"Selamat pagi semuanya," sapa Alesya ramah. Mia langsung menghampiri Alesya begitu melihat gadis itu tiba. Membahas apa saja yang harus dilakukan hari ini. Mia bertugas sebagai Manager sekaligus Asisten Alesya sementara waktu. Karena Alesya tidak memiliki hal seperti itu karena hanya seorang Yotober, maka dari itu, Mia yang seharusnya menjadi kameramen saat ini menjelma sebagai Manager Alesya. Membantunya mengurus segala yang diperlukan selama kontrak ink berlangsung
"Permisi, maaf menggangu, saya mau ijin memakaikan mikrofon," ucap kru yang bertugas memasangkan mikrofon pada Alesya.
"Oh iyah baik. Silahkan!" balas Alesya ramah meski tidak nyaman, Alesya harus tahan. Karena sejujurnya dia tidak suka disentuh oleh laki-laki.
Saat Mia pergi meninggalkan mereka untuk mengurus keperluan yang lain. Tiba-tiba saja kru itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Mungkin dia mengira karena Alesya adalah orang baru dibidang ini, jadi dengan mudahnya bisa dia permainkan. Kru ini bernama Ahmad, itulah yang tertera diatasan yang dia kenakan. Alesya melihatnya. Dan, dia dengan sengaja menyentuh b****g Alesya. Tidak ada yang menyadari hal itu, hanya Alesya saja yang tahu. Namun, karena takut salah paham, Alesya hanya diam dan membiarkannya. Dia hanya berpikir mungkin itu ketidaksengajaan saja.
"Yah, bagus! Seperti itu. 1, 2, 3, mulai!" seru Sutradara.
Alesya dan Kai pun memulai akting mereka untuk mengiklankan sebuah produk minuman baru dari merk N tersebut.
"Cut! Kerja bagus. Kita ganti scene yah," setelah Sutradara selesai berbicara. Semua orang diruangan itu mulai sibuk mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk pengambilan video selanjutnya.
Alesya pun menuju ruang ganti, karena harus mengganti pakaiannya dengan yang lain. Sebelum itu, dia harus melepas mikrofon yang terpasang pada pakaiannya saat ini dan lagi-lagi orang yang sama yang melakukannya.
"Hm, permisi, apa ...., tidak pa-pa. Maaf," Alesya ingin memprotes tetapi, dia tidak bisa dan malah mengurungkan niatnya itu. Pria bernama Ahmad tersebut malah menyeringai puas, karena Alesya hanya diam dan tidak protes. Hingga yang awalnya dia hanya menyentuh, mulai sedikit meremas kecil b****g Alesya dan membuat Alesya merasa sangat tidak nyaman.
"Kak, bisa nggak kalau aku pasang mikrofonnya sendiri? Atau Mia yang bantuin?" tanya Alesya pada Valerie yang kebetulan bertemu dengannya di depan pintu, saat dia sudah selesai mengganti pakaian.
"Kenapa? Dibantuin aja sama kru kita, biar cepat. Kalian pasti juga belum paham kan gimana caranya. Lagian nggak ada yang pakai mikrofon sendiri, Sayang. Semua Aktris pasti dilayanin, bukan melayanin diri sendiri," ucap Valerie ramah.
Alesya hanya diam, ingin rasanya dia bilang perbuatan tidak senonoh pria itu tapi, dia tidak berani. Takut malah dia yang akan disalahkan. Pengalaman yang pernah dia dapatkan yang membuatnya menjadi seperti ini.
Alesya tidak terpikirkan cara lain dan hanya pasrah menerimanya. Padahal dia bisa saja meminta mengganti orang lain untuk membantunya memasang benda itu.
"Yah, sudah kamu kesana gih. Tuh udah ditungguin," ucap Valerie pada Alesya.
"Iyah," jawabnya pelan. Mia melihat keanehan sahabatnya tapi, saat ingin bertanya sudah diinterupsi oleh orang lain dan membuatnya teralihkan.
Sementara itu, disana Kai mendengarkan semuanya dalam diam dan hanya memperhatikan. Kai juga melihat perbuatan kru tersebut tapi, karena Alesya hanya diam, dia pun ikut diam dan menutup mata akan kejadian yang dilihatnya itu. Dia tidak akan ikut campur, jika yang bersangkutan saja tidak melakukan apa-apa.
"Permisi, silahkan ke sebelah sini," ajak Kru bernama Ahmad itu pada Alesya, dan Alesya dengan bodohnya menurut saja.
"Mas, biar saya pakai sendiri saja," ucap Alesya ragu.
"Nggak pa-pa, Mbak. Ini memang sudah tugas saya," lalu Ahmad pun mulai melakukan pekerjaannya dan tentu saja sembari mencuri-curi pandang ke sekeliling. Setelah dilihatnya tidak ada orang yang memperhatikan dia mulai menyentuh kembali b****g Aleysa. Kali ini meremas beberapa kali dan karena Alesya hanya diam, Ahmad semakin berani dan hendak menyentuh bagian yang lebih sensitif. Dia melihat ke arah d**a Alesya tapi, saat hampir saja tersentuh sebuah tangan lain menggenggam erat tangan Ahmad.
"K—kai," lirih Alesya saat melihat Kai dengan mata berkaca-kaca menahan tangan Ahmad yang hendak menyentuh bagian pribadinya.
"Apa yang mau kamu lakukan?" ucap Kai dingin dan menyeramkan. Terlebih Kai menatap tajam Ahmad. Dalam hitungan detik, mata semua orang tertuju kepada mereka.
"A—apa maksudnya? Tentu saja saya membantu memasangkan mikrofon padanya," sanggah Ahmad dengan cepat.
"Haaa! Membantu?! Atau mengambil kesempatan untuk menyentuh anak gadis orang lain?!" ucapan Kai sontak membuat orang-orang yang berada diruangan itu terkejut. Sutradara pun berjalan menghampiri mereka.
"Apa yang terjadi?!" ucap Sutradara serius.
"Tanyakan saja pada bawahan Anda!" ketus Kai.
"Ahmad, apa yang terjadi? Apa benar yang dikatakannya tadi?" selidik Sutradara pada kru-nya itu.
"Tidak, Pak. Saya hanya membantu Alesya memasang mikrofon dan tidak lebih. Kai saja yang aneh, lalu Alesya juga aneh, berlaku seolah-olah saya melakukan hal yang tidak-tidak padanya," bantah Ahmad dengan tidak tahu malu.
"Alesya bisa tolong jelaskan ada apa ini? Kenapa kamu selalu membuat masalah, padahal baru dua hari kita bekerja sama," jengkel Sutradara. Beberapa hari yang lalu masalah dengan Kai dan hari ini masalah dengan salah satu kru. Karena lokasi syuting adalah tempat yang keramat bagi Sang Sutradara, jadi dia tidak bisa menoleransi segala sesuatu yang dapat menodai surganya ini.
"Sa—saya minta maaf, Pak Sutradara," lirih Alesya menahan diri agar tidak menangis dan membuat semua tambah runyam.
Kai melihat ke arah Alesya dan mengetahui pasti kondisi Alesya saat ini. Dia gemetar takut dan gugup. Melihat hal itu tentu saja membuat Kai merasa sangat kesal.
"Haa, katakan saja yang sudah dia lakukan sejak tadi? Tidak perlu takut! Saya akan membantu kamu menjadi saksi!" ucap Kai tegas. Meski Kai dingin, terlihat seram dan galak. Namun, dia membantu Alesya. Jika bukan karena Kai, mungkin saja tadi pria itu sudah menyentuh seenaknya saja bagian pribadi ditubuhnya itu.
"Esy!" Mia yang melihat langsung menghampiri Alesya.
"Mia," lirih Alesya dan Mia langsung memeluknya dari samping. Mia sepertinya tahu apa yang terjadi. Karena sahabatnya hanya bereaksi seperti ini, jika ada seseorang yang melecehkannya.
"Bagaimana jika kita lihat CCTV? Karena saya yakin, pasti anda telah melakukan hal yang tidak baik padanya!" tegas Mia. Saat Mia berbicara untuk mengajak melihat CCTV, mata Ahmad langsung bergetar.
"Haaah, baiklah. Bawa kemari rekamannya!" ucap Sutradara dengan enggan pada salah satu bawahannya. Beberapa menit kemudian rekaman tempat itu sudah ada dan mereka melihat bersama-sama.
Terlihat saat pertama kali Ahmad melakukannya, Alesya sudah merasa curiga. Yang kedua kalinya, Alesya ingin memprotes tapi diurungkannya dan yang terakhir adalah yang barusan terjadi. Dengan Kai yang menghentikan perbuatan Ahmad yang sudah mulai berani ingin menyentuh bagian terlarang itu.
"Maaf! Maafkan saya, saya khilaf, Pak!" seru Ahmad sambil berlutut pada Sutradara, bukannya pada Alesya selaku korban.
"Ahmad! Seharusnya kamu meminta maaf pada Alesya, bukan saya! Dialah korbannya disini!" tandas Sutradara itu.
"Ta—tapi, Pak, dia diam saja saat itu. Berarti dia juga menyukainya, Pak. Makanya, saya berani untuk melakukan hal yang lebih. Karena saya mengira seperti itu. Saya tidak bersalah, untuk apa saya meminta maaf padanya," ucap Ahmad tanpa malu dan merasa bersalah serta membuat Kai dan beberapa orang disana merasa geram.
Alesya terkejut dan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian pada Ahmad. Meski memakai topeng, Kai dapat melihat dengan jelas tatapan Alesya yang penuh dengan kebencian itu.
"Sy, rileks," ucap Mia berbisik untuk menenangkan Alesya. Karena saat ini, Alesya mencengkeram tangannya sangat kuat, hingga Mia merasakan perih. Namun, dia tidak memprotes hal itu, melainkan menenangkan Alesya, agar sahabatnya tidak tegang lagi. Perlahan Alesya mulai mengendurkan cengkeramannya pada Mia dan kembali sadar. Dan, Kai hanya memperhatikan itu dalam diam, termasuk Peter.
Bug!
Sebuah suara keras terdengar begitu nyaring dan orang-orang pun dibuat terkejut. Kai memukul Ahmad dengan kencang tepat diwajahnya.
"Kai!" teriak Sutradara dan beberapa orang lainnya.
"Apa-apaan kamu! Jangan sembarangan memukul orang!" bentak Sutradara yang terlihat lebih membela Ahmad.
"Itu karena Anda tidak berniat memberikan hukuman yang pantas baginya. Maka dari itu, saya yang melakukannya. Setelah ini, saya juga akan melaporkannya pada polisi!" ucap Kai murka.
"Kamu! Kamu juga bisa melaporkan pada polisi tentang saya yang memukul wajahmu!" kata Kai dingin dan dengan nada mengancam.
Kai sudah tidak bisa menahan lagi amarahnya. Entah mengapa, dia merasa jengkel melihat situasi saat ini. Terlebih Sutradara itu tidak terlihat sedikit pun memihak Alesya. Dia malah terang-terangan seperti memihak Ahmad. Jelas-jelas pria itu telah melecehkan seseorang.
Alesya yang melihat pun merasa terkejut. Dia bingung karena Kai membelanya. Alesya sempat berpikir jika Kai membencinya karena selalu memperlakukannya dengan kasar dan dingin.
"Ayo!" Kai menarik tangan Alesya pergi san menjauh dari sana. Membuat semua orang lebih terkejut lagi. Karena tidak pernah sekali pun Kai bertindak seperti ini.
"K—kai...," panggil Alesya sembari melihat ke arah Mia yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Kenapa tadi diam aja?!" tiba-tiba Kai bertanya begitu saja saat Alesya hingga membuatnya sedikit terkejut dan ketakutan.
"Aku tidak bermaksud memarahimu, maaf," ucapnya melembut saat melihat Alesya menunduk takut padanya.
"Ha—hanya tidak ingin membesarkan masalah. Toh, tidak akan ada yang percaya atau walaupun sudah terbukti, mereka akan menganggap itu hal biasa atau berpura-pura tidak ada yang terjadi," lirih Alesya enggan.
"Aneh!" tandas Kai tidak habis pikir dengan pikiran Alesya.
"Harusnya kamu bilang dan katakan yang sebenarnya. Minimal berteriak saat dia melakukan hal m***m itu. Karena kamu diam, pria itu semakin berani!" lagi-lagi Kai terdengar seperti sedang marah bagi Alesya.
"Ma—maaf," lirih Alesya.
"Haa!" decak Kai frustasi. Dia tidak tahu kalau Alesya ternyata orang yang seperti ini. Bagaimana bisa dia bertahan hidup di dunia yang sulit seperti ini.
"Hem, terima kasih atas bantuannya tadi," ucapnya pelan pada Kai dengan awajah tertunduk tapi, Alesya mengatakannya dengan sangat tulus.
"Iyah, sama-sama," balas Kai tanpa basa basi. Biasanya dia akan mengabaikannya, tapi, entah kenapa Alesya membuat Kai terus memperhatikannya, pandangannya selalu tertuju pada Alesya setiap saat. Padahal mereka baru bertemu.
"Kalau begitu ..., haaa, cepat sekali respon mereka," gumam Alesya yang masih dapat didengar oleh Kai. Padahal dia ingin pamit pada Kai tapi, dia mendapat telepon dari orang tuanya.
Pasti Mia sudah memberitahukan kejadian ini pada orang tuanya. Maka dari itu, mereka langsung menelepon Alesya untuk memastikan keadaan putrinya serta mengatakan sesuatu yang membuat Alesya tidak suka.
"Halo, Mama dan Papa," sapanya dengan suara seceria mungkin dan membuat Kai termangu heran.
Bisa-bisanya Alesya berubah dalam sekejap. Padahal belum ada dua detik berlalu dan dia masih tidak bersemangat serta merasa takut tapi, sekarang sungguh berbeda sekali. Kai berpikir kalau Alesya menjadi seorang Aktris mungkin saja dia sudah menerima penghargaan atas aktingnya.
"Iyah, tenang saja dan nggak perlu khawatir. Orang-orang disini juga baik kok, mereka juga bantuin Esy tadi," ucapnya ceria agar orang tuanya tidak cemas atau memikirkannya. Mengingat mereka berdua sedang berada diluar.
"Esy nggak pa-pa. Iyah, iyah, Esy janji," lalu tidak lama kemudian panggilan pun berakhir.
"Haaa!" menghela napas lelah. Dia bahkan melupakan keberadaan Kai.
"Sudah?" tanya Kai singkat.
"Maaf, padahal tadi kita lagi bicara," ucap Alesya lembut. Setelah berbicara dengan orang tuanya, perasaanya mulai membaik sedikit demi sedikit.
"Nggak pa-pa. Sekarang kamu mau kemana? Biar aku antar dan tidak menerima penolakan!" jelas Kai lebih dahulu sebelum Alesya menolak.