bc

Harta, Takhta, & Perjaka

book_age18+
13
FOLLOW
1K
READ
forbidden
HE
bxg
bold
actor
seductive
like
intro-logo
Blurb

Harta harus dibawa mati

Takhta tinggi dan dihormati

Perjaka selalu diminati

Saat suamimu yang kaya tak mampu melayani dengan sepenuh hati, suami orang juga tak berempati, duda tak menarik hati, siapa lagi?

Liriklah kami para perjaka

Dijamin kau tak akan kecewa

Lalu, kalau anakmu pun juga menyukaiku, itu salah siapa?

Jenang Gula, 30 Novermber 2022

chap-preview
Free preview
Prolog
Harta harus dibawa mati Takhta tinggi dan dihormati Perjaka selalu diminati Saat suamimu yang kaya tak mampu melayani dengan sepenuh hati, suami orang juga tak berempati, duda tak menarik hati, siapa lagi? Liriklah kami para perjaka Dijamin kau tak akan kecewa Lalu, kalau anakmu pun juga menyukaiku, itu salah siapa? *** Napas tersengal dan mata mengambang ke awang-awang. Tubuh lunglai penuh dengan bau s****a. “Ayo, Sayang. Kenapa berhenti? Tante belum puas. Ayo ....” pemuda lemas di depannya ini, tetap diusap pusakanya yang meleyot. “Sudah, Tante. Sudah. Kan sudah empat kali. Capek.” Ucap pemuda itu tanpa bisa membuka matanya. “Sekali lagi saja, nanti setelah ini sudah, kamu boleh istirahat, ya? Ya?” ajak wanita yang lebih tua. “Tidur dulu ya, Tante. Lelah banget. Satu jam saja, nanti langsung tancap deh.” Setengah marah, wanita itu bangun, “Kau mau istirahat?” melihat pemuda di depannya mengangguk, bibirnya menyeringai, “Aku akan mengabulkannya.” Berdiri, mencari kain yang kiranya berguna, lalu mengikat ke dua tangan pemuda itu di pinggiran ranjang. “Tan—Tante? Kenapa di—ikat?” tanya pemuda itu seolah menyesal mengatakan hal tadi. “Aku hanya menyuruhmu untuk istirahat, dengan begini kamu bisa istirahat dengan tenang, dan tidak bisa kabur dariku. Bukankah aku sangat baik?” setelah ikatan itu kuat, berjalan tanpa risi mendekati tasnya meski masih telanjang penuh keringat dan fuzu, mengeluarkan silikon bentuk v****a dari tasnya sendiri dan berbalik ke pemuda yang tadi. “Tan—Tante, apa itu?!” tanya pemuda itu ketakutan. “Ini hanya mainan untuk anak nakal seperti kamu.” Memasangnya di milik pemuda yang masih lemas lalu memencet tombolnya, “Rasakan, Sayang.” Tertawa jahat, dia sedang menikmati pertunjukan saat ini. “Aaaaaa! Ampun, Tante! Ampunnnnn!!” teriak pemuda itu. *** Tak ada rokok, vape atau bahkan barang terlarang, tapi dia sedang memegangi alat kecil yang bisa mengeluarkan uap dengan angin tipis yang berembus. Menerpa wajah dengan lipstik tak terlalu merona, alisnya juga tinggi dengan rambut bergelombang indah. “Nyonya Grace, suatu kehormatan Anda datang ke bangunan kumus seperti ini.” Wanita bernama Grace itu menyunggingkan senyum, “Aku tidak suka basa basi, kau tahu apa yang kubutuhkan, dan aku ingin segera membawanya pulang.” “Ya, ya, kami punya yang seperti itu. Mari!” berdiri lebih dulu, mempersilakan Grace agar mengikutinya. Lorong panjang dengan sel-sel di dalamnya. Banyak pria di sana, tampan, biasa, jelek, putih, kuning langsat, hitam, dan semuanya telanjang. Duduk di sudut gelap dengan perut yang kelaparan karena hanya diberi makan sehari sekali. “Meski mereka sangat lemas, semua sehat, hanya butuh dibersihkan dan diberi makan, maka semua beres. Tak ada yang terkena penyakit kulit, apa lagi kelamin, aku bisa menjaminnya. Kami selalu menyemprot mereka sehari tiga kali, percayalah!" ucap pria dengan jas rapi seperti pemilik hotel bintang lima. Grace melihat semua yang di dalam secara acak. Banyak yang berbadan bagus, tinggi, dan wajah yang tampan, tapi tetap tak ada yang menarik hati. Sepertinya dia datang ke tempat yang salah, tahu begini dia tak menurut ke temannya tadi. “Nyonya, ambil saja saya, saya akan melakukan apa pun yang Anda inginkan, termasuk dengan nyawa saya sebagai taruhannya.” Grace diam, tangan kotor itu hampir saja menyentuh ujung sepatunya. Menoleh dan langsung dihadapkan dengan wajah tampan tertutup debu keringat, “Dengan nyawamu? Apa aku semahal itu? Hahaha.” Grace benar-benar sedang dipuji begitu tinggi. Pria di sel itu tersenyum dengan mata berbinar, “Sungguh, Nyonya. Saya akan melakukan segalanya.” ‘Cuih!’ Tanpa diduga, pria lain yang duduk dengan memeluk lutut, tak jauh dari pria perayu itu, malah meludah di saat semua udara menyimpan hening. Grace menoleh, pemuda itu begitu sombong, tak meliriknya sedikit pun. Kulit sawo matang dengan alis tebal, serta rahang yang terlihat tegas meski bertubuh kurus, “Aku mengambilnya.” Grace malah menunjuk pemuda itu. Barulah pemuda itu menoleh, tak sedikit pun dia tertarik, bahkan tak ingin ke luar dari tempat ini, seolah mati di sini pun dia siap. “Nyonya, kumohon jangan dia, dia adalah pria yang paling sulit dikendalikan, dia hanya mengikuti pelatihan sekenanya, aku takut akan mengecewakan Anda, Nyonya Grace.” Ucap pemilik rumah buangan di pinggiran kota meski rumah hina ini cukup besar, “Tidak masalah. Aku akan mengajarinya agar lebih hebat.” Grace tersenyum licik. Tak dapat mengelak, pemilik rumah hina itu pun berteriak, “Doom, berdiri dan bersihkan dirimu! Harusnya kau merayakan keberuntunganmu ini dengan senyum, bukan wajah yang selalu murung! Kau tak pernah sehari pun membuatku bernapas lega.” Segera berbalik dan mengajak Grace ke luar. “Ini untukmu. Setelah ini, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?” tanya Grace duduk di ruang tunggu. Dia baru saja menyelesaikan bayarannya untuk mengambil Doom. “Iya, Nyonya.” Baru saja akan mengatakan hal lain, Doom sudah tiba di ruang tunggu, dan dengan mata tertutup. “Nikmati harimu.” Grace berdiri, menoleh ke pria yang baru saja dibelinya, dan segera menarik rantai yang terikat di leher Doom, membawanya ke luar dari rumah buangan. Naik mobil dan membawa Doom pulang ke rumahnya. “Namamu Doom?” tanya Grace sambil mengemudi. “Ya, Nyonya.” Itu adalah panggilan yang diwajibkan saat pelatihan di jam tiga sore di rumah buangan. Grace terkekeh, “Bersikap baik dan menuruti apa pun ucapanku adalah kunci agar hidupmu aman untuk esok hari. Aku tidak akan mengulangi ucapanku ini untuk ke dua kalinya, apa kau mengerti ...Doom?” “Iya, Nyonya.” Doom tak memiliki kalimat lain. Meski dia tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari karena matanya masih tertutup, tangannya masih terikat, dan rantai juga masih mengalung di lehernya. Kalau dia bosan, mungkin dia harus membangkang agar kematian cepat menghampirinya, dan untuk saat ini biar gelap saja yang menemani hidup yang tak pernah ada gunanya ini. Malam telah tiba saat Grace sampai di rumahnya. Pelayan dan pekerja yang masih setia, tak dipedulikan oleh Grace, dia hanya ke luar, lalu menarik rantai di leher Doom agar peliharaan barunya itu tak tersesat di tempat baru ini. “Tunggu di sini. Siapa pun yang datang, jangan menjawab semua pertanyaan yang diajukan, bukankah kamu sudah menghafal suaraku?” tanya Grace. “Iya, Nyonya.” “Bagus. Aku tidak akan lama.” Grace pun pergi. Dia akan menyiapkan permainan yang lebih seru setelah ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook