bc

Bukan Istri Biasa

book_age18+
165
FOLLOW
1K
READ
love after marriage
goodgirl
heir/heiress
drama
sweet
bxg
brilliant
campus
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Spin off Her Uncle

Demi membantu sang ayah untuk bisa mendapatkan suntikan dana, Amanda Wibisana rela dijodohkan dengan Damar Diko Dimejo. Anak muda yang terkenal badung dan playboy juga sikapnya yang kekanak-kanakan.

“Aku akan membuatmu menangis pada malam pertama setelah kita menikah!”

(Damar Diko)

“Kalau begitu akan membuatmu menangis setiap hari setelah malam pertama kita menikah.”

(Amanda Wibisana)

Akankah pernikahan mereka akan berhasil atau kandas dalam waktu singkat?

chap-preview
Free preview
Aku doakan kau cepat menikah
Amanda Wibisana, mahasiswi cantik, pandai, lemah lembut, dan dari keturunan kaya raya. Hidupnya nyaris sempurna dan hampir menjadi impian setiap gadis. Meski dimanja sejak masih dalam kandungan, tak lantas menjadikan Amanda menjadi gadis manja yang menyebalkan. Dia begitu dewasa dan rendah hati. Salah satu hal yang menjadi daya tarik lain darinya tentu saja senyumnya yang ramah pada siapapun, tanpa kecuali. Dan salah satu yang tergila-gila padanya adalah Wisnu, kakak kelas Roisa yang menjadi sebab rasa tidak suka Roisa pada Amanda. Beruntung semua kesalahpahaman antara Roisa dan Amanda berakhir damai dengan Roisa yang kini menjadi pendamping om Sam. Adik laki-laki dari ibu Amanda. “Aku penasaran, kapan aku akan memiliki keponakan darimu,” ucap Amanda pada Roisa yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Roisa. “Kau yang akan hamil lebih dulu!” ucap Roisa dengan kesal. Dia tidak keberatan menikah muda, tapi dia belum ingin memiliki momongan. “Hihihi ... aku belum menikah, Tante.” “Berhenti memanggilku Tante! Kalau begitu aku doakan kau cepat menikah, kalau perlu bulan ini juga.” Jeder!!! Ucapan Roisa hanya candaan, tapi siapa yang bisa menebak takdir apa yang akan terjadi? Amanda terkekeh saat mendengar ucapan Roisa. Dia tidak ingin menikah dalam waktu dekat. Dia memiliki banyak rencana dalam hidupnya. Menikah adalah sesuatu yang tidak ia rencanakan dalam waktu dekat ini. Bisa dibilang, Amanda tidak memikirkannya sama sekali. “Jangan tertawa, kalau besok kau benar-benar menikah maka aku akan menertawakanmu. Oh, aku akan menyiapkan kado yang sangat istimewa untukmu.” “Jangan terlalu dipikirkan, Tante Roisa. Pernikahanku masih sangat lama.” Roisa menatap dengan cemooh. Dulu dia juga berpikiran sama seperti Amanda. Namun, lihat saja kenyataannya sekarang, dia sudah resmi menjadi istri dari Samuel Wibisana. Amanda masih kerap datang ke rumah omnya setelah Roisa dan Sam menikah. Dia senang saat ngobrol dengan Roisa. Menurut Amanda, Roisa selalu apa adanya dan jujur dengan dirinya. Dia jadi lebih mengalir saat bicara dengan Roisa. Tidak ada yang perlu ditutupi atau ditambahi. Ini sangat nyaman bagi Amanda yang selalu menampilkan kesan sempurna di depan semua orang. *** Hari itu masih sore, matahari senja masih terlihat jingga keemasan. Amanda yang baru saja pulang masih ceria seperti biasa. Di dalam rumah, ada ayah dan ibunya yang duduk bersama tapi saling diam, aura di ruangan itu dingin dan suram. “Ma, Pa, aku pulang,” ucap Amanda. Dia mencium punggung tangan Selena dan Adam. Selena menanggapi putrinya dengan senyum kaku, tak seperti biasanya yang selalu menyambutnya dengan senyum ceria. “Ma ....” panggil Amanda. Dia ingin bertanya apa yang terjadi pada ibu dan ayahnya, tapi tidak tahu harus bertanya seperti apa. Rona wajah sang ayah sangat tidak sedap dipandang. “Pokoknya aku tidak setuju,” ucap Selena. Dia bangun lantas meninggalkan ruangan tanpa menengok ke belakang lagi. Adam tidak menanggapi, dia hanya memalingkan wajah dalam diam. Amanda belum pernah melihat ayah dan ibunya bertengkar sampai bersikap dingin begini. Mereka selalu terlihat romantis, hanya saja semenjak ayahnya memang banyak berubah sejak terbukti bersalah atas tersebarnya poto-poto Sam. Ayahnya jadi lebih pendiam sementara ibunya jadi lebih waspada. Adam sejak dulu memang terobsesi ingin memiliki perusahaan sendiri, ingin berdiri di atas kakinya sendiri sampai melakukan segala cara. Meskipun Selena memaafkan kesalahan Adam, tak lantas membuatnya lupa begitu saja pada apa yang sudah Adam lakukan pada adiknya, Sam. “Pa ... boleh Manda tahu apa yang terjadi?” “Seperti kata mamamu, dia tidak setuju, jadi tidak ada gunanya dibahas,” jawab Adam tanpa menolehkan wajahnya. “Boleh Manda tahu dulu?” Adam menghela napas panjang. Sebagai seorang laki-laki yang sudah merasa gagal menjadi kepala keluarga, Adam merasa ini adalah kesempatan yang bagus bagi dirinya untuk bangkit. Namun, dia membutuhkan Amanda sebagai jembatan penghubung. Sayangnya, Selena tidak setuju dengan Adam. Rekan bisnis Adam memberinya tawaran investasi dalam jumlah besar tapi dengan syarat, menjadikan Amanda sebagai menantu di keluarga mereka. Adam tidak keberatan tapi tidak dengan Selena. Menurut Selena, Amanda masih sangat muda, terlebih laki-laki yang akan dijodohkan dengan Amanda adalah bocah laki-laki nakal yang masih muda dan tidak kompeten. Sangat tidak cocok dengan Amanda mereka yang manis dan penurut. “Mamamu benar, tidak sepantasnya papa menerima tawaran itu. Kamu masih muda dan masa depanmu masih panjang. Tidak seharusnya kamu dibebani dengan tanggung jawab semacam ini. Seharusnya, ini menjadi tanggung jawab papa sebagai kepala keluarga.” Adam bicara tanpa sedikitpun menatap Amanda. Dia merasa malu pada putrinya. Amanda bisa melihat wajah sang ayah yang kehilangan rasa percaya dirinya. Sejak pulang dari Blitar, Adam seperti kehilangan harapan untuk maju. Dia malu kembali ke perusahaan Wibisana, dan untuk memulai perusahaan baru dia tidak memiliki cukup modal. “Siapa orang yang akan dijodohkan denganku, Pa?” tanya Amanda. Jauh di dalam hatinya, dia tidak tega melihat sang ayah yang berada di titik terendah dalam hidupnya saat ini. Jika menikah dengan orang itu bisa mengembalikan kepercayaan diri sang ayah, maka Amanda tidak keberatan menikah muda dengan orang yang tidak ia kenal. Adam menoleh dan menatap wajah anaknya yang penuh kesungguhan dan ketulusan. Amanda tersenyum padanya untuk meyakinkan Adam. “Damar Diko Dimejo,” ucap Adam lirih. Amanda mengerutkan kening, dia merasa tidak asing dengan nama ini. Dia memiringkan kepala berusaha mengingat-ingat. “Manda kayaknya pernah kenal nama ini, tapi di mana, ya?” “Harusnya kamu ingat, dia teman kamu saat masih kecil dulu.” Amanda mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama ‘Damar Diko Dimejo’. Dia masih tidak mengenal gambar yang tertera dalam hasil dari mesin pencarian di ponselnya. Namun, saat melihat nama panggilan dari Damar Diko Dimejo, Amanda teringat akan teman kecil yang sudah lama tak ia jumpai. “Io? Apa dia anak kecil yang dulu pernah tinggal di sini selama beberapa bulan? Anak kecil yang kehilangan ibunya karena kecelakaan di tol saat menuju ke Semarang?” Mata Adam melebar dengan cerah. Putrinya ternyata masih ingat dengan Damar Diko. Cucu dari Waluyo Suryo Dimejo. “Ya, ya, anak yang itu. Saat itu usiamu sudah sepuluh tahun, seharusnya kau masih ingat.” Amanda mengangguk lirih dan tersenyum pada ayahnya. Sebenarnya, tak peduli dengan siapapun Amanda akan dijodohkan, dia akan menerima. Selama dia bisa membantu sang ayah, Amanda rela menerima perjodohan ini. Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BELENGGU

read
64.7K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.1K
bc

The CEO's Little Wife

read
628.3K
bc

After That Night

read
8.6K
bc

Revenge

read
16.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
54.3K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook