dan sang Istri sudah sampai di sana dua puluh menit yang lalu. Mereka sengaja datang lebih awal dari jam yang di tetapkan, karena tak mau kalau tamu tersebut yang datang lebih dulu. Dan sepuluh menit kemudian, Seorang lelaki yang kurang lebih seumuran Damian datang bersama dengan seorang gadis berhijab yang cantik. "Maaf ya, kaian jadi menunggu duluan seperti ini." Ucap lelaki itu yang bersalaman dengan Damian dan juga Elma. Begitupun juga gadis berhijab itu yang ikut bersalaman dengan mereka. "Ah, tidak kok kami memang sengaja datang lebih awal saja." Sahut Damian. "Yasudah, silahkan duduk." Ujar Elma dengan ramah. Mereka pun segera duduk, dan pandangan Damian langsung tertuju pada gadis cantik yang berhijab itu. Ia tersenyum. "Ini Alisha?" "Iya, ini Alisha." "Cantik ya, kamu sama seperti Mamah kamu." Sahut Elma yang memujinya dengan senyuman. "Terima kasih Tante." Jawab gadis tersebut. "Em ... Ngomong-ngomong. Nicho kemana? Kok nggak ada." Tanya Deva. "Em ... Nicho bentar lagi Dateng kok, biasalah dia ... Kerja. Jadi kami yang yang datang lebih dulu." Ujar Damian yang dianggukan oleh Deva. Tak lama, Nicho pun datang setelah sepuluh menit kemudian. Ia menghentikan langkahnya tepat di samping sang Mamah. "Maaf saya telat." Ucapnya dengan nada datar. Pandangan mereka pun langsung tertuju pada Nicho, termasuk Alisha yang langsung melihat wajah tampan Nicho. 'Ini Kak Nicho? Masyaallah ... Bener dugaanku Kak Nicho tambah cakep.' batinnya. "Em ... Nicho. Lihat kamu pasti masih ingatkan, dia teman kecil kamu. Deyana Alisha," ujar Damian yang mengarah pada gadis berhijab itu. Pandangan Nicho pun langsung tertuju pada gadis berhijab tersebut. Ia melihat wajah cantiknya serta senyuman manis yang terpancarkan. Gadis itu mengangguk dengan tatapan matanya yang hitam jernih bulat sempurna bak bulan yang bersinar di malam hari. 'Deyana Alisha? Teman kecil gue?' batin Nicho yang masih berpikir. "Assalamualaikum, Kak Nicho." Salam Alisha dengan nada lembut nan sopan. Nicho masih terdiam, bukan lantaran ia terpesona, tapi karena ia masih mencoba untuk mengingatnya siapa gadis ini. Ia tak asing, namun ia lupa. Kedua orang tua Nicho yang melihat Nicho hanya diam pun akhirnya menyenggolnya dan berbisik padanya. "Nicho, kamu nggak sopan nggak jawab salam dari Alisha." Bisik sang Papah. Mendengar bisikan itu pun Nicho langsung terfokus, ia melihat kearah gadis itu dan tersenyum tipis dengan anggukan kepala. "Waalaikumsalam." Sahutnya. Ia pun duduk tepat di depan Alisha. Kedua orang tua Nicho dan juga Papah kandung Alisha yaitu Deva tersenyum manis melihat Nicho dan Alisha yang akhirnya bisa bertemu kembali. "Nicho sekarang tambah tampan ya, makin berwibawa." Ujar Deva yang memuji. "Ah, bisa saja. Nicho tetap seperti Nicho yang dulu. Justru Alisha yang tambah cantik. Dari kecil dia sudah cantik, sekarang sudah dewasa jadi makin cantik." Timpal Damian. Alisha pun tersenyum menanggapi ucapan tersebut. Sesekali gadis berhijab itu mencuri pandang kearah Nicho, namun lelaki tampan itu sama sekali tak melihat kearahnya sedikit pun. 'Kak Nicho kok diem aja ya. Apa dia lupa sama aku?' batinnya. Tak lama, makanan yang mereka pesan pun datang. Dua pelayan menghidangkan makanan tersebut. "Silahkan di nikmati hidangannya." Ucap salah satu pelayan tersebut dengan nada sopam dan ramah. Mereka puk menanggapinya dengan senyuman. "Terima kasih ya Mba." Ucap Elma. Setelah itu dua pelayan tersebut pun segera pergi dari tempat itu. "Ayo, kita makan." Ajak Damian yang mempersilahkan. Deva dan Alisha pun mulai mengambil beberapa makanan tersebut dan mulai menyantapnya, bersamaan dengan kedua orangtua Nicho. Namun Nicho, hanya minum saja tanpa menyantap makanan apapun disana. "Kak Nicho nggak makan?" Tanya Alisha. "Em ... Saya tadi udah kok. Kamu lanjutin aja makannya." Jawabnya. Alisha tersenyum tipis, ia kembali melanjutkan makannya seraya memerhatikan raut wajah Nicho yang sepertinya tidak suka berada di tempat ini. 'Kak Nicho kenapa ya? Kok kaya asing banget gitu sama aku. Kaya nggak kenal sama sekali.' batinnya. Setelah beberapa menit mereka selesai makan. Damian pun memulai pembicaraan niat dari pertemuan ini. "Baiklah, karena kita sudah bersantap malam. Maka saya akan menyampaikan niat kami mengajak kalian makam malam, Nicho Alisha." Ujar Damian. Kedua orang yang namanya disebut itu terfokus pada Damian, mereka memerhatikan apa yang akan di sampaikan oleh lelaki tersebut. "Jadi ... Seperti janji kita dulu, ya Deva. Bahwa, ketika kita mempunyai anak laki-laki dan satunya anak perempuan. Maka kita berniat akan menjodohkan mereka kelak setelah dewasa nanti." "Iya ... Benar sekali. Dan sekarang Kalian pasti sudah tau, niat kami mempertemukan kaliam sekarang ini adalah untuk menjodohkan kalian berdua." Sambung Deva. Dahi Nicho langsung berkerut ketika mereka mengatakan kalimat tersebut. Ia langsung membenarkan posisisnya kearah depan. "Sebentar-sebentar. Jadi niat Papah dan Om Deva ini mempertemukan saya dengan dia. Karena ingin menjodohkan kami berdua begitu?" Tanyanya yang sangat membutuhkan penjelasan. Damian mengangguk, ia melihat kearah sang anak yang duduk dekat istrinya. "Iya. Niat Papah dan Om Deva ini ingin menjodohkan kamu dengan Alisha." Nicho langsung menggeleng. "Nggak, Pah. Nicho nggak setuju, apa-apaan ini Kenapa Papah main menjodohkan aja Nicho sama dia." Sahutnya yang mulai sedikit emosi. Elma yang duduk tepat di samping sang anak pun langsung mencoba menenangkannya, ia pun mengelus pundaknya dengan lembut. "Nicho, kamu turunkan nada bicara kamu, jangan seperti ini. Nggak enak sama Om Deva dan juga Alisha." Bisiknya. "Tapi Mah ... Kenapa kalian nggak omongin dulu sama Nicho, kenapa tahu-tahu seperti ini." Sahutnya yang juga berbisik. Alisha yang melihat ekspresi Nicho tahu bahwa lelaki itu tidak setuju akan perjodohan ini. 'Sebenarnya ada apa ya sama Kak Nicho. Dari awal ketemu, dia seperti udah bad mood gitu. Dan lagi di tambah denger pasal perjodohan ini dia jadi makin nggak suka gitu. Apa iya dia nggak mau Dijodohin sama aku?' batinnya. "Em ... Maaf. Bukannya Nicho sudah tahu tentang hal ini? Kenapa sepertinya Nicho kurang setuju ya?" Tanya Deva. "Iya ... Nicho sudah tahu, dia hanya syok saja mendengarkannya." Sahut Damian. "Iya kan, Nicho. Kamu hanya sedikit syok saja mendengarnya." Ucap Damian kearah anaknya dengan tatapan mengancam. Lelaki tampan dengan jas berwarna biru tua itu hanya mendengus dengan gusar. Sungguh, ia sebenernya sudah tak tahan lagi dengan prilaku sang Papah kepadanya yang selalu menjadikannya boneka, harus menuruti apa yang dia inginkan. Tapi, apa boleh buat, ia tidak mungkin menyerang Papahnya sendiri disini apalagi didepan wanita yahg sangat ia Sayangi yaitu Mamahnya. Perlahan, Nicho tersenyum tipis lalu mengangguk. "Iya, Om. Saya, syok aja." Jawabnya singkat. "Tuh kan dengar. Dia hanya syok saja, tidak ada yang aneh." Ucap Damian. Deva mengangguk. "Baiklah, berati kita semua setuju kalau Nicho dan juga Alisha dijodohkan, dan mungkin segera akan melakukan tunangan mungkin." "Ya saya setuju, karena lebih cepat lebih baik." Sahut Damian. Nicho terkejut, ia langsung terbelalak mendengar perkataan tersebut. "Nggak, saya nggak setuju ini terlalu cepat. Lagian saya belum mengenal dia." Sahutnya yang menolak. "Nicho, dia ini Deyana Alisha. Teman kecil kamu, masa iya kamu lupa." Bisik Damian yang jelas di dengar oleh Alisha dan juga Deva. "Nicho, kamu tidak ingat dengan Alisha?" Tanya Deva. Pandangan Nicho langsung tertuju pada gadis berhijab itu, lalu melihat kearah Deva. "Em ... Bukan gitu Om. Sa-saya masih ingat Alisha, tapi ... Mungkin kita perlu waktu untuk saling mengenal satu sama lain, karena walaupun kita teman kecil sekarang kan kita sudah sama-sama dewasa. Jadi beri kami kesempatan untuk saling mengenal." "Bagaimana Alisha?" Tanyanya Deva pada anaknya. "Em ... Alisha Setuju dengan pendapat Kak Nicho." Jawabnya dengan nada lembut dan senyuman. "Oke, kalau semuanya setuju. Baiklah, kita biarkan mereka untuk mengenal lebih dulu." Sahut Damian. "Em ... Yaudah, kalau kalian mau melihat-lihat indahnya langit malam ini nggak papa. Papah ijinkan Alisha." Ucap Deva. Pandangan gadis berhijab itu pun langsung tertuju pada Nicho. Namun Nicho hanya cuek saja, bahkan ia sama sekali tak melirik gadis tersebut. Elma yang mengetahui tatapan Alisha pun langsung berbisik pada sang anak. "Nicho, sebaiknya kamu ajak jalan-jalan Alisha di sekitar sini." "Tapi, Mah ...." "Nicho ... Udah sebentar aja." Sahut sang Elma yang masih berbisik. "Ayo Nicho, kamu nggak mau ajak Alisha untuk jalan-jalan dulu dia sekitar sini?" Sahut Deva. Nicho menghela napasnya, lalu ia tersenyum tipis. Lelaki tampan itu segera bangkit dari posisinya. "Ayo, Alisha kita lihat-lihat di sekitar sini." Ajaknya namun dengan nada cuek. Gadis berhijab itu pun segera berdiri, ia tersenyum manis kearah mereka semua. "Pah, Om, Tante. Alisha pergi sebentar ya." Ucapnya yang di anggukan oleh mereka semua. Nicho pun mulai berjalan sedangkan Alisha berada di belakangnya. Nicho menghentikan langkahnya tepat di balkon dari cafe tersebut seraya melihat kearah langit-langit malam yang dihiasi banyak bintang. Alisha pun berdiri tepat di samping Nicho dalam jarak yang agak jauh. "Kak Nicho, nggak ingat Alisha?" Perlahan, pertanyaan Alisha membuat Niko pun menoleh ke arah gadis tersebut. "Kamu teman kecil saya? Tapi maaf, Saya memang nggak ingat kamu." Alisha menghela napasnya sejenak, ia tetap tersenyum. Gadis cantik itu mengambil sesuatu di dalam saku bajunya ia memperlihatkan sebuah gelang kecil yang terbuat dari benang ke arah Nicho. "Kalau gelang ini kakak ingat nggak?" Tanyanya. Nicho terdiam sejenak. Pandangan matanya langsung tertuju pada gelang tersebut ia sedikit mengingat pasal gelang itu. "Kak, Alisha bikin gelang ini loh. Satu buat Alisha yang satu buat Kakak. Gimana Kaka Suka nggak?" "Wah ... bagus banget Alisha Kakak suka. Pokoknya Kakak janji Kakak akan pakai gelang ini terus supaya kakak ingat kamu terus." Seperdetik, ia mengingat perkataan dua orang anak kecil yang tak lain ia dan juga Alisha sewaktu kecil dulu. "Kakak inget?" Tanya Alisha lagi. Nicho tak menjawab, namun ia malah mengalihkan pandangannya dari gadis tersebut dan kembali melihat ke arah langit-langit yang penuh dengan bintang itu. Dan jelas, itu membuat gadis berhijab itu pun langsung memasukkan kembali barang tersebut ke saku baju. Ia tahu Niko sepertinya bukan Nicho yang dulu sifatnya sedikit berubah. "Saya mau tanya sama kamu. Kenapa kamu mau dijodohkan sama saya?" Alisha tersenyum manis. "Ya, karena saya tahu. Dari dulu Kak Nicho itu orang baik." Sahutnya. Nicho langsung menoleh ke arah gadis tersebut ia terdiam sejenak. Memerhatikan wajah cantik manis itu. "Kenapa kamu bisa menyimpulkan hal itu? Bisa aja dulu saya memang baik tapi sekarang mungkin saya bukan orang baik." "Tapi insting saya mengatakan Kalau Kak Nicho tetap menjadi orang yang baik." Nicho tak menjawab perkataan tersebut Ia hanya mengalah nafasnya lalu memposisikan dirinya lagi dan melihat ke arah langit-langit tersebut. "Kak Nicho nggak setuju dengan Perjodohan ini?" Nicho, lirik ke arah gadis tersebut namun tak menjawab pertanyaannya. Ia melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan kini jam telah menunjukkan pukul 22.00. Ting. Suara notifikasi pesan muncul di dalam ponsel dengan segera Nicho pun langsung mengambil ponsel yang berada di saku jasnya, ia segera melihat ke layar saat tersebut dan ternyata pesan itu adalah dari Queen. ||Queen ("Nicho, kamu udah sampai rumah? Maaf aku chat malam-malam gini. soalnya aku khawatir sama kamu dari tadi kamu nggak ngabarin aku udah sampai apa belum.") ["Iya, Aku udah sampai rumah Maaf aku tadi lagi sibuk, jadi nggak sempat untuk ngabarin kamu."] Alisha terdiam, ia memperhatikan Nicho yang sedang sibuk dengan ponselnya, dia tahu sepertinya dia tengah membalas pesan dari seseorang. Setelah, membalas pesan itu Nicho pun kembali memasukkan ponsel ke dalam saku jasnya. "Kak Nicho udah punya pacar?" Pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan oleh gadis tersebut membuat Nicho pun langsung tertuju kepadanya namun gelagatya sangat mencurigakan. "Kita kesana lagi yuk, udah malam juga." Ajak Nicho yang langsung berjalan meninggalkan Aisyah di belakang. Gadis berhijab itu menghela napasnya. 'Kak Nicho beneran berubah, dia nggak seperti Kak Nicho yang aku kenal dulu. Mungkin aku harus mencoba mengingatkan kenangan saat kita kecil, supaya dia tahu kita itu adaly teman baik.' batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD