6. Pertemuan Awal dari obsesi

1115 Words
"lagi lagi aku sendirian! Kenapa seolah-olah kehidupanku ini di takdirkan untuk kesepian." Della menatap air hujan yang turun dengan begitu deras dengan tatapan yang kosong dan tak lupa air mata yang sudah turun tanpa bisa Ia cegah. Saat dia masih terus termenung dengan tatapan yang kosong tiba-tiba ia merasa ada yang memberikan jubah besar di tubuhnya hingga menutupi tubuh mungilnya. "Jangan terlalu lama termenung seperti itu! Itu sangat tidak baik." Ucap pangeran Tirta berusaha memecahkan keheningan malam. Ia langsung mendekati gadis cantik itu dan tak lupa mengusap air mata yang turun dengan penuh kelembutan seolah-olah takut melukai gadis itu. Sedangkan pangeran Surya dan pangeran Satya terkejut dengan perlakuan pangeran Tirta yang baru saja ia lihat. Apa lagi pangeran tirta sampai rela melepas jubah kebesaranya untuk seorang wanita yang baru mereka temui. Yang mana jubah itu adalah pakaian kesayangan pangeran tirta. "Sangat mengejutkan!" Kata pangeran satya dengan senyum lebarnya. Benar-benar menakjubkan. Belum lagi mereka juga terpesona dengan kecantikan wanita di depannya itu. Kecantikan nya begitu alami tanpa bantuan apa pun. "Gila! Rasanya aku baru pertama kali melihat wanita secantik itu! Bagaimana bisa ada wanita secantik itu di kerajaan ini." Ucap pangeran Satya dengan wajah yang terlihat begitu terpukau. Rasanya jantungnya langsung berdetak dengan begitu kencang. Bahkan pangeran Surya pun merasakan hal yang sama. Jantungnya menggila dan iya sampai menyentuh jantungnya sendiri untuk memastikan bahwa keadaan jantungnya baik-baik saja. "Apa yang terjadi dengan jantung ku? Kenapa rasanya begitu aneh. Selama ini aku belum pernah merasakan perasaan yang menggebu-gebu." "Sepertinya aku harus memeriksakan keadaanku kepada tabib!" "Kalian siapa?" Kata dela memastikan karena jujur saja ia terkejut tiba-tiba ada tiga orang pria yang datang di gubuk sederhana nya. Apa lagi pakaian yang di kenakan meraka bukan lah pakaian biasa karna terlihat begitu mewah layaknya bangsawan. "Tenang saja kami bukan orang jahat! Kami adalah utusan kerajaan kulon untuk mencari orang yang ada di dalam ramalan. Tetapi pada saat ini kami sudah menemukan orang dalam ramalan itu." Jawab pangeran Surya dengan suara yang lembut kepada gadis cantik di depan nya itu. Ia takut jika ia bersikap seperti biasa, akan membuat gadis itu ketakutan apa lagi mereka bertiga termasuk orang asing. "Benar-benar menakjubkan! Kejutan baru Seorang pangeran mahkota berbicara lembut!" Ucap pangeran Satya sambil menggelengkan kepalanya. "Orang dalam ramalan? Siapa orang itu dan kenapa kalian malah datang kemari?" "Kamu orang nya dan kami akan membawamu menuju kerajaan kulon! Karna tempat ini tidak aman bagi mu. Karna banyak orang yang menginginkan mu." "Bagaimana bisa aku? Kalian pasti salah mengenal orang! Aku adalah orang biasa. Bahkan tidak bisa melakukan apapun. Mana mungkin aku orang dalam ramalan. Kalian salah orang." Elak dela "Orang bisa! Nyatanya kamu yang menyembuhkan luka perut ku." Ucap pangeran Tirta dengan wajar datar andalanya. "Menyembuhkan! Kamu pasti bohong." Deg deg "Tidak mungkin kan mereka yang di maksut ibu!" "ikutlah mereka putriku! Merekalah yang akan menjagamu tetap aman." "Karena mereka juga adalah takdirmu!" Suara itu menggema tetapi hanya bisa didengar oleh Della seorang. "Apa yang sebenarnya ibu maksud? Kenapa mereka menjadi takdirku! Kenapa semua ini membingungkan bagiku." Ucapnya sambil menatap ketiga pria tampan di depan nya itu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh kata-kata. Tiba-tiba hujan turun semakin deras yang mana udara semakin dingin. Dela menatap mereka yang hanya mengenakan pakaian tipis merasa kasihan. "Masuklah udara semakin dingin! Untuk sekarang lebih baik beristirahat saja dan lebih baik perjalanan diteruskan besok. Mungkin dela memang tidak mengenal kalian tetapi Dela yakin kalian orang baik." Mereka bertiga tersenyum mendapatkan sambutan yang baik oleh gadis cantik di depan itu. Mereka segera memasuki rumah sederhana dengan tatapan yang takjub. Walaupun rumah itu benar-benar bukanlah terlihat seperti rumah dan lebih ke gubuk tetapi tempat ini begitu nyaman dan bersih. Lagi-lagi mereka bertiga dibuat kagum. Della segera meninggalkan mereka bertiga menuju dapur untuk membuatkan air hangat dan beberapa cemilan. "Maaf Della hanya bisa menyuguhkan makanan sederhana ini!" Ucapnya sambil meletakkan tiga gelas bambu dan sepiring cemilan. "Terima kasih! Maaf sudah merepotkan." Ucapan pangeran Surya merasa tak enak tetapi hatinya menghangat karena perhatian kecil dari gadis yang baru saja ia temui. Walaupun baru bertemu tetapi seolah-olah ada magnet yang menariknya untuk terus memperhatikan gerak-gerik dari gadis itu. Seolah-olah apa saja yang dilakukan oleh gadis itu begitu menarik. Sedangkan pangeran Tirta langsung meneguk minuman itu secara perlahan tetapi matanya tidak pernah teralihkan dari wajah cantik gadis itu. "Sialan kenapa rasanya saya tidak bisa memalingkan pandangan ini dari wajah cantiknya! Kenapa dia begitu menarik! Padahal Ia sama sekali tidak menggodaku." "Maaf di sini hanya ada dua kamar. Kalian beristirahatlah di kamar ini, maaf jika kamar ini kecil untuk kalian bertiga." Ucapnya dengan suara yang lembut karena ia sebenarnya masih canggung berbicara kepada orang yang baru ia temui. "Tidak apa-apa! Seharusnya kamilah yang meminta maaf karena merepotkan mu." Ucap pangeran Satya dengan meringis malu karena lagi-lagi mereka merepotkan gadis yang baru mereka temui. Della meninggalkan mereka bertiga dan mulai memasuki kamarnya. Jujur ia sedikit takut menerima tiga laki-laki di dalam rumahnya ini tetapi ia tidak boleh berpikir buruk apalagi pernyataan orang inilah yang dikatakan oleh ibunya. "Kenapa seolah kalau hidupku ini penuh teka-teki! Terkadang aku bingung kenapa tiba-tiba aku memasuki dunia ini dan belum lagi aku harus kehilangan orang yang sudah membuatku nyaman dan lagi aku harus mengikuti orang asing yang baru saja aku temui. Kenapa seolah-olah takdir mempermainkan ku." Ucapnya sambil merebahkan tubuhnya di kamar ibunya. Iya merasa kesepian kembali tetapi ia tidak boleh putus asa karena hidup terus berjalan. Tak lama kemudian ia tertidur dengan pulas. Sesaat ia tertidur tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan masuklah seorang pria dengan tubuh kekar tersenyum tipis saat melihat gadis itu tidur dengan sangat pulas. "Sangat ceroboh! Bagaimana iya bisa lupa mengunci pintunya di saat di rumah ini ada tiga orang pria asing. Sama sekali tidak memikirkan keselamatannya sendiri." Ucap pangeran Tirta sambil membasahi bibirnya saat melihat gadis itu begitu polos saat tertidur. Tiba-tiba tenggorokannya begitu kering saat melihat bibir mungil itu terbuka. "Sebenarnya aku begitu bingung dengan diriku sendiri! Kenapa saat pertama kali melihatmu, aku langsung tertarik dan seolah-olah aku tidak rela kau berbicara dengan pria lain walaupun pria itu adalah saudaraku sendiri. Sebenarnya pelet Apa yang kau gunakan untuk menarikku. Kau membuatku seolah-olah lemah dan tak berdaya. Kau sangat berbeda jauh dari wanita di luar." Pangeran Tirta mencondongkan wajahnya dan menatap wajah polos itu dengan raut wajah yang terlihat begitu tertarik. Iya tanpa sadar mendekatkan bibirnya dengan bibir mungil yang sedikit terbuka itu. Ia mencium bibir mungil itu dengan gemas dan tak lupa ia sedikit melumatnya karena bibir itu benar-benar begitu manis. Bahkan ia langsung candu dibuatnya. Enguhh Tanpa sadar Della mendesah. Setelah puas melumat bibir mungil itu, pangeran Tirta langsung menjauhkan wajahnya dan menatap puas karya yang baru saja ia buat. Yang mana bibir yang semula mungil menjadi bengkak dibuatnya. "Sungguh gila!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD