CHAPTER 5

2704 Words
''Aku mempercayaimu dan aku mau kau melakukan satu hal yaitu jangan pernah melakukan hal yang gegabah. Kau harus menuruti segala hal yang ku katakan, Kau mengerti itu?" -Elo Arjuna - Krik krik.. Suara jangkrik berbunyi dengan keras bersamaan dengan suara hujan yang mengguyur bumi. Klotak.. Klotak.. Tes... Tes.. Suara hujan mengisi malam hari. Mengisi setiap ruangan. Elo yang tengah tertidur pulas terbangun karena mendapati tetesan air hujan di wajahnya. "Argh.., lagi-lagi bocor!! Sial!! Seharusnya gua yang tidur di kamar gua dan bukan tidur di sofa haish!! Semua karena perdebatannya dengan si mbok menyebalkan tadi. Argh, Ku harus pindah dari sini. " Eluh Elo mengambil bantal dan selimutnya. Mencoba meminggirkan dari tetesan hujan. Ia mulai berjalan mengambil tangga di dekat kamarnya. Dengan langkah lunglai dan ngantuk ia berjalan. Masuk ke dalam ruangan dan mengambil tangganya. Pintu kamarnya terbuka sedikit. Saat ia ingin menutup pintu kamarnya Terbesit di pikirannya rasa penasaran. Apakah si mbok tadi sudah tidur ya? Ia membuka pintu kamar dan masuk tuk memastikan semuanya. Saat ia menyibak dengan pelan selimut yang sedang digunakan oleh sosok seseorang di kamarnya. Memastikan bahwa si mbok telah tertidur. Namun hal yang ia dapatkan malah berbeda. Ia mendapati seorang gadis cantik yang tengah tidur dengan pulas. Gadis itu berbalik dan memiringkan wajahnya ke kanan. Dan semua terlihat jelas di mata Elo. Tanpa basa-basi Elo menggoyangkan badan gadis itu dengan keras tuk membangunkannya. Elo tak peduli jika gadis itu terganggu tidurnya. "Bangun woi!! Bangunnn!!! " Ujar Elo dengan lantang Gadis itu yang tengah mendapatkan guncangan pun terbangun. Ia menggeliat dan membuka matanya "Kya,, ngapain kamu di sini!! " "Harusnya aku yang tanya!! Tadi yang tidur di sini seorang nenek-nenek dan bagaimana mungkin itu berubah menjadi lu!!? Lu pake ilmu sihir ya! Jawab gua!! " Ujar Elo menarik paksa selimut gadis itu "Woi lu apaan sih tarik-tarik selimut gua! Gak sopan tau gak! Gua lebih tua dan seharusnya lu bertindak sopan ke gua! Kalo lu mau tau baiklah kita bicara di ruang tamu! Gua ganti baju dulu!! " Balas Rayya "Okey gua tunggu jangan lama-lama! " Ucap Elo mulai pergi meninggalkan gadis itu di kamarnya Rayya bangkit dari kasurnya. Menguncir rambut panjangnya ke atas. Kemudian mengenakan jaket milik Elo. Ia mengaca sebentar dan melihat wajahnya yang telah kembali seperti semula. Ia memang menyadarinya sejak tadi petang jam 6 namun ia tak ingin memberitahu elo karena Murid itu begitu songong dan mengesalkan. Huft, Tenangkan dirimu Rayya.. Ingat! Kau butuh bantuan dia untuk menemukan solisi kutukanmu dan menemukan mbok ijah.. Ayo, buat perjanjian sama dia dengan baik .. Agar semua karir dan kutukanmu bisa hilang.. Rayya menghela nafas. Ia harus siap bertemu dengan Elo mau bagaimanapun itu. Saat ia menatap kaca di depannya suara Elo telah memanggilnya dengan keras "Woi cepet keluar!! Jangan tidur lagi!! Sini jelasin ke gua!! " Teriak Elo "Hadeh.. Iya iya gua keluar nih.. ". Rayya keluar dari kamar dengan wajah juteknya. Mereka saling duduk berhadapan dengan perasaan kesalnya masing-masing. Elo menopang dagunya dengan tangan kirinya dan menatap Rayya dengan tajam. "Ceritakan padaku bagaimana semua terjadi! Dan aku ingin tak ada kebohongan yang kau sembunyikan dariku. Kamu mengerti bukan?" Tutur tegas Elo pada Rayya Rayya mengangguk "Baiklah semua akan ku ceritakan. Dan semua terserah persepsimu mempercayai apa tidak.. ". "Okey, Cukup basa-basimu dan cepat ceritakan!! " Sanggah Elo Emosi Rayya mendidih ketika melihat sikap Elo yang tak sabaran. Ia mengelus dadanya tuk menahan semua emosinya. agar tak meledak. Mau bagaimanapun dirinya membutuhkan bantuan Elo. "Okey gua ceritakan langsung.., Semua berawal dari.. ". Flashback.. Semua berawal dari hari sabtu. Hari dimana waktu weekend Rayya dari dunia kerja. Namun semua sia-sia ketika dirinya mendapati bahwa ada pemotretan dadakan film yang akan ia mainkan. Jujur dirinya sangat kesal namun mau bagaimanapun Rayya harus professional. Semua persiapan weekendnya pun pupus sudah. Namun semua tergantikan ketika Jonathan kekasihnya meluluhkan hatinya di telfon. Ketika ia masih memberi pesan ke kekasihnya tentang jadwal pemotretannya yang harus ia lakukan secara mendadak malah Rayya langsung mendapat panggilan dari kekasinya. Ia begitu bahagia ketika layar ponselnya bergetar dengan nama kekasihnya yang tertera. Ia dengan cepat mengangkat telfon dari kekasihnya sambil merapikan riasan make upnya. “Halo sayangku yang cantik nan rupawan” panggil Jonathan di seberang. Rayya tersenyum malu mendengar salam dari kekasih hatinya. “Iyaa halo sayang” balas Rayya. “Apakah malam ini sesi pemotretanmu sudah selesai?” “Belum tau, kayaknya malam ini lembur deh. Aku udah capek banget padahal, pingin banget pulang cepet” Rayya merengek pada Jonathan. “Capek itu wajar kok. Itu artinya kamu sudah berjuang keras. Semangat yaa sayang” ucapan semangat dari Jonathan membuat Rayya sedikit bangkit. Rayya tersenyum tipis setelah mendengar pujaan hatinya memberikan semangat padanya “Terima kasih sayang” “Sama-sama. Kalau besok malam, apakah kamu ada jadwal?” “Bentar aku tanyain dulu ke Pak Adam” Rayya menjauhkan handphone nya. Terdengar suara Rayya yang sedikit berteriak pada Pak Adam untuk menanyakan jadwalnya besok. Setelah mendapat jawaban dari Pak Adam, Rayya kembali mendekatkan handphone nya. “Sayang banget aku ada jadwal pemotretan untuk launching produk body care milik temanku. Apa kamu mau mengajakku pergi?” “Sebenarnya aku ingin mengajakmu dinner. Kalau kamu masih ada jadwal, okelah tunda aja dulu” ujar Jonathan dengan nada sedih. “Jangan sedih dong. Aku tanya in ke mbak Nia deh itu jadwal bisa di undur ato nggak” Rayya menjauhkan handphone nya lagi dan menanyakan pada manajernya apakah schedule besok malam bisa ditunda.  Pak Adam berucap bahwa schedule pemotretan nya tidak bisa di undur. “Kata Pak Adam nggak bisa di undur, sayang. Maaf banget yaa” tutur Rayya meminta maaf pada Jonathan. Seolah tahu apa yang Rayya inginkan,  Pak Adam berubah pikiran. Ia mengatakan bahwa jadwal nya bisa dimajukan menjadi siang hingga petang. “Sayang, kata  Pak Adam jadwal pemotretan nya bisa di majuin jadi siang. Bagaimana? Jadi kan kita dinner?” tanya Rayya yang sudah mengharapkan fine dining bersama Jonathan. “Haha baiklah besok pagi biar aku reservasi resto nya yaa” jawab Jonathan yang mengerti bahwa Rayya membutuhkan dirinya. “Resto apa itu?” tanya Rayya penasaran. Akan tetapi Jonathan malah melontarkan jawaban yang membuat Rayya semakin penasaran. “Ada dehh. Liat aja besok” goda Jonathan. “Ih kamu mah gituu sama aku yaa” Rayya terpancing dan seketika ngambek. Jonathan tertawa di seberang sambunga telepon. “Hahaha aduhh sudahlah sayang jangan ngambek. Aku mau surprise in kamu. Masa surprise di kasih tahu, nggak jadi surprise dong” ucapan Jonathan tak mendapatkan respon dari Rayya. “Rayya sayang, jangan ngambek dong. Mau pemotretan masa cemberut, senyum” bujuk Jonathan. “Baiklah sayang, ini aku sudah tersenyum” balas Rayya yang masih sedikit kesal. Suara mbak Nia terdengar memanggil Rayya untuk persiapan pemotretan sesi selanjutnya. Rayya menjawab panggilan mbak Nia. “Sayang, sepertinya sesi pemotretan selanjutnya di mulai lima menit lagi” pamit Rayya pada Jonathan. “Okay sayang. Matikan lah teleponnya” “Kamu aja yang matiin, kan tadi kamu yang telepon aku duluan” suruh Rayya. Jonathan pun pasrah. “Baiklah, semangat sayangku Rayya Farasya” sekali lagi, ucapan semangat dari kekasih hatinya membuat Rayya kembali bersemangat menjalani harinya. “Terima kasih sayang. Bye!” pamit Rayya. “Bye sayang” balas Jonathan lalu mematikan sambungan teleponnya. Rayya langsung berlari ke arah  Pak Adam sambil menunggu sisa waktu. Hari minggu adalah hari dimana Jonathan harus menepati janjinya pada Rayya. Rayya menjalani hari minggu nya dengan hati yang amat bahagia karena akhirnya ia memiliki kesempatan untuk dinner dengan Jonathan setelah sekian lama. “Untung bisa di majuin jadwal photoshoot nya. Makasih banyak yaa mbak Nia, lu emang the best lah” ucap Rayya sambil memberikan dua jempolnya.  Pak Adam tersenyum dan mengangguk. “Gue langsung ngeh kalo Jo bakal ngajak lo pergi makan. Setidaknya itu bikin mood lu nggak anjlok gara-gara kagak jadi pergi pas weekend begini. Bisa berabe gua kalo mood lo sampe down” kata Pak Adam “Awh, gue jadi makin sayang sama lo deh” seru Rayya sambil berusaha memeluk Pak Adam .  Pak Adam menerima pelukan dari Rayya. “Udah pelukannya. Makan dulu yok sebelum pemotretan. Gue tau lu pasti laper” “Lu emang paling ngertiin gue, mbak. Yok lah, tadi gue sarapan roti doang selembar” “Salah sendiri bangun kesiangan” ejek  Pak Adam yang membuat Rayya mengeluarkan tanduknya. “Yahh ini kan hari minggu mbak. Hari dimana gue bisa bangun jam berapapun sesuka hati gue. Lah gara-gara ada kerjaan pas weekend gini bikin gue nggak tahu hari” keluh Rayya.  Pak Adam menggeleng kecil. “Rejeki jangan di tolak. Kan mayan bayarannya, meskipun harus sakit punggung dulu” “Yahh yaudah deh” Lanjut ke sesi photoshoot, Rayya melakukan pemotretan dengan sangat baik dan lancar. Sehingga sesi tersebut tak berlangsung hingga petang, namun hanya hingga pukul empat sore. “Kan enak kalo mood lo bagus gini, kerja jadi lancar dan cepet selesai. Lo jadi ada waktu istirahat sambil nunggu waktu buat dinner lo sama Jo” celetuk  Pak Adam setelah berterima kasih dengan tim fotografer yang pamit untuk pulang. “Iya mbak, seneng banget gue” “Gue anterin balik ke apart lo ya. Lo rebahin diri lo, mandi, dan siap-siap dinner sama Jo. Jangan tidur, soalnya lo kalo dandan lama banget” “Iyee manajerku tercintaa” kata Rayya gemas. Minggu malam datang. Jonathan menepati janjinya pada Rayya untuk makan malam bersama. Rayya sudah tampil cantik dengan dress pendek berwarna merah dan make up natural favoritnya. Ia mengenakan aksesoris berupa tas jinjing merk Louis Vuitton berwarna putih dan sepatu hak tinggi merk Saint Luarent berwarna senada dengan dress nya. Pukul tujuh tepat, Jonathan membunyikan bel apartemen Rayya. Rayya yang sudah siap, segera melesat keluar untuk menemui sang kekasih hati. Baru saja Rayya mengunci pintu apaertemen nya dan akan menggandeng tangan Jonathan, ada seorang nenek tua yang menghampirinya. “Halo neng Rayya. Saya mbok Ijah yang waktu itu titipin sekotak nasi buat neng. Saya fans berat neng. Saya juga bawa sekotak nasi buat neng, tolong diterima” pinta nenek itu yang ternyata bernama mbok Ijah. Jonathan yang merasa acaranya diganggu pun mencerca mbok Ijah. “Eh mbok, kami ini mau keluar beli makan makanan enak dan mahal, bukan makan makanan kampungan buatan lo itu ya!” Rayya merasa tak tega melihat mbok Ijah dihina seperti itu. Rayya hanya bisa mengeluarkan napas berat. “Neng Rayya, tolong terima nasi kotak buatan saya. Saya jauh-jauh dari kampung untuk mengantarkan ini” mohon mbok Ijah. Rayya mengangkat tanganya untuk menerima nasi kotak buatan mbok Ijah. Tapi tangan Rayya ditepis keras oleh Jonathan seolah ia tak ingin tangan cantik Rayya ternodai oleh benda kampungan yang dibawa mbok Ijah. Rayya melotot, namun pelototan Jonathan lebih menakutkan. Rayya jadi merasa terintimidasi. “Saya tau kalau neng sangat menikmati masakan saya, jadi saya mohon terima ini” mohon mbok Ijah sekali lagi. Rayya bergeming, sedangkan Jonathan mulai kebakaran jenggot “Kami ini mau pergi dinner, sana bawa pulang lagi kotak nasi itu. Rayya nggak akan sudi makan makanan buatanmu!” teriak Jonathan yang bergema di lorong apartemen. Rayya berusaha menenangkan Jonathan dengan mengelus dadanya. “Neng saya mohon terima kotak nasi ini” mohon mbok Ijah dengan nada memelas. Jonathan yang sudah kepalang geram, mengambil kotak nasi itu dan membuangnya sembarang. Jonathan juga mendorong tubuh mbok Ijah hingga tubuh rentanya jatuh tersungkur. “Lo buang-buang waktu kami tau! Udah ayo sayang kita tinggalkan dia” ajak Jonathan sambil menggandeng Rayya. Namun mbok Ijah dengan cepat memegangi kaki Rayya agar ia tak pergi. “Neng jangan pergi dulu, tolong terima kotak nasi ini” Rayya yang sudah merasa kesal dengan sikap mbok Ijah, langsung menendang mbok Ijah yang mencengkeram erat kaki Rayya. Mbok Ijah kesakitan karena tendangan Rayya. Namun hatinya lebih sakit karena ia diperlakukan dengan buruk oleh idolanya sendiri. “Bagus Rayya. Dia pantas mendapatkan itu” celetuk Jonathan yang bangga dengan reaksi Rayya terhadap sikap mbok Ijah. “Neng, jangan mau pacaran sama cowok itu. Dia bawa pengaruh buruk buat neng” nasehat mbok Ijah pada Rayya. Jonathan semakin jengkel dengan mbok Ijah. Jonathan jadi ikut menedang mbok Ijah, namun dengan tenaga yang lebih kuat dibanding tendangan Rayya. Mbok Ijah menahan sakit akibat tendangan Jonathan. Mbok Ijah menahan air matanya akibat sakit fisik dan hatinya yang tiada tanding. “Udah sana pulang aja mbok. Bawa pulang kotak nasi kampungan lo itu. Kami mau pergi dinner, udah telat sepuluh menit buat ladenin lo doang” hardik Rayya sambil menggandeng tangan Jonathan. Mbok Ijah sudah berada diambang batas sabar. Ia langsung mengucapkan kutukan pada Rayya dengan lantang. “Rayya! Saya bersumpah kamu akan segera merasakan apa yang saya rasakan!” DEG! Dada Rayya terasa berhenti sepersekian detik, lalu berdetak normal. Melihat Rayya yang pandangannya tiba-tiba kosong, Jonathan langsung mencium tangan Rayya. Rayya tersadar dan menoleh ke arah Jonathan. “Udah nggak usah dipikirin omongannya si tua renta itu. Dia hanya sedang tersulut emosinya, pasti asal mengucapkan. Berbahagialah karena akhirnya kita dinner setelah sekian lama kita dipadati jadwal yang tiada habisnya” hibur Jonathan. Rayya tersenyum lebar. Selesai dinner, Jonathan mengantar Rayya kembali ke apartemen Rayya. Rayya mengganti pakaiannya dan mengistirahatkan fisik dan jiwanya. “Bagaimana kalau ucapan si mbok tadi benar-benar terjadi padaku?” tanya Rayya pada dirinya sendiri. “Ah ngapain di pikirin, toh cuma bunga kemarahan itu” kata Rayya enteng. Rayya tertidur pulas setelah berkegiatan seharian Hari selanjutnya berjalan lancar hingga pukul sebelas siang. Saat melewati pukul dua belas siang, tubuh Rayya merasa bahwa ia sudah sangat kelelahan. Rayya meminta izin ke toilet pada kru. Rayya bergegas menuju toilet dan mendapati dirinya berubah menjadi seorang nenek-nenek yang memiliki keriput di mana-mana. Ingin sekali Rayya berteriak saking kagetnya. Namun niat itu ia urungkan karena pasti akan langsung terdengar oleh kru dan beberapa teman sesama artis. Rayya akhirnya memutuskan untuk kabur dari lokasi syuting. Ia berhasil lolos tanpa ketahuan Disaat kabur dari lokasi syuting itulah Rayya dan Elo bertemu. Pertemuan yang amat menjengkelkan. Flashback off... “Jadi begitu, terserah lo mau percaya ato nggak. Yang penting gue udah bicara jujur apa adanya” ujar Rayya mengakhiri ceritanya. Elo masih tercengang dengan rangkaian kejadian yang dialami Rayya. “Jadi lo kena kutukan dari nenek itu?” pertanyaan Elo dijawab dengan anggukan oleh Rayya. “Iya, dan gue nggak tau dimana sekarang nenek itu berada. Pingin banget gue minta maaf dan minta cabut kutukannya dari gue. Sumpah kalo kayak gini terus nyiksa woi. Karier yang gue bangun susah payah bisa anjlok nantinya” keluh Rayya. “Kalo wujud lo udah balik gini, kenapa lo nggak pulang ke apart lo?” “Kalo gue balik, dan ada satu aja wartawan yang tau wujud gue pas berubah, abislah gua anjing!” jawab Rayya. “Iya juga sih, lo kan artis yang lagi naik daun. Nggak heran kalo ada seenggaknya satu ato dua wartawan yang stay nungguin lo di lobby” “Itulah makanya gue masih perlu buat tinggal bareng sama lo. Yaa? Pliss. Dan juga tolong ikutin gue kemanapun gue pergi pas malem. Takutnya kalo gue berubah jadi nenek-nenek di waktu yang nggak tepat, gue bisa kabur berdua. Kabur sendirian nggak enak. Plus bantuin gue cari keberadaan si nenek pemilik asli tubuh ini” mohon Rayya. Elo nampak berpikir. Lalu telintas pemikiran sangarnya. “Okay. Kalau gitu bagaimana kalu kita membuat perjanjian?” tawar Elo. “Apa itu? Lo mau duit? Gue kasih, anjir” “Nggak, duit bokap gue udah banyak” “Trus lo mau apa?” “Kita buat perjanjian. Gue akan izinin lo tinggal di rumah gue dan gue akan ikutin kemanapun lo pergi plus bantuin lo nyari nenek-nenek yang lo maksud tadi, asal lo mau bantuin gue masalah domestik, kayak masak, nyapu, ngepel. Gimana?” tawar Elo. Mata Rayya otomatis terbelalak sangat lebar. “WAH!! YANG BENER AJA LO b*****t!! LO MAU JADIIN GUE BABU LU? SIALAN!!” teriak Rayya. “Yaa kalo lo nggak mau, gakpapa. Lo bisa keluar dari rumah gue sekarang” usir Elo sambil mengibaskan tangannya. “Buh, nih anak songong amat” kata hati Rayya. Rayya menghelas napas berat sambil berpikir. “Yaudah gue bersedia. Tapi lo harus tepatin janji lo” kata Rayya pasrah karena tak ada pilihan lain. Elo menyeringai. “Baiklah, deal?” tanya Elo sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. “Deal!” seru Rayya sambil menyambut tangan Elo dan mereka berjabat tangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD